kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.265   -85,00   -0,53%
  • IDX 7.073   -92,58   -1,29%
  • KOMPAS100 1.039   -16,65   -1,58%
  • LQ45 818   -13,93   -1,67%
  • ISSI 212   -2,57   -1,20%
  • IDX30 421   -5,97   -1,40%
  • IDXHIDIV20 506   -5,92   -1,16%
  • IDX80 118   -2,08   -1,73%
  • IDXV30 121   -1,72   -1,40%
  • IDXQ30 139   -1,80   -1,29%

Menyeduh laba kopi langsung di lokasi (1)


Kamis, 09 Maret 2017 / 18:24 WIB
Menyeduh laba kopi langsung di lokasi (1)


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Kopi beberapa waktu terakhir menjadi primadona dalam bisnis minuman. Tak hanya coffee shop, belakangan muncul pula penjual kopi keliling atau koling. Beberapa pemainnya bisa ditemukan di kota pelajar seperti Bandung dan Yogyakarta.

Dayu misalnya, pemilik brand Kopi Keliling asal Yogyakarta. Ia yang masih berstatus mahasiswa ini mendirikan Kopi Keliling atau Koling sejak 2014. “Awalnya memang ingin buka coffee shop, tapi terlalu mahal untuk sewa ruko,” tuturnya.

Keterbatasan tersebut justru melahirkan inovasi baru. Dayu memutuskan untuk berjualan kopi secara keliling, menggunakan armada yang sekilas mirip gerobak. “Sekarang kami sudah punya dua generasi armada. Generasi ketiga sedang digarap,” tutur Dayu.

Armada Koling generasi pertama berupa gerobak yang ukurannya kecil dengan model yang sederhana. Armada ini tak lagi digunakan. Menurut Dayu, saat ini yang aktif digunakan adalah armada generasi kedua dengan desain electric monkey.

Berdiri sekitar tiga tahun, Koling sudah melebarkan sayapnya ke Semarang, Magelang, dan Muntilan. “Untuk di Yogyakarta sendiri, itu ada 13 armada yang beroperasi setiap hari dari pukul 10.00 WIB-23.30 WIB,” tutur Dayu.

Ada tiga layanan yang disediakan Koling Yogyakarta, antara lain kopi panggil, kopi mobile  dan kopi mangkal. Kopi panggil adalah layanan panggilan dengan minimal pemesanan 10 cup kopi. Layanan mobile adalah layanan keliling yang menyasar lokasi potensial. Sementara itu, kopi mangkal adalah layanan Koling yang menetap di satu tempat. “Ketiga layanan itu, semuanya pakai armada khas kita. Walaupun kita dipanggil, penyeduhan kopinya tetap dilakukan di lokasi” jelasnya.

Sekilas, usaha ini memang mirip dengan pedagang kopi kaki lima. Bedanya, para penjual kopi keliling tetap mengutamakan biji kopi yang berkualitas.

Hal ini juga Radit asal Bandung. Ia mendirikan usaha serupa bermerek Biji Kopi Keliling atau Biji Koling bersama rekannya Yuri pada tahun 2016. “Kita berusaha sajikan yang benar-benar kopi, tanpa mereka harus ke coffee shop,” ujar Radit.

Konsep ini dinilai Radit paling efektif untuk berjualan kopi. Selain tak butuh modal besar, produk kopi pun bisa dijual dengan harga lebih murah. “Sesuai sasaran kami, harganya pas untuk kantong mahasiswa.” jelasnya.

Memilih vespa sebagai armadanya, Radit memenuhi berbagai panggilan dan menyeduhkan kopi hitam untuk konsumen. Vespa dipilih sebagai armada karena dinilai klasik, unik, dan menarik. Selain itu, menurut Radit, vespa lebih mudah dimodifikasi dibandingkan kendaraan lainnya.

Usaha kopi keliling nyatanya menggiurkan. Koling Yogyakarta misalnya. Menurut Dayu, setiap armada yang dimilikinya bisa hasilkan omzet Rp 30 juta per-bulan. Sementara Radit, bisa hasilkan hingga puluhan juta rupiah per bulan.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×