kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyambangi sentra produksi barong di Bali (1)


Jumat, 23 Oktober 2015 / 17:03 WIB
Menyambangi sentra produksi barong di Bali (1)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Menyambangi Pulau Bali sekali-sekali sempatkan diri untuk mendatangi sentra pembuatan barong yang cukup banyak ditemui di Bali. Salah satunya berlokasi di Desa Batuan, Sukawati, Gianyar. Sentra ini berusia lebih dari 40 tahun. Banyak peneliti dan turis datang untuk mengetahui proses pembuatan barong.

Pulau dewata Bali sudah tersohor akan kekayaan budaya yang sarat akan produk keseniannya. Salah satunya adalah barong yang sangat akrab dengan kehidupan masyarakat Bali. Barong adalah karakter dalam kepercayaan masyarakat Bali untuk melawan roh-roh jahat seperti Rangda. Meski bentuknya kerap menyeramkan, namun barong melambangkan kebaikan.

Nah, di Kabupaten Gianyar, tepatnya di Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati menjadi salah satu sentra produksi barong yang banyak digunakan dalam upacara keagamaan maupun pertunjukan kesenian di Bali. Hanya butuh waktu 10 menit sampai ke desa ini dari Pasar Seni Sukawati.

Dari sekitar 250 kepala keluarga di desa ini, sebagian besar diantaranya adalah pekerja seni membuat barong. Sisanya, membuat kostum tari dan membuat lukisan. Ketika KONTAN mengunjungi sentra ini beberapa waktu lalu, terlihat di kiri dan kanan jalan berbagai bentuk barong dipajang di etalase yang terdapat di depan rumah.

Wayan Reka, salah satu perajin barong di sentra ini mengatakan, Desa Batuan ini sudah menjadi pusat pembuatan barong dan kostum tari-tari Bali lebih dari 40 tahun silam. Ia sendiri sudah membuat barong sejak 1970. "Desa Batuan juga kerap dijadikan tempat bagi para peneliti dan wisatawan mancanegara yang ingin tahu proses pembuatan barong," kata dia.

Wayan memiliki toko di depan rumahnya. Terlihat sejumlah barong setengah jadi tergantung di depan rumah. Rambut barong bertebaran siap untuk ditempel. Wayan dibantu oleh lima orang karyawan untuk memproduksi aneka bentuk barong seperti bentuk singa, rangda, celunguk, dan juga kostum tari.

Konsumennya tidak saja berasal dari Bali, tapi juga dari Australia, Belanda, dan Jepang. Untuk membuat satu unit barong setidaknya butuh waktu sekitar enam bulan untuk ukuran normal hingga sembilan bulan untuk yang berukuran besar.

Satu barong buatan Wayan dibanderol Rp 75 juta-Rp 90 juta. Pesanan satu hingga dua buah barong biasanya rutin datang sebulan atau dua bulan sekali. Sementara untuk kostum tari bisa terjual empat hingga lima unit per bulan. Wayan mengaku bisa meraup omzet sekitar Rp 100 juta saban bulan.

Perajin lainnya adalah Ketut Arya Sutana. Dia telah menjadi perajin barong selama 20 tahun. Ketut tidak hanya pandai membuat barong, tapi dia juga bisa membuat topeng, kostum tari, dan lainnya. Tapi tetap produk utamanya adalah barong.

Bentuk barong yang dia buat berwajah singa, babi, dan ular, dan masih banyak lagi. Barong buatan Ketut termasuk komplet, sebab umumnya perajin barong di desa ini hanya membuat barong bentuk muka singa saja. Dalam sebulan, Ketut bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 125 juta.    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×