kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menyusun margin dari rumah bongkar-pasang


Kamis, 25 April 2013 / 12:45 WIB
Menyusun margin dari rumah bongkar-pasang
ILUSTRASI. Kompak merah, harga saham BBRI & BBCA melemah di perdagangan bursa Senin (15/11). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nz


Reporter: Andri Indradie | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Bisnis properti berlari kencang akhir-akhir ini. Harga rumah di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan meningkat 15%–20% dalam empat tahun terakhir. Demikian kesimpulan lembaga-lembaga riset properti di Indonesia.

Selain tanah yang semakin mahal, harga properti juga terangkat oleh harga material yang membubung. Bagi mereka yang ingin membangun sendiri, ada kerepotan ekstra seperti mengurus sendiri rencana pembangunan, mengelola belanja bahan, hingga mencari tukang.

Situasi semacam itu yang memunculkan peluang bisnis rumah berbahan kayu dengan sistim knockdown. Rumah yang bisa di rakitulang dan dibongkar-pasang itu cocok bagi mereka yang mengidamkan tempat tinggal baru, namun enggan repot. Pembeli bisa memesan desain, memilih bahan kayu pada beberapa bagian rumah, menentukan besar ukuran atau tipe rumah, dan sebagainya. Setelah itu, penjual akan datang mengantarkan produk pesanan dan merakitkan sampai rumah tersebut siap dihuni.

Selama dua tahun terakhir ini, permintaan terhadap produk rumah kayu knockdown terus meningkat. Hal itu diakui pebisnis yang menjual berbagai jenis rumah bongkar-pasang. Beberapa di antaranya adalah
Dadang Haryansyah, pebisnis rumah-kayu bongkar pasang dari Desa Tanjung Batu Seberang, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

Pemain lain yang juga menikmati pasar lokal yang terus membesar adalah PT Indo Furnitama Raya (Ifura). Idrus Alwi Al-Saggaf, General Manager Ifura, mengatakan, perusahaan yang berbasis di Jawa Timur itu, sejak tahun 1924 sudah berbisnis aneka produk berbahan kayu.

Pemain bisnis ini masih sedikit

Dari penuturan Dadang, bisa kita simpulkan pembeli rumah knockdown dari dalam negeri adalah mereka yang ingin memiliki rumah peristirahatan. Indikasinya, kebanyakan rumah yang dipesan kemudian ditempatkan di daerah berhawa sejuk yang terkenal sebagai tempat berlibur, seperti Lembang di kawasan Bandung Utara dan Puncak, Bogor. “Setiap bulan, hampir pasti ada lima pesanan.

Produk yang paling banyak dipesan model bungalo atau gazebo,” tutur Dadang. Dadang berbisnis rumah knockdown karena mewarisi usaha orang tuanya sejak 13 tahun lalu. Kini, ia menyediakan rumah kayu berbagai tipe, mulai dari yang berukuran 24 meter persegi (m²), 48 m², 80 m², hingga 96 m². Harga jual produk nya bervariasi, mulai Rp 45 juta sampai Rp 150 juta.

Tidak cuma ukuran, jenis bangunan bongkar-pasang yang dijajakan Dadang juga bervariasi. Ia tak hanya memenuhi pesanan pembuatan rumah adat, dan bungalo, tetapi juga musala. Khusus untuk model produk yang terakhir, harga juga bergantung pada kesepakatan berdasarkan besar dan bahan kayu yang digunakan.

Biasanya, butuh waktu 3 bulan sampai 4 bulan bagi Dadang menyiapkan bahan-bahan hingga menjadi bentuk bangunan siap kirim. Setelah semua jadi, Dadang akan mengirimkan pesanan rumah, begitu si pembeli membayar uang muka 50% dari harga jual.

Saat ini Dadang punya sekitar 50 stok rumah siap kirim. Setiap bulan, dengan bantuan 30 karyawan, ia bisa menambah stok dua sampai tiga rumah. Selain pasar lokal, langganan tetap Dadang berasal dari luar negeri. “Setiap satu bulan sekali saya kirim ke Spanyol dan Malaysia,” tutur Dadang.

Menurutnya, produk yang paling laris adalah bungalo dan rumah tipe 24 m². Dalam sebulan, Dadang kini sudah bisa meraup omzet per bulan Rp 500 juta–Rp 1 miliar. Jumlah pemain di bisnis ini masih sangat minim. Di Sumatera Selatan, cuma ada sekitar 10 penjual rumah kayu knockdown. Bahkan, dalam skala nasional, jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari.

