kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.545   -6,00   -0,04%
  • IDX 6.849   21,48   0,31%
  • KOMPAS100 990   1,47   0,15%
  • LQ45 767   3,34   0,44%
  • ISSI 219   0,50   0,23%
  • IDX30 398   1,95   0,49%
  • IDXHIDIV20 468   1,05   0,23%
  • IDX80 112   0,42   0,38%
  • IDXV30 115   0,40   0,35%
  • IDXQ30 129   0,49   0,38%

Merangkai laba dari lukisan pita kaset


Rabu, 09 Maret 2016 / 18:19 WIB
Merangkai laba dari lukisan pita kaset


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Teodosius Domina | Editor: Rizki Caturini

Barang-barang lawas seperti kaset di zaman modern seperti sekarang sudah ditinggalkan sebagai benda untuk mendengarkan musik. Namun, dari barang yang sudah tidak digunakan lagi seperti itu, ternyata bisa dikreasikan menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Pita-pita kaset bekas ternyata bisa dijadikan foto atau lukisan yang menyerupai wajah seseorang. Harga jualnya mencapai ratusan ribu rupiah per bingkai lantaran dalam prosesnya membutuhkan ketelatenan dan kesabaran.

Lukisan pita kaset ini pangsa pasarnya menyasar anak muda atau keluarga muda yang mencari produk pajangan unik yang personal untuk hadiah maupun hiasan di dinding rumah. Tren lukisan pita kaset ini mulai muncul di dalam negeri ketika video klip penyanyi Bruno Mars muncul memamerkan lukisan wajah dari pita kaset beberapa tahun silam. Sebagian pengusaha membuat lukisan kaset ini sebagai pengembangan usaha kerajinan mereka yang sudah eksis.

Sebut saja seperti Reynzsana Hanna Laksmita atau yang biasa disapa Rere, pemilik Athrlm Store asal Yogyakarta. Dia awalnya menjual kerajinan lukisan berbahan dasar pasir dan daun tembakau kering mulai tahun 2010. Namun melihat koleksi kaset sang ayah yang bertahun-tahun menumpuk dan tidak terpakai lagi, muncul inspirasi untuk memanfaatkan kaset tersebut untuk kerajinan lukisan pita kaset berbentuk sketsa wajah.

Rere bilang, bisnis lukisan pita kaset ini memang mengikuti tren, sehingga cukup mudah pamornya meredup. Tapi, jika kreatif menggunakan bahan baku pita kaset ini untuk produk kerajinan lainnya, prospek bisnisnya cukup baik. Dia sudah memiliki rencana untuk membuat produk suvenir lain yang lebih kecil. "Kalau suvenir kan bisa untuk pernikahan, dan yang pasti pesan sekali bisa langsung banyak. Jadi produknya tidak monoton sketsa wajah saja,” ungkapnya.

Luthfi Ramdhani, pemilik usaha Luks Lukisan Kaset mengatakan, usaha ini menuntut kreativitas membuat sketsa. Hal yang menarik dari pembuatan lukisan pita kaset ini adalah membentuk konsep hingga aplikasi pita kaset dalam sebuah gambar. “Kaset itu barang langka, nah dengan lukisan fungsinya jadi berbeda,” tutur Luthfi.

Awal pembuatan dimulai dengan membuat sketsa gambar menggunakan aplikasi photoshop, dilanjutkan menempelkan pita kaset di seluruh bagian. Namun ada bagian tertentu, seperti rambut atau hijab yang dibuat timbul sebagai penegas gambar. Biasanya, pita kaset diaplikasikan pada bagian yang berwarna hitam.

Pita harus kering

Sebelum ditempelkan pada sketsa gambar, pita kaset terlebih dahulu dikeluarkan dari kaset dan dijemur selama 10 menit-15 menit. Tujuan penjemuran ialah mengurangi kadar air pita kaset, sehingga dengan mudah ditempel pada gambar. “Kita tidak tahu kadar kelembaban pita di dalam kaset. Padahal, kelembaban pita kaset berpengaruh ke kuat atau tidaknya ketika ditempel. Pita harus kering, karena kalau kondisinya lembab, pita kasetnya bisa gampang lepas,” terang Rere.

Lukisan pita kaset produksi Rere untuk ukuran A3 dijual seharga Rp 250.000 (satu kepala) dan Rp 300.000 (dua–tiga kepala). Lukisan pita kaset sebenarnya maksimal berisi gambar dua kepala agar detail gambar terlihat.

Dalam sebulan, Rere dibantu satu temannya bisa mengerjakan 10 pesanan hingga 17 pesanan. Praktis dalam satu bulan omzet yang didapat sekitar Rp 2,5 juta hingga Rp 5,1 juta.

Rere mengaku sebagian besar konsumennya memesan untuk hadiah pada event tertentu, seperti wisuda, pernikahan, ulang tahun, natal, tahun baru, maupun valentine. Konsumennya datang dari beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jakarta, Bogor, Surabaya, dan Tangerang.

Sementara Luthfi menjual lukisan pita kaset untuk satu kepala senilai Rp 240.000 dan lukisan pasangan seharga Rp 280.000 per unit. Dalam sebulan, Luthfi bisa mengerjakan 30 lukisan hingga 40 lukisan pita kaset. Sehingga diperkirakan omzet yang didapat Rp 10 juta per bulan.

Agar usahanya bisa semakin dikenal masyarakat dan berkembang, Luthfi gencar melakukan promosi melalui sosial media, salah satunya Instagram. Ke depannya, Luthfi ingin mengembangkan lukisan pita kaset dengan sketsa ukuran yang besar dan sketsa lebih dari dua orang.

Adapun Putri Ramadhani, pemilik workshop Silvesterabend di Surabaya mengatakan, bisa menerima empat hingga tujuh pesanan dalam sebulan. Untuk membuat satu karya ia membutuhkan waktu sekitar satu atau dua pekan.

Putri mematok harga jual Rp 400.000 untuk pengerjaan satu kepala, dan Rp 450.000 untuk dua kepala. Untuk menghasilkan sebuah gambar, Putri tidak pernah menggunakan kaset bekas. Ia lebih memilih memakai gulungan pita kaset baru karena kaset tersebut biasanya bening dan belum ada tulisan apapun. “Kalau berwarna dan sudah ada tulisannya mengurangi aspek estetika. Kecuali ada pelanggan yang meminta pesanan khusus, pasti saya usahakan,” tutur Putri.

Usaha ini sudah Putri jalankan sejak 2014. Selain lukisan pita kaset, dia juga memproduksi mozaik sketsa wajah untuk menambah varian produk agar usahanya bisa terus berkembang. Harga jual Rp 150.000−Rp 270.000 per unit.         n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×