kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Merangkai cuan dari bisnis toko bunga


Senin, 20 Oktober 2014 / 16:00 WIB
Merangkai cuan dari bisnis toko bunga
ILUSTRASI. Simak Kurs Dollar-Rupiah di BRI Jelang Tengah Hari Ini Senin, 8 Mei 2023


Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Rizki Caturini

Mengungkapkan perasaan dengan karangan bunga kepada orang terkasih sudah menjadi salah satu tradisi masyarakat dunia. Tidak sedikit masyarakat Indonesia pun kerap saling mengirimkan bunga pada momen-momen tertentu seperti ulang tahun ataupun pernikahan. Di dunia bisnis pun, untuk menjaga hubungan baik dengan relasi, tidak jarang saling berkirim bunga di momen-momen spesial.

Tentu potensi bisnis ini sangat besar jika dikelola dengan baik. Apalagi, permintaan jasa pengiriman karangan bunga seperti ini tidak hanya marak untuk klien di dalam negeri. Sehingga, jika bisa pula melayani pasar di luar negeri, maka potensi cuan yang akan datang akan makin deras.

Itulah yang menggerakkan dua rekan bisnis bernama Willy Withovany Thomas dan Aldwin Wijaya untuk menjalankan bisnis toko bunga online secara serius. Lewat brand FlowerAdvisor, Willy dan Aldwin mengambil alih manajemen perusahaan ini dari pemilik lamanya asal Singapura pada 2009. Perusahaan ini sebelumnya telah berjalan selama setahun, namun tidak dijalankan secara optimal oleh si pemilik lama.

Willy mengatakan, dengan melihat perkembangan bisnis start up mulai menjadi tren dan berkembang pesat di Indonesia, maka dia optimistis bisnis ini bisa makin berkembang di Indonesia. Dengan bermodalkan patungan uang Rp 300 juta, Willy dan Aldwin mulai membangun infrastruktur pada perusahaan baru ini bersama-sama pada 2009.

Perusahaan yang memiliki nama situs www.floweradvisor.co.id ini bekerjasama dengan provider telekomunikasi lokal, yakni Telkomsel untuk pengembangan jaringan. Lalu untuk mengurus dan mengembangkan laman e-commerse ini, mereka memiliki tim TI tersendiri. "Total nilai investasi membangun internal jaringan dan semuanya belum bisa di sebut," ujarnya.

Selain menjalankan operasional di kantor yang berlokasi Jakarta, FlowerAdvisor juga membuka kantor di Singapura. Mereka membangun situs mulai dari perbaikan website, melengkapi aneka varian produk hingga menyempurnakan metode pembayaran.

Pada awalnya mereka masih kesulitan mengembangkan bisnis ini di Indonesia karena pengguna internet di Indonesia masih belum sebanyak sekarang, sehingga pasar FlowerAdvisor masih belum sebagus seperti saat ini. "Dulu belum banyak orang yang gemar belanja online, karena banyak orang yang belum percaya bisnis e-commerce," ujar Willy.

Saat ini FlowerAdvisor sudah bekerjasama dengan 1.000 toko bunga atau florist di beberapa negara untuk memenuhi pesanan yang datang. Untuk di Indonesia, sudah ada 100 florist yang sudah digaet untuk memenuhi permintaan di dalam negeri. FlowerAdvisor punya standar khusus mengenai kualitas bunga dan kualitas rangkaian yang harus diikuti para florist sesuai dengan SOP perusahaan.

Promosi tepat sasaran

Kini FlowerAdvisor sudah mengembangkan produk yang ditawarkan mulai aneka rangakaian bunga, parsel, bunga papan, paket parsel bayi, hingga aneka kue tart. "Kita berniat bisnis FlowerAdvisor bisa memenuhi segala kebutuhan pengiriman hadiah yang bisa disesuaikan dengan permintaan konsumen, dengan menjaga kualitas produk," tambah Willy.

Harga produk yang di tawarkan mulai dari Rp 300.000−Rp 2 juta untuk produk rangakaian bunga. Harga yang dipatok di situs sudah termasuk ongkos kirim, namun untuk lokasi-lokasi yang cukup sulit terjangkau, akan ada biaya tambahan mulai Rp 50.000-Rp 300.000.

Untuk produk parsel, biasannya pemesanan disesuaikan dengan biaya yang dimiliki konsumen. Selain itu, isian produk parsel pun bisa mengikuti keinginan konsumen. Willy menginfokan, cara pemakaian situs ini terbilang mudah. Pengunjung situs bisa langsung memilih produk yang diinginkan atau bisa menghubungi customer service FlowerAdvisor. Setelah itu ketik alamat tujuan pengiriman dan selanjutnnya melakukan pembayaran secara online.

