kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyusuri kenikmatan kedai kopi lokal


Sabtu, 07 April 2018 / 12:05 WIB
Menyusuri kenikmatan kedai kopi lokal


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Menikmati kopi bersama teman-teman di gerai kopi di mal sudah menjadi hal biasa.  Namun, belakangan ini, kedai-kedai kecil yang berada ditengah-tengah pemukiman warga, tidak jauh dari lokasi tanam kopi mulai menjamur. Nuansa kesederhanaan dan kebersamaan lebih terasa, sehingga rasa segelas kopi pun makin nikmat.

Tidak hanya itu, para pemiliknya pun mulai menciptakan merek untuk kopi miliknya. Tujuannya, untuk mempermudah pengenalan produk serta meningkatkan nilai ekonomi dari komoditas ini.

Seperti Danang Aji, yang melabel kopi asal Temanggung dengan nama Suwondo Coffee. Meski tidak mempunyai kedai, tapi rumahnya selalu terbuka untuk dijadikan tempat menyeduh kopi.

Tamunya pun tidak hanya warga sekitar dan luar kota saja, tapi dia banyak menerima tamu mancanegara seperti dari Spanyol, Inggirs, Belgia, Jerman, dan Turki. Biasanya, sambil menikmati kopi, para tamu asing itu tidak hanya menjajal rasa kopi jawa tapi juga saling bertukar info tentang cara pemprosesan dan lainnya. "Mereka bisa menggunakan cara sendiri dan kami akan menyajikan dengan cara kami atau dikombinasikan untuk mencari rasa kopi yang original," katanya pada KONTAN, Selasa (27/3).

Asal tahu saja, kopi Suwondo memiliki rasa yang unik karena muncul rasa kayu manis didalamnya. Maklum saja, di lokasi kebun kopinya, tanaman banyak dinaungi tanaman kayu manis.

Bapak tiga anak ini menjual 16 jenis kopi. Masing-masing jenis punya  karakter yang berbeda-beda, karena kopi tersebut diambil dari lokasi yang berbeda.  

Ia menjual kopinya mulai Rp 50.000 per 100 gram untuk arabika kualitas premium, dengan pengolahan natural. Dalam sebulan, Suwondo   menyiapkan sekitar dua kuintal biji kopi premium natural untuk memenuhi seluruh permintaan pasar.

Erwin Wiharna, petani kopi sekaligus pemilik merek kopi bakar SariBhumi menilai adanya merek ini mengerek harga jual kopi ke konsumen. Selain itu, mereka juga dapat menjadi identitas asal biji kopi.
Berbeda dengan Suwondo, Erwin memilih membuka kedai kopinya jauh dari lokasi kebun kopiu miliknya. Tujuannya, agar mudah diakses oleh konsumen.

Sekedar info, biji kopi yang dihasilkannya merupakan kualitas premium dengan sifat natural, full wash dan semi wash. Untuk harganya dipatok mulai dari Rp 40.000 sampai Rp 70.000 per 100 gram untuk jenis arabika dan Rp 35.000 per 100 gram untuk robusta.

Dalam sebulan kebutuhan biji kopinya sekitar 1,5 kuintal. Selain menggunakan hasil panen kebun kopi pribadinya, dia juga bermitra dengan petani lainnya.

Banyak pejabat daerah yang mampir ke kedainya untuk merasakan kopi asal Sukabumi, Jawa Barat. Lainnya, mereka juga dapat saling sharing pengetahuan tentang kopi.        

Citarasa kopi yang khas bikin pengunjung ketagihan

Kedai-kedai kopi lokal ini banyak bermunculan di sepanjang Pulau Jawa. Sepertinya, para petani memang ingin mempopulerkan kopi Tanah Jawa yang punya citarasa khas. Gaung kopi Jawa memang tidak setenar kopi dari daerah lainnya, seperti kopi asal Aceh. Meski begitu, rasanya yang unik membuat kopi Jawa punya ciri khasnya.  

Kualitasnya yang premium juga mengundang banyak penggemar kopi untuk kembali datang dan mencicipi kenikmatan kopi di kedai tradisional. Danang Aji, pemilik Suwondo Coffee asal Temanggung, Jawa Tengah menilai, kopi dari Pulau Jawa akan terus diburu karena mempunyai karakter yang berbeda. Ada yang punya aroma tembakau atau memiliki campuran rasa kayu manis.

Dia mengatakan, tidak sedikit konsumennya dari luar dan dalam negeri memesan lagi kopinya (repeat order) hingga lebih dari dua kali. Meski begitu, Danang tetap rajin mengedukasi konsumen untuk memperluas pasar, sekaligus mempertahankan bisnisnya agar terus berkembang.  

Laki-laki berusia 38 tahun ini memilih ajang pameran berskala nasional dan internasional untuk mengedukasi pasar. Karena, lewat pameran dia dapat berkomunikasi langsung dan memberi penjelasan kepada konsumen.  

Setelah menggenggam banyak pelanggan, salah satu konsumen pun memberi masukan pada Danang untuk menambahkan merek pada produknya. Alhasil, pasar pun bisa menandai kopi olahan Danang tersebut.

Maklum, sebelumnya, dia hanya menjadi suplayer kopi yang memasok untuk pelanggannya yang berada dibeberapa daerah seperti Bali, Kalimantan, dan lainnya. "Adanya mereka juga membuat saya konsisten dalam menjaga mutu dan kualitas biji kopi," katanya.

Usaha ini sudah dibesutnya sejak tahun 2017. Setelah pasarnya kian luas, Danang juga tidak menemui kendala dalam bisnis kopi. Demikian juga soal persaingan, dia menganggap angin persaingan belum bertiup kencang.

Sama seperti Danang, Erwin Wiharna, petani kopi sekaligus pemilik usaha Kopi Bakar SariBhumi asal Sukabumi, Jawa Barat ini menilai potensi kopi Jawa masih tetap bagus sampai kapan pun.

Dia pun juga setuju bila edukasi pasar harus tetap dilakukan meski penjualan sudah tinggi. Agar gaung kopi Jawa sama tingginya dengan kopi-kopi lainnya.

Lainnya, kendala yang dirasakan oleh bapak satu anak ini adalah harga kopi lokal miliknya masih kalah bersaing dengan produk kopi pabrikan. Alhasil, kebanyakan masyarakat sekitar lebih memilih produk yang lebih terjangkau harganya.

"Orang Jawa sudah terbiasa mengkonsumsi kopi instan produksi pabrik, ini yang jadi masalah untuk kami," katanya. Kedepan, dia berharap pasar lebih percaya dan mau beralih mengkonsumsi kopi lokal yang berasal dari wilayahnya.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×