Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini
Usaha studio foto bernama Third Eye bisa dikatakan berawal dari keterpaksaan. Semuanya berawal ketika Anton terpaksa berhenti kuliah dari Royal Melbourne Institute of Technology, Australia pada tahun 1998.
Pasalnya, kondisi keuangan keluarga tak memungkinkan untuk melanjutkan kuliah. Saat itu, ia mengambil jurusan seni fotografi . "Bapak saya yang berprofesi tentara, dan ibu rumah tangga kena imbas krisis moneter, jadi saya terpaksa dipulangkan ketika sudah di semester 4," kisahnya.
Setelah kembali ke Indonesia, ia pun memutuskan berbisnis sepatu asli tapi palsu alias KW di Jakarta. Dari sana, ia belajar bahwa presentasi merupakan hal terpenting saat berjualan. Penyampaian yang bagus dan tepat bisa memikat hati konsumen.
Sejatinya, bisnis sepatu hanya sampingan. Di waktu yang bersamaan, Anton juga sudah bekerja di sebuah perusahaan grafik desainer. "Karena gaji di perusahaan itu pas-pasan, saya harus putar otak, makanya saya sambil jualan sepatu KW," tuturnya.
Namun, lambat laun Anton merasakan kreativitasnya terlalu dibatasi di perusahaan grafik desainer itu. Alhasil, ia memutuskan keluar dari perusahaan tersebut pada tahun 2000.
Sejak itu, ia pun beralih menjadi seorang asisten fotografer dari seorang fotografer profesional, Sam Nugroho. Di sinilah, ia berkesempatan mengerjakan proyek pertamanya yang berskala besar.
Pada tahun 2003, Anton mengerjakan pemotretan produk Biore lewat suatu agen komersial. Proyek itu pun sukses. Memang, pria kelahiran Jakarta 38 tahun silam ini bisa dibilang punya kreativitas dan darah seni yang mumpuni. Darah seni mengalir di tubuhnya lewat sang ibunda. Ibunya adalah lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia, Jogjakarta, dan memiliki sanggar tari di rumahnya.
Namun, lantaran Anton ingin mandiri, tahun 2005, ia akhirnya memutuskan membuka studio foto sendiri. Dia berharap, dengan adanya studio foto, juga bisa menjadi tempat berkumpul bagi banyak orang yang ingin berbagi kreativitas.
Lagi pula, dia memang suka berkumpul dengan orang-orang. "Mereka adalah sumber informasi dan ide bagi saya. Ibarat kata, makin banyak informasi yang didapat, dia yang bakal memenangi pertarungan,” kata Anton.
Sejatinya, keputusan membuka studio foto tidaklah mudah. Ia semacam berjudi, lantaran tak punya modal besar. Ia membuka Third Eye Studio dengan modal pas-pasan. "Saya cuma punya mesin faksimili yang harganya Rp 500.000 dan sebuah komputer. Tidak ada kamera, kalau ada proyek, saya harus pinjam dari teman,” kenang Anton.
Lambat laun, bisnisnya melejit. Kualitas produk yang bagus membawa namanya dikenal banyak kalangan. Kini, ia membawahi belasan karyawan. Usaha yang dirintis Anton kini sudah berbentuk Perseroan Terbatas, yakni PT Kreasi Mata Ketiga. Saban bulan dengan omzet hingga Rp 800 juta per bulan.
Tidak hanya dari seni fotografi Anton mendulang rupiah, ia juga menyutradarai video klip artis kenamaan, seperti Bondan & Fade2Black, Seringai, dan Ello. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News