kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meraup berkah dari inovasi kerajinan bambu


Jumat, 18 Maret 2016 / 16:07 WIB
Meraup berkah dari inovasi kerajinan bambu


Reporter: Teodosius Domina | Editor: Rizki Caturini

Indonesia merupakan salah satu negara yang ditumbuhi tanaman bambu dalam jumlah yang banyak, baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Tanaman ini sudah sejak lama dimanfaatkan untuk banyak keperluan, mulai dari membuat perkakas rumah tangga hingga mebel. Namun terkadang, di masyarakat produk kerajinan bambu cenderung masih kalah pamor dibanding bahan baku lain seperti kayu. Padahal, lewat inovasi serta proses pengolahan yang unik, produk ini bisa diminati tidak hanya di pasar lokal, tetapi juga pasar mancanegara.

Salah satu pengusaha yang  menikmati bisnis ini adalah Harry Mawardi pemilik Amygdala Bamboo. Di tangannya, bambu bisa menjadi gelas, nampan, kacamata, kursi, gantungan lampu, dan produk lain yang bernilai estetis serta nilai guna tinggi. Dari sini, Harry mampu mengantongi omzet sekitar Rp 30 juta per bulan.

Harga produknya variatif tergantung kerumitan dan ukuran. Cangkir dan sendok harganya paling murah, yaitu Rp 80.000. Sedangkan produk yang paling mahal berupa meja, yaitu kisaran Rp 5 juta. Margin yang didapat lumayan, sebab satu bambu seharga Rp 7.000-an bisa digunakan untuk membuat dua hingga tiga produk. "Harga jual produk bisa tinggi selain karena desainnya premium, nilai kegunaannya juga tinggi," ujar juara 1 kompetisi Wirausaha Muda Mandiri 2015 kategori industri kreatif ini.

Harry mengerjakan desain dan pemasaran. Sementara proses produksi semua dikerjakan perajin. Ada tujuh perajin yang rutin membantunya. Namun jika sedang kebanjiran pemesanan, ia membutuhkan 20 hingga 30 perajin tambahan.

Harry bercerita, usahanya ini juga bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para perajin. Selama ini, pemilik workshop di Limbangan, Garut, ini menerangkan bahwa daerahnya tersebut merupakan sentra produksi sangkar burung berbahan baku bambu. Ada sekitar empat desa yang masing-masing desa ada sekitar 150 perajin. "Harapannya, apa yang saya lakukan ini bisa membantu perajin juga," imbuhnya.

Pendiri Akademi Bambu Nusantara (ABN), Das Albatani menambahkan, selama ini produk berbahan baku bambu masih dianggap sebelah mata. Padahal, jika diproses dengan benar, kekuatan produk berbahan baku bambu bisa sebanding dengan kayu bahkan logam. Ia mencontohkan, beberapa produsen mobil mewah seperti BMW, Aston, Lexus menggunakan bambu pada desain interior dashboard.

Bersama rekan-rekan di ABN, Das bisa mengantongi omzet bulanan sekitar Rp 100 juta. Selain membuat barang-barang yang digunakan sehari-hari, ABN juga membuat instalasi rumah bambu. Omzet dari mengerjakan proyek rumah bambu, ABM bisa mengantongi Rp 1 miliar hingga Rp 5 miliar per proyek. Proses pengerjaan satu proyek rumah bambu  butuh waktu sekitar enam bulan.          

Potensi masih besar

Potensi pasar kerajinan bambu ternyata masih besar. Permintaan tidak hanya banyak datang dari dalam negeri, tapi juga dari pasar internasional. Das Albatani, perajin bambu pendiri Akademi Bambu Nusantara (ABN) mengatakan, bambu bisa digunakan untuk membuat serat tekstil yang bisa diaplikasikan sebagai bahan baku kaos, sepatu, sajadah dan sebagainya.

Selain itu, kesadaran masyarakat dunia untuk menggunakan produk ramah lingkungan ikut mendongkrak permintaan komoditas bambu. Ini juga yang membuat prospek industri bambu kian baik, khususnya untuk pasar luar negeri. Ia mencontohkan, sepeda bambu buatan ABN laris di pasar Eropa, misalnya Belgia, Belanda, Italia, dan sebagainya. “Bagi pasar luar negeri harga sepeda bambu cukup terjangkau, yaitu Rp 3,5 juta hingga Rp 15 juta per sepeda,” imbuhnya.

Sementara Harry Mawardi, pemilik Amygdala Bamboo mengaku sudah bisa ekspor hingga ke Korea Selatan, Italia, Australia dan Jepang. Untuk permintaan dari dalam negeri sebenarnya masih banyak. "Itu belum bisa kami penuhi semuanya,” tuturnya.

Salah satu produk buatan Harry yang paling laris adalah cangkir. Pelanggan produk ini kebanyakan adalah pemilik kafe. Menurutnya budaya minum kopi sekaligus kebutuhan untuk mengunggah aktivitas sosial di media sosial membuat aspek desain cangkir diperhatikan secara khusus oleh para penjual kopi.

Maka dari itu, untuk memasarkan produknya Harry memanfaatkan media sosial. Selain itu, ia juga sering menjadi peserta pameran. “Dari event terakhir yang kami ikuti di JCC bulan Maret ini, sambutannya cukup baik. Ada yang membeli secara ritel, ada juga yang lalu bekerja sama sebagai reseller,” imbuhnya.

Harry sejak tahun 2014 menggarap produk home decor hingga aksesori fesyen. Lewat situs usaha amygadalabamboo.com, peraih gelar Master di bidang desain produk dari Institut Teknologi Bandung ini mendesain aneka peralatan dapur yang unik dan berkelas.

Harry menyebutkan salah satu alasan tidak banyaknya pelaku bisnis di segmen pasar menengah ke atas ini adalah kurangnya pemahaman mengenai pemrosesan bambu. “Memproses bahan baku bambu untuk mendapat ketahanan yang baik memang membutuhkan waktu lama, yaitu sekitar dua sampai tiga minggu. Hal ini yang membuat perajin tidak sabar karena ingin mengejar jumlah produksi,” tutur juara 1 kompetisi Wirausaha Muda Mandiri 2015 kategori industri kreatif ini.

Padahal prosesnya sebenarnya pendek. Bambu berumur kurang lebih empat tahun harus melewati proses perautan dulu. Setelah itu diraut dan dibelah menjadi beberapa bagian. Bagian yang sudah lentur inilah yang bisa diolah menjadi berbagai produk. Harry membutuhkan sekitar 50 batang bambu sebulan untuk produksi yang dia ambil dari daerah Garut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×