Nah, kebetulan Kampung Tanjung Batu Seberang, tempat Dadang berasal, merupakan kampung tukang kayu. Keahlian mendesain rumah dan membuat rumah-kayu knockdown merupakan warisan nenek-moyang secara turun-temurun. “Tempat saya ini termasuk yang paling besar,” jelas Dadang.

Idrus sependapat dengan Dadang. Di Jawa Timur, Ifura merupakan perusahaan kayu satusatunya yang menyediakan produk rumah knockdown. “Para pemainnya memang masih sangat sedikit,” kata Idrus. Ada tiga tipe rumah bongkar pasang yang ditawarkan Ifura.

Masing-masing adalah tipe A2 (dengan ukuran 12 meter (m) x 11 m), tipe A4 (11 m x 11 m) dan tipe B1 (8 m x 10 m). Ketiganya rata-rata terdiri dari teras, dua kamar tidur, ruang makan, ruang keluarga, dapur, dan dua kamar mandi. Untuk produkproduknya, Ifura membanderol harga di atas Rp 100 jutaan.

Di samping pasar lokal, sekarang ini pasar Ifura juga berasal dari negara-negara di luar negeri, terutama negara-negara di kawasan Timur Tengah. Ifura menggunakan kayu merbau sebagai bahan baku utama.

Modal tak perlu besar Idrus menuturkan, kayu merbau termasuk kayu yang tergolong kuat. Dia bilang, produk rumah Ifura bisa bertahan sampai di atas 40 tahun. “Dengan kayu merbau, rumah lebih tahan lama,” terang Idrus.

Jaminan daya tahan ini termasuk penting agar bisa meyakinkan calon pembeli. Dadang malah berani memberikan jamin, produk rumah kayu milik nya yang berbahan dasar kayu seru (puspa) dan meranti bisa awet hingga ratusan tahun.

Buktinya, kata Dadang, rumah-rumah adat di Sumatera Selatan sudah lebih dari dua ratus tahun masih berdiri kokoh. Kunci rahasia awet dan ketahanan rumah knockdown, memang terletak pada kayu yang menjadi material utama. Agar tahan lama, maka kayu yang dijadikan sebagai bahan harus melalui pengeringan dengan mesin oven. Untuk membuat oven tak butuh biaya mahal.

Oven bisa dibuat sendiri dengan membangun ruangan khusus berukuran tertentu hingga bisa menampung kayu material rumah. Ruangan oven dirancang sedemikian rupa sehingga suhu dari ruang pembakaran bisa masuk ke ruang kayu-kayu diletakkan. Sebagai alat pembakaran oven, bisa menggunakan kayu bakar.

Atau, untuk menghemat waktu, Dadang menyarankan, kayu yang dipesan merupakan kayu-kayu yang sudah melewati proses pengeringan oleh si pemasok kayu. “Kami bikin oven kalau kayu yang kami beli masih basah,” tutur Dadang.

Karena itu, bisnis ini sebenarnya tidak butuh modal yang sangat besar. Jika tertarik dengan bisnis ini, modal paling besar biasanya dipakai untuk belanja bahan-bahan kayu. “Modal awal Rp 150 juta sudah bisa mulai,” imbuh Dadang (lihat boks simulasi usaha).

Setelah modal dan bahan kayu tersedia, yang perlu Anda siapkan berikutnya adalah tukang kayu. Tapi ingat, tidak hanya tukang kayu, Anda juga butuh desainer alias arsitek yang mengert i tentang rumah knockdown. Idrus bercerita, jika arsitek dan bahan kayu sudah ada, langkah selanjutnya tinggal memikirkan strategi marketing alias cara menjual produk-produk rumah knockdown.

Ada beberapa cara memasarkan produk-produk rumah knockdown. Pertama, lewat pameran-pameran properti dan produk-produk kayu, baik tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Kedua, penjualan lewat online. Meskipun dirinya tergolong baru dalam hal menjajakan produknya lewat dunia maya, Dadang mengakui, sudah mulai banyak pemesan yang berasal dari penjualan online.

Ketiga, berpromosi. Menurut Idrus, agenda promosi penting agar rumah kayu buatan kita bisa dikenal di masyarakat. Kalau perlu, memasang iklan di media massa, baik media tulis maupun cetak. Oleh karena itu, memikirkan biaya promosi untuk penjualan juga sangat penting.

Keempat, memberikan harga khusus atau potongan. Misalnya, pembeli lama mendapat diskon jika melakukan pemesanan kedua. Atau, bisa juga memberikan promosi berupa pemindahan rumah secara gratis bagi mereka yang baru pertama kali membeli.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 30 - XVII, 2013 Usaha

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×