Untuk sistem pembayaran, FlowerAdvisor bekerjasama dengan beberapa bank dengan pembayaran via kartu debit, kredit atau e-payment lainnya. "Khusus untuk bulan ini kita kerjasama dengan Bank BCA. Jika melakukan pembayaran dengan kartu kredit BCA bisa dapat diskon 10%," tandas Willy.

Sebagai perusahaan situs penjualan gift online yang masih anyar, FlowerAdvisor gencar melakukan kegiatan promosi. Willy bilang kebanyakan promosi dilakukan melalui iklan google dan iklan di Facebook, karena target konsumen FlowerAdvisor adalah orang-orang yang sering menggunakan internet.

Rencananya bulan depan FlowerAdvisor akan memiliki applikasi yang bisa diunduh di smartphone untuk memudahkan konsumen berbelanja. Willy mengklaim jumlah pengunjung situs ini di Indonesia sudah sekitar 30.000 pengunjung per bulan. Umumnya konsumennya berasal dari korporat, kemudian juga individu dan toko bunga.

Willy mengaku, omzet FlowerAdvisor di Indonesia dan Singapura sudah mencapai di atas US$ 1 juta per tahun. Kontribusi sebesar 60% berasal dari penjualan bunga dan sisanya dari penjualan parsel. Perusahaan ini menargetkan bisa menaikkan omzet dan jumlah konsumen hingga 30%-40% di tahun-tahun mendatang.

Hingga kini tantangan  yang masih kerap ditemui adalah melakukan kegiatan promosi yang tepat sasaran. Mereka harus memiliki strategi pemasaran yang bagus agar efektif. "Kita harus selalu mengikuti tren, kita harus lebih gigih utuk soal yang satu ini," kata dia.n

Menjalankan bisnis toko bunga online yang masih seumur jagung menjadikan Willy Withovany Thomas dan Aldwin Wijaya harus bekerja keras membangun brand. Mereka bercita-cita membuat FlowerAdvisor bisa menguasai pasar di Asia Tenggara dengan  bisa membuka cabang ke negara-negara lainnya di Asia Tenggara lainnya. "Kita ingin jadi e-commerce besar di Asia Tenggara," ujar Willy mengungkapkan harapannya.

Makanya, kata Willy,  penggunaan situs mereka terbilang mudah. Pengunjung situs bisa langsung memilih produk yang diinginkan atau bisa menghubungi customer service FlowerAdvisor. Setelah itu, ketik alamat tujuan yang akan dituju, selanjutnya hanya tinggal melakukan pembayaran secara online.

Namun, kendala terbesar yang masih kerap mereka temui adalah krisis kepercayaan dari konsumen. Karena, meski transaksi secara online sudah makin berkembang, namun belum semua orang percaya melakukan kegiatan jual beli lewat sistem e-commerce. Oleh sebab itu FlowerAdvisor berusaha untuk selalu menjaga kualitas barang dan konsumen bisa selalu memeriksa status pengirimannya lewat customer service.

Agung Harsoyo, pakar e-commerce dari Institute Teknologi Bandung (ITB) berpendapat, bisnis ini berprospek cukup bagus. Selain bisnis toko bunga online ini bisa menjadi tren di kalangan masyarakat, memberikan hadiah sebelumnya juga sudah menjadi budaya di Indonesia.

Untuk pemberian hadiah, di budaya seluruh dunia banyak orang yang peduli terhadap hari lahir seseorang. Sementara, di kalangan korporat, momen memberi penghargaan pada orang yang naik jabatan atau hari jadi perusahaan juga kerap diungkapkan melalui karangan bunga. Belum lagi kebiasaan mengirim parsel pada momen Lebaran atau hari-hari besar kegaamaan lainnya juga budaya yang banyak dilestarikan orang.

Agar bisnis ini bisa terus berkembang, Agung menyarankan agar perusahaan bisa menjalankan strategi pemasaran misalnya mendata pelanggan yang bertransaksi di atas satu juta rupiah untuk di jadikan anggota. Ini bisa menjadi salah satu jalan menaikkan omzet usaha.  

Kemudian untuk kendala krisis kepercayaan konsumen terhadap  bisnis e-commerse seperti ini tentu bisa di perbaiki lewat peraturan dari pemerintah. Oleh sebab itu dia mengimbau pemerintah untuk bisa membuat status hukum yang jelas mengenai bisnis e-commerce agar masyarakat akan lebih nyaman dan aman menggunakan fasilitas ini. "Ini untuk melindungi hak-hak konsumen," kata dia.

Pemerintah sebaiknya mengevaluasi e-commerce yang ada di Indonesia dan mengakreditasi kualitas dan integritasnnya agar konsumen bisa lebih terlindungi.                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×