kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Merajut rezeki dari peci rajut selama bulan Ramadan


Rabu, 25 Agustus 2010 / 11:30 WIB
Merajut rezeki dari peci rajut selama bulan Ramadan


Reporter: Raymond Reynaldi, Anastasia Lilin Y | Editor: Tri Adi

Bulan Ramadan merupakan berkah bagi para pelaku usaha. Selain kain sarung dan busana muslim, produsen peci atau songkok pun kebanjiran pesanan. Salah satunya adalah Miftakhus Salam dari Gresik, Jawa Timur. Sejak tahun 2008, pria ini meneruskan usaha peci bermerek President yang dirintis orang tuanya 30 tahun lalu.

Produsen lainnya adalah Wardani asal Bantul, Yogyakarta. Dia menghadirkan peci bermerek Al-Baroka yang telah masuk ke pasar sejak tahun 1999.

Miftakhus mengatakan, permintaan peci melonjak dua hingga tiga kali lipat sejak sebulan sebelum Ramadan. Sementara, Wardani menyebut kenaikan sudah terjadi sejak tiga bulan sebelum masa puasa dimulai. "Selama Ramadan ini produksi bisa meningkat hingga 3.000 peci per bulan," imbuhnya.

Meski meningkat, Miftakhus tak menggenjot produksi peci. Produksi rutin yang mencapai 600–800 kodi, mampu menutup lonjakan permintaan tersebut. Setiap kali produksi, dia membutuhkan 60 yar (1 yar = 30 cm) kain beludru. Tenaga kerjanya sebanyak 30 orang.

Di luar Ramadan, Wardani hanya memproduksi 1.000 peci per bulan. Dalam menggulirkan produksi, dia mempekerjakan 50 perajin. Agar bisnis terus berlanjut, keduanya memproduksi peci sesuai selera pasar yang berkembang. "Jangan mengeluarkan produk berdesain jadul (zaman dulu)," imbuh Miftakhus.

Selain beludru, peci President juga mengkombinasikan bahan kain bordir dan kain batik. Sementara, bahan baku peci Al-Barokah memakai bahan nilon berwarna kalem, seperti cokelat, hitam, atau merah marun. Wardani juga mengkombinasikannya dengan bahan kulit.

Harga jual peci President secara grosir antara Rp 10.000–Rp 50.000 per biji. Saban bulan, Miftakhus bisa meraup omzet Rp 100 juta hingga Rp 200 juta.

Adapun harga peci Al-Barokah di pasaran antara Rp 10.000–Rp 30.000 per peci. Omzet Wardhani di bulan biasa Rp 15 juta sebulan. "Kalau menjelang Ramadhan bisa mencapai Rp 30 juta," kata dia.

Penyebaran peci President mencapai Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Bahkan, Miftakhus mengaku pecinya sudah melancong sampai Malaysia. Adapun pemasaran peci Al-Barokah melalui toko-toko penjual busana muslim yang berada di Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta.

Wardani dan Miftakhus bilang, akses ke pasar luar negeri masih terbatas. Pesanan dari luar negeri bersifat musiman. Pembeli dari negara, seperti Malaysia, mendominasi pesanan peci. "Namun hanya selama bulan Ramadan. Selain Malaysia, produk Al-Barokah pernah dibeli konsumen dari Australia dan Arab Saudi," kata Wardani.

Miftakhus memiliki kendala lain berupa tingginya harga kain beludru. Harga kain beludru dua tahun lalu Rp 60.000 per yard. Kini, harganya Rp 85.000. "Saya menduga ada importir yang menahan kain beludru dari Korea Selatan di gudangnya," tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×