kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyulam kristik selalu asyik


Senin, 19 Juni 2017 / 15:16 WIB
Menyulam kristik selalu asyik


Reporter: Jane Aprilyani, Maizal Walfajri, Nisa Dwiresya Putri | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Menjalani hobi bagi sebagaian orang merupakan hal yang menyenangkan. Apalagi hobi tersebut dapat dijadikan lahan usaha. Contohnya adalah kerajinan sulam atau kristik. 

Banyak orang yang berawal dari hobi, kini sukses mengantongi cuan dari kerajinan ini. Kristik atau dalam bahasa Belanda kruissteek adalah seni menyulam dengan teknik tusuk silang.

Caranya dengan memakai jahitan benang bersilangan membentuk huruf X di atas kain tenunan sejajar. Seni menyulam ini bisa dikreasikan untuk membentuk berbagai macam pola motif mulai dari bunga, bangunan, sosok manusia, hewan dan lain sebagainya.

Salah satu perajin kristik yang mengawali usaha dari hobi adalah Rina Regina asal Jakarta. Rina menekuni kerajinan kristik sejak tahun 2010. Ia mematok kerajinan kristik seharga Rp 250.000 per pieces. Harga tersebut belum termasuk biaya untuk membingkai kristik.

Produk kristik yang dihasilkannya cukup beragam, seperti hiasan dinding, taplak meja dan lain-lain.Menurut Rina, waktu yag dibutuhkan dalam proses pembuatan kristik cukup lama. Karena harus disulam manual, kerajinan ini membutuhkan ketelitian.  "Kerajinan kristik itu cukup lama, kalau media kainnya besar itu bisa memakan waktu 2-3 bulan," jelas Rina.

Terkait pola atau gambar yang akan disulam, Rina banyak mencari ide lewat internet. Bila menemukan pola yang diperkirakan laris di pasaran dia akan memproduksinya. Untuk pembuatan polanya sendiri ia akan order ke pabrik kain. "Sebab pola di kita kan itu kain jenis Aida, jadi ibu-ibu yang sulam tidak perlu menghitung-hitung lagi," jelas Rina.

Menjelang Idul Fitri, Rina mengaku usahanya semakin ramai diminati pembeli. Kebanyakan mereka membeli pajangan buat mempercantik interior rumah saat merayakan Idul Fitri. "Biasanya dua hingga tiga bulan sebelum Lebaran permintaan selalu naik," kata Rina.

Perajin kristik lain adalah Febriana Nariswari yang biasa disapa Ebi. Wanita yang bermukim di Yogyakarta ini sudah mengenal kristik sejak masih duduk di SMP. Tapi sejak satu tahun terakhir, ia mulai rutin membuat kerajinan kristik dan memasarkannya secara online.

Media sosial Instagram dengan akun @ebiesgallery adalah saluran yang dipilih Ebi untuk memasarkan kristik karyanya. "Mulai buka bisnis itu 2015 akhir hingga 2016 awal," ujar dia.

Muncul lagi

Kerajinan kristik sendiri memang sudah ada sejak lama. Kristik ini pun dipercaya menjadi cikal bakal dari kerajinan bordir. Lama tenggelam, kerajinan ini mulai muncul lagi ke permukaan. Salah satunya via media sosial.

Saat ini, Ebi memasarkan kerajinan kristik berupa gantungan dinding atau hoop art yang dijual mulai harga Rp 20.000 per buah. Tersedia pula produk paketan yang terdiri atas dua produk kerajinan dengan harga Rp 125.000 per paket.

Harga kerajinan kristik ditentukan berdasarkan ukuran dan kerumitan motif. Beberapa motif yang rutin ia produksi antara lain motif cup cake, flamingo, dan teko. "Untuk motif itu inspirasinya ya sering-sering Googling saja dan dari pinterest (media sosial)," tutur Ebi.

Pajangan dinding kristik ini ia buat dalam beberapa ukuran yakni diameter 12 cm, 16 cm, dan 25 cm. Selain produk ready stock, ia juga menerima costumized order. Konsumen bisa memesan motif sendiri baik berbentuk tulisan maupun motif lainnya.

Beberapa kali Ebi juga sempat menjual produknya untuk dijadikan suvenir dalam jumlah banyak. Tak butuh waktu lama bagi Ebi menyelesaikan kerajinan kristik. Satu pajangan dinding bisa diselesaikannya dalam satu jam hingga tiga hari. Lama pembuatan tergantung pada tingkat kerumitan motif dan ukuran produk.

Peralatan yang dibutuhkan pun tak banyak. Ebi bilang, ia hanya perlu menyiapkan benang sulam, jarum, gunting, kain strimin, serta ring untuk meregangkan kain. "Sebenarnya modalnya tak banyak, sekitar Rp 15.000-Rp 20.000, yang mahal itu pengerjaannya," tutur Ebi.

Selain kristik, Ebi juga menghasilkan produk embroidery atau sulaman yang mirip dengan bordir. Biasanya untuk produk ini Eby menggunakan kain katun dan blacu. Produk bikinan Ebi hingga saat ini sudah pernah dikirim hampir ke seluruh wilayah di Indonesia. Dalam sebulan, ia bisa menjual lebih 100 produk. "Jelang Lebaran penjualan meningkat," ujarnya.

Pengrajin lainnya adalah Ingnawaty Liono di Jakarta Utara. Memulai usaha sejak 2004, ia mengawalinya dari iseng mengisi waktu luang sembari melakukan hobi kerajinan tangan. "Setelah mengenal ada teknik sulam kristik dari teman, saya tekuni," ujarnya.

Diakui, teknik kristik memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Dan tidak semua orang bisa melakukannya. Sebab, saat menyulam harus mengikuti pola, ukuran dan menggunakan benang warna-warni yang beragam. "Butuh ketelitian dan harus bisa baca pola," imbuh Ingnawaty.

Berbeda dengan menjahit, kristik memiliki beberapa teknik sulam seperti full stitch, half stitch, quarter stitch dan french knot. Prosesnya hampir sama dengan dijahit tapi menggabungkan benang warna dengan pola yang ada.

Pola atau gambarnya sendiri kebanyakan pemandangan, kartun, foto hingga boneka. Menurut dia, yang paling sulit proses pengerjaan adalah kristik dengan benang metalik karena sering putus dan benangnya kusut.

Rata-rata proses pengerjaan kristik ukuran 20 cm x 20 cm selama lima hari. Sementara paling kecil ukuran 7 cm x 7 cm memakan waktu sehari. Harga yang dibanderol berkisar Rp 300.000-Rp 1,5 juta sesuai ukuran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×