kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.255   69,00   0,43%
  • IDX 6.901   35,74   0,52%
  • KOMPAS100 1.004   4,88   0,49%
  • LQ45 768   3,99   0,52%
  • ISSI 227   1,02   0,45%
  • IDX30 396   2,65   0,67%
  • IDXHIDIV20 457   1,32   0,29%
  • IDX80 113   0,52   0,46%
  • IDXV30 114   -0,13   -0,12%
  • IDXQ30 128   0,82   0,64%

Merangkai laba dari usaha pembuatan lampu hias


Kamis, 24 Maret 2016 / 13:37 WIB
Merangkai laba dari usaha pembuatan lampu hias


Reporter: Teodosius Domina | Editor: Rizki Caturini

Negara-negara di jazirah Arab terkenal dengan ornamen lampu hiasnya yang cantik dan unik. Cobalah berkunjung ke kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Anda akan melihat banyak toko-toko bernuansa Timur Tengah. Banyak juga toko yang menjual lampu hias dengan ornamen Arab.

Usaha di sini tumbuh dan berkembang memanjakan turis Timur Tengah yang biasa disebut orang Arab oleh penduduk lokal. Kawasan Arab itu berdiri di wilayah Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Daerah ini memang dikenal sebagai Kampung Arab.

Nah, aneka lampu hias dengan ornamen Arab yang dijual di tempat ini ternyata diproduksi oleh ratusan warga di sebuah kampung kecil di Desa Jambudipa, Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur. Saban bulannya, mereka juga mengirim ribuan lampu ke Arab, Turki, dan negara-negara di Eropa Timur.

Sutrisna, salah satu produsen lampu mengaku bisa membuat 300 pieces lampu setiap bulan. Harganya bervariasi tergantung ukuran. Untuk lampu dengan ukuran sekitar 10 centimeter (cm) x 10 cm x 30 cm dihargai Rp 70.000.

Ia membuat pula lampu gantung besar dengan tinggi sekitar 1 meter. Harganya mencapai Rp 1,5 juta per pieces. Rata-rata omzet per bulan yang didapatnya mencapai Rp 60 juta.

Sayangnya akhir-akhir ini harga bahan baku tidak kunjung turun. "Tahun 2015 kemarin, karena dollar naik harga kuningan menjadi mahal. Dari biasanya Rp 40.000 per lembar sekarang jadi Rp 50.000," keluhnya.

Ia juga mengeluhkan sulitnya  mencari kaca es. Kaca es adalah kaca dengan ornamen-ornamen timbul. "Tidak tahu kenapa di semua toko bangunan di Cianjur sudah tidak ada. Bahkan saya juga sudah mencari ke Bandung," imbuhnya.

Pengusaha lain, Imam Rohmadi mengeluhkan hal yang sama. Mengenai kenaikan harga bahan baku, ia menyiasatinya dengan menaikkan harga jual sekitar 20% dari harga awal. "Kan selama ini kami memasok dari Glodok, Jakarta Barat. Jadi terpengaruh mahalnya harga BBM juga," imbuhnya.

Meski menghadapi beberapa kendala, Sutrisna menyimpan asa bahwa pendapatannya tidak akan surut. Setahun ini ia memanfaatkan media Instagram untuk memasarkan produknya. "Dengan majang produk di Instagram, beberapa kali orang Malaysia datang kemari untuk memesan barang," tuturnya.

Lebih lanjut ia menceritakan bahwa dua hari sebelum KONTAN bertandang ke tempatnya pekan lalu (17/3), ia baru saja mengirim 500 pieces lampu lewat pedagang dari  Malaysia tersebut.

Sedangkan Imam Rohmadi berharap bisa mengekspor langsung produknya agar bisa menjual dengan harga yang lebih mahal. Namun, ia mengaku tidak memahami proses dan seluk beluk ekspor. "Kalau bisa ekspor sendiri harga jualnya bisa dua kali lipat dari harga sekarang. Pernah coba lewat orang bank, tapi dia juga minta persenan," ujarnya.      n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×