Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini
Bunga kering, daun kering, buah-buah yang berjatuhan di tanah atau biji-bijian yang sudah dianggap tidak berguna, ternyata bisa menjadi cuan di tangan Wayan Sutiari Mastoer (76 tahun). Wanita asal Bali yang kini tinggal di Surabaya ini lewat tangan kreatifnya mampu menyulap berbagai sampah tersebut menjadi berbagai produk kerajinan tangan yang cantik.
Dengan mengusung nama brand Semi Indah Dried Flower, ia menciptakan puluhan kreasi kerajinan seperti rangakaian bunga kering, kolase, pigura foto, anting, liontin, kalung, aksesori rambut, bros, hiasan pintu, suvenir pernikahan, tempat hantaran pernikahan, dan masih banyak lagi.
Kegemarannya merangkai bunga dan membuat kerajinan tangan datang ketika dia sudah memasuki masa pensiun sebagai pegawai sebuah bank. Dia sempat mengikuti kursus merangkai bunga di Surabaya untuk mengisi waktu luang sekaligus menekuni hobi barunya kala itu.
Setelah cukup piawai membuat kerajinan tangan, dia membuat kreasi sendiri dengan mendayagunakan sampah organik. Sampah-sampah organik yang ia gunakan antara lain daun lontar kering, daun siwalan, biji melon, biji semangka, ranting pohon angsana, biji mojokeling busuk, dan masih banyak lagi.
Sehari ia bisa mendapat beberapa karung sampah. Sehingga dalam setahun ia berhasil mengubah sekitar 10 ton sampah yang ia dapat dari sekitar perumahan atau sampah yang ia dapat dari tukang sampah menjadi produk bernilai jual.
Sampah-sampah dari tumbuhan itu terlebih dahulu dijemur hingga kering, kemudian dibuat menjadi aneka kreasi dengan tangan. Semua proses pengerjaan menggunakan tangan dan tidak menggunakan bahan kimia.
Dalam kegiatan produksi, Wayan dibantu oleh dua orang karyawan, keluarga, anak serta cucu-cucunya.
Harga jual produknya ini sangat bervariasi. Misalnya bros kecil seharga Rp 1.500 hingga Rp 30.000 per buah. Untuk rangkaian bunga dalam vas besar, bisa mencapai Rp 2 juta per unit. Saat ini, ia bisa menghasilkan 100 desain rangkaian bunga. "Semua hasil desain itu buatan saya," ujar dia.
Usaha yang sudah ia sejak tahun 1997 ini banyak mendapat apreasi baik dari dalam maupun luar negeri. Sejak tahun 2005, pasarnya sudah merambah ke Singapura, Malaysia, Jepang, dan Timur Tengah.
Wayan mengatakan, omzet yang ia terima tidak tentu besarannya setiap bulan. Jika sedang ada pameran, dalam dua minggu saja ia sudah mendapat puluhan juta. Apalagi jika pameran di luar negeri. "Seperti tahun lalu, ikut pameran di Kuala Lumpur, dalam lilma hari saja sudah dapat lebih omzet lebih dari Rp 20 juta, " ujar Wayan. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News