kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,65   7,31   0.81%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyelami originalitas desain Obin (1)


Kamis, 27 Agustus 2015 / 13:30 WIB
Menyelami originalitas desain Obin (1)


Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Tri Adi

Josephine Werratie Komara alias Obin adalah salah satu perancang kain batik ternama Indonesia. Karyanya termasyhur di seluruh dunia lewat batik berkualitas tinggi yang dihasilkan perajin secara manual. Dia kini memiliki museum di Bali.

Perancang busana yang mengangkat kain batik sebagai tema rancangan kini sudah tak terhitung jumlahnya. Adalah Josephine Werratie Komara alias Obin menjadi salah satu desainer ternama Indonesia yang sejak dulu fokus mengembangkan kain hasil kreasi budaya lokal ini hingga ke kancah internasional.

Lewat merek usaha Bin House, butik yang dia dirikan sejak tahun 1986, hasil karya busana batik buatannya tersebar di berbagai negara seperti Jepang, Singapura hingga Amerika, Eropa dan Timur Tengah. Di Jakarta dia memiliki butik yang juga menjadi butik pertamanya di kawasan Menteng.

Menyasar kalangan menengah ke atas, hasil karyanya menjungjung tinggi originalitas dan kreativitas tinggi serta riset mendalam mengenai teknik mendesain, membatik hingga sejarah di balik setiap motif yang dihasilkan. Kain produksi Bin House dapat dipakai sebagai selendang, busana, hingga dapat dikreasikan sebagai sarung dengan harga jual mulai dari Rp 1 juta hingga puluhan juta.

Menurut Obin, lahirnya karya kreatif ini berkat gairahnya dalam menghasilkan karya yang original. “Jika sudah ada semangat untuk itu maka gairah untuk menghasilkan karya pun akan membara,” tegas Obin.

Prinsip ini dibuktikan Obin dengan menghasilkan seluruh kain di Bin House dengan sentuhan tangan para perajin, tanpa menggunakan mesin berteknologi modern. Maka tak heran bila pengerjaan selembar kain memakan waktu hingga berbulan-bulan karena detail motif yang dia tonjolkan.

Proses pengerjaan dimulai dari pemilihan dan pengolahan serat menjadi benang dan proses menenun barulah diberi ragam hias motif batik. Lebih dari 2.500 perajin yang terlibat dalam proses pengerjaan kain. Mereka adalah pemintal, penenun, pembatik, pencelup dan penjahit yang tersebar di pelosok Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jabodetabek. Dengan teknik pengerjaan manual dan tingkat kesulitan yang tinggi, hasil karyanya diapresiasi oleh para petinggi negara di dalam maupun luar negeri.

Sehingga tidak berlebihan jika menurut Obin sehelai kain itu lahir dari kerja keras yang membutuhkan waktu, energi, dan pengetahuan para perajin. Seluruh aspek  merupakan ritual dari keragaman budaya asli Indonesia. Filosofi inilah yang mendasari Bin House Indonesian Creation membuka Museum Kain, yang dapat dinikmati oleh khalayak umum. Museum Kain ini terletak di lantai tiga bagian Alang-alang Beachwalk Shopping Center, Kuta, Bali.

Museum Kain ini memamerkan lebih dari 600 lembar batik antik koleksi Bin House. Ditambah lagi instalasi 64 kayu bingkai foto yang menampilkan riwayat penggunaan kain batik.

Para pengunjung juga dapat menikmati 62 batik langka yang dipajang di dinding-dinding museum. Museum Kain merupakan wujud dari rasa cinta Obin bersama sang suami Roni Siswandi yang selama 40 tahun menghimpun koleksi kain dari berbagai daerah di Indonesia.     

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×