Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Tri Adi
Tren fesyen busana muslimah terus berkembang. Tahun ini kain kaftan dipadu dengan brokat sebagai busana muslim sedang populer. Tidak hanya digunakan ketika hari raya seperti Idul Adha pekan lalu, busana ini bisa digunakan kaum hawa untuk menghadiri pernikahan dan acara formal lain. Itu sebabnya, pengusaha kaftan brokat meraup berkah dari tren busana ini.
Seperti layaknya tren rambut, riasan wajah atau busana kasual, tren busana muslimah juga terus bergerak. Apalagi Indonesia menjadi salah satu kiblat tren baju muslim seiring maraknya perancang busana muslim bermuculan dalam beberapa tahun terakhir di negara ini. Salah satu busana muslim yang sedang populer di kalangan kaum hawa adalah berbahan kaftan yang dipadu dengan bahan brokat.
Trinia Noviyanti, pemilik Caltha Boutique mengatakan, tahun ini kain kaftan yang dipadu dengan brokat sedang banyak diminati masyarakat lantaran terkesan mewah namun tetap tidak berlebihan. Dia bilang, bisnis produk fesyen muslimah dari bahan kaftan memiliki pasar yang cukup bagus. Sebab, selain untuk busana muslim, kaftan brokat juga dapat digunakan untuk pakaian formal seperti untuk menghadiri acara pernikahan, pengajian, dan lainnya. Sehingga, tidak melulu wanita muslimah yang menggunakan busana ini.
Trinia memiliki usaha konveksi sendiri untuk menjalani bisnis baju muslim. Usaha yang dia jalani sejak 2013 ini memproduksi enam seri kaftan, yang diberi nama Ayla, Aghna, Kemala, Adha, Mandaliva dan Azka. Seri kaftan ini rata-rata menggunakan bahan brokat dan juga sutra. Rata-rata dia memproduksi sekitar 200 lembar kaftan brokat per bulan.
Kualitas bahan baku kaftan, brokat, dan kualitas jahitan sangat dia jaga agar mampu bersaing dengan produsen lain. Segmen pasar yang dia sasar kelas menengah dan menengah ke atas, lantaran harga jualnya mulai dari Rp 850.000−Rp 1 juta per potong. Trinia mengaku dalam sebulan penjualan mencapai target sebanyak kurang lebih 200 kaftan. Omzetnya bisa mencapai ratusan juta per bulan.
Pelanggannya tidak hanya berasal dari Indonesia, beberapa diantaranya dari Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, Brunei Darussalam, Jepang, Turki, dan AS.
Saat ini promosi produk baru dia jalani lewat media sosial seperti Instagram. "Rencananya saya ingin membuat butik sendiri sehingga pembeli dapat datang langsung," kata dia.
Korina Rustiawati, pemilik brand Korin Kaftan, mulai memproduksi kaftan brokat sejak awal tahun ini karena melihat busana ini sedang tren di kalangan muslimah. "Karena pada Idul Fitri tahun ini banyak artis yang pakai kaftan brokat, sehingga jadi tren tahun ini," ucap Korin.
Berjualan lewat butiknya di Lampung, Korin dapat memproduksi sekitar 50 potong−80 potong kaftan per bulan. Dari total produksi sebanyak itu, separuhnya adalah pesanan untuk pakaian kaftan brokat. Harga jualannya Rp 600.000−Rp 700.000 per potong. "Dalam sebulan omzet yang didapat sekitar Rp 20 juta−Rp 30 juta," ujarnya.
Korin menggunakan bahan brokat yang lebih berat dan tebal, karena bahan brokat tipis terlihat kaku dan kurang pas saat dijahit untuk gaun. Dia bilang, saat ini model kaftan bisa dibuat lebih slim membentuk pinggang dengan model tangan pendek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News