kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Merdunya bisnis nada panggil pribadi


Selasa, 10 Desember 2013 / 15:39 WIB
Merdunya bisnis nada panggil pribadi
ILUSTRASI. Woman holds smartphone with Facebook logo in front of a displayed Facebook's new rebrand logo Meta in this illustration picture taken October 28, 2021. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Marantina, Noor Muhammad Falih, Pratama Guitarra | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pasar industri telepon seluler di Indonesia terus bertumbuh dalam beberapa tahun terakhir. Seiring dengan itu, bisnis seputar telepon seluler pun juga ikut menggeliat. Salah satunya bisnis penyediaan konten melalui jaringan seluler, seperti ring back tone (RBT) alias nada sambung pribadi.

Bisnis RBT marak karena permintaannya memang tinggi di pasaran. Maklumlah, mayoritas pengguna telepon seluler memanfaatkan layanan RBT.

Lewat layanan itu, mereka dapat mengganti nada panggil standar di teleponnya dengan potongan lagu, musik, atau suara khas lainnya disediakan oleh penyelenggara jaringan bekerjasama dengan penyedia jasa RBT. Nah, untuk mendapatkan nada panggil pribadi ini tentu Anda bisa berlangganan lewat provider ponsel Anda.

Maraknya permintaan RBT ini pula yang  mendatangkan berkah bagi perusahaan penyedia jasa pembuatan RBT.  Mereka pun kebanjiran order, terutama dari kalangan musisi yang ingin hasil karyanya dijadikan RBT di jaringan seluler.

Bisnis konten khusus layanan RBT ini salah satunya ditekuni oleh Indonesia Music Protal (IM;port) di Jakarta.  Perusahaan ini digawangi oleh musisi ternama yakni Abdee Slank dan Anang Hermansyah.

Dono Widiarjo , Manager IM;port menuturkan, perusahaan ini berdiri sejak 2006. Salah satu tujuan berdirinya perusahaan ini adalah memajukan industri musik digital. Dan, salah satu caranya ialah mempromosikan lagu adalah lewat nada panggil pribadi. Hingga saat ini, kebanyakan klien IM;port merupakan artis indie atau yang belum bekerja sama dengan perusahaan rekaman.

Jika tertarik menggunakan jasa IM;port, Anda tinggal mengirimkan materi lagu dan identitas diri pada IM;port. Selanjutnya, IM;port akan menyeleksi lagu tersebut. “Di sini kami juga berfungsi sebagai quality control terhadap karya artis indie yang tertarik memakai jasa kami,” ujar Dono.

Materi lagu harus memenuhi standar IM;port. Meskipun bebas dari segi genre musik, lagu yang lolos seleksi harus kualitas CD audio. Artinya, lagu sudah diproses sehingga layak dengar seperti layaknya lagu dalam album rekaman.

Setelah lolos seleksi, IM;port akan menyuplai lagu-lagu tersebut kepada provider ponsel. Dono bilang, IM;port sudah bekerja sama dengan semua operator ponsel, baik Telkomsel, XL, Indosat, Axis, maupun Three (3). “Dengan cara ini, artis tidak perlu repot lagi promosi lewat nada sambung ponsel,” katanya.

Pemain lainnya yaitu Nu Production yang didirikan oleh Ayi Suryana. Nu Production berdiri sejak tahun 2010 di Depok, Jawa Barat.

Menurut wanita yang akrab disapa Ipey, jasa pembuatan RBT telah menjadi penyelamat industri musik Indonesia di tengah meningkatnya pembajakan rekaman lagu. "Nada sambung yang memperdengarkan lagu ini tidak bisa dibajak karena ditempatkan di mesin milik operator telepon selular," kata wanita kelahiran Bandung, 35 tahun silam ini.

Ipey menyebutkan, pertimbangan lagu yang bisa diterima oleh pihaknya yaitu kualitas hasil rekaman atau mixing dan juga genre musik.

Pemain lainnya di bisnis ini adalah Ardian Arif Budiman yang akrab disapa Pane. Ia merupakan lulusan sekolah musik Faraby. Sejak 2009, ia menggantungkan hidupnya pada pembukaan usaha home recording di rumahnya sendiri di daerah Bekasi.

Usaha yang ia namakan Pane Home Recording ini mulai menawarkan jasa pembuatan RBT pada 2010. Saat itu, RBT tengah menjadi tren di kalangan musisi tanah air. Ia pun melirik peluang ini lantaran banyak musisi dari daerah ingin mengenalkan musiknya lewat RBT.

Bisnis ini menjadi mudah karena kebetulan Pane sudah memiliki relasi di salah satu konten provider Indonesia. “Jadi jasa yang saya tawarkan hanya bersifat menghubungkan antara musisi dengan konten provider,” ujar Pane.

Sama dengan penyedia jasa lainnya, ia juga harus menyortir kualitas musik yang diberikan oleh para musisi agar layak diterima konten provider. "Yang jelas, musik yang bakal jadi RBT harus melalui tahapan mixing yang baik," ujarnya.

Setelah mendapat musik yang baik, Pane bersama musisi itu akan menentukan bagian mana yang akan dijadikan RBT. “Biasanya kami hanya mengambil 30 detik dari bagian lagu untuk dijadikan RBT. Tapi pemilihan ini juga bisa dilakukan konten provider,” ujarnya.

Sistem bagi hasil

Dono mengatakan, dalam sebulan IM;port menerima minimal 500 lagu yang ingin dijadikan nada sambung pribadi. Terkadang, seorang artis mengirimkan satu album sebanyak 12 lagu ke IM;port untuk dijadikan RBT.

Namun, setelah diseleksi, IM;port biasanya mengorbitkan sekitar 300 lagu – 500 untuk dijadikan nada panggil pribadi saban bulan. IM;port tidak memasang tarif pada klien yang mengirimkan lagu.

Namun, jika lagu mereka terpilih sebagai nada sambung oleh operator ponsel, IM;port kebagian untung. “Kami dapat share dari RBT dengan porsi 50:50 begitu klien dapat keuntungan dari operator,” ujar Dono yang enggan menyebutkan omzet perusahaannya.

Beda dengan IM;port, Nu Production mengutip biaya registrasi kepada siapa saja yang ingin mengorbitkan lagunya melalui RBT.

Ipey menyebutkan, registrasi dimulai dari harga Rp 2 juta untuk satu album full. Sementara kalau per lagu dibanderol dengan harga Rp 500.000. "Harga sudah termasuk lima operator," katanya.

Bila ada pelanggan menggunakan RBT tersebut, baik perusahaannya maupun pihak artis akan sama-sama mendapat royalti dari provider. Pihak provider sendiri memungut tarif berlangganan berkisar Rp 25.000 per bulan. Dari situ, production mendapatkan biaya royalti sekitar 75%. Sementara artisnya mendapat bagian sekitar 45%. "Sebenarnya itu menguntungkan jika yang pakai RBT nya semakin banyak," ungkapnya.

Dia menyebut, omzet yang didapatnya berkisar Rp 8 juta - Rp 12 juta per bulan. Khusus Panen, karena sifatnya hanya menghubungkan, dia hanya mendapat komisi Rp 300.000 per lagu dari musisi.

Selanjutnya, konten provider tinggal membagi keuntungan dengan membayar royalti ke musisi. “Musisi dapat 60% dan untuk konten provider sebesar 40%. Biasanya kontraknya selama dua tahun,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×