kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski butuh edukasi, pasar skincare natural kian menawan


Minggu, 18 November 2018 / 07:30 WIB
Meski butuh edukasi, pasar skincare natural kian menawan


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Bagi sebagian kaum hawa, kesehatan dan kecantikan kulit menjadi perhatian penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, tak jarang mereka mengeluarkan biaya hingga puluhan juta rupiah untuk sekali perawatan. Persoalan kulit memang kerap meresahkan banyak perempuan.

Tiga tahun belakangan, tren penggunaan bahan alami dalam produk perawatan kulit dan kesehatan makin berkembang. Kesadaran untuk kembali menggunakan bahan-bahan alami dalam produk perawatan makin bertambah. Peluang ini pun ditangkap oleh beberapa pelaku usaha kecantikan dan kesehatan.

"Makin ke sini, banyak orang mulai peduli sama kesehatan kulitnya. Jadi tidak hanya perawatan biasa, tapi lebih soal kesehatan kulit. Pelanggan saya kebanyakan datang dari mereka yang sudah mulai peduli dengan kesehatan kulit," kata Shelly Mahardhika, founder Body and Co asal Bali.

Sejak awal mendirikan Body and Co pada tahun 2016 lalu, Shelly mengatakan pasar skincare natural makin meningkat. Ia bilang, makin banyak masyarakat yang mulai sadar untuk kembali ke bahan-bahan alami. Sehingga, potensi pasar skincare natural di Indonesia bisa dibilang makin menjanjikan.

"Untuk pasarnya sendiri sebenarnya menjanjikan, walaupun belum sebanyak produk skincare komersil, tapi pelan-pelanlah masyarakat Indonesia menuju ke sana," tuturnya.

Shelly mengakui bahwa merintis bisnis skincare alami di Indonesia memang banyak tantangan. Kurangnya edukasi soal manfaat bahan alami menjadi salah satu tantangan yang harus diselesaikan.

"Awalnya memang tidak mudah bikin produk yang anti mainstream di pasaran, tapi saya terus melakukan edukasi pada masyarakat soal manfaat bahan-bahan alami yang saya gunakan dalam produk Body and Co," papar gadis 28 tahun ini.

Tantangan soal kurangnya edukasi soal manfaat bahan-bahan alami dalam produk perawatan dan kesehatan juga dirasakan oleh Arlin Chondro, founder Peek Me Naturals. Memasarkan produk olahan essential oil atau minyak atsiri di Indonesia butuh kerja keras.

Pasalnya, selama ini masyarakat Indonesia hanya mengenal essential oil sebagai produk kecantikan, relaksasi dan spa. Hanya segelintir orang yang mengetahui khasiat essential oil sebagai produk kesehatan.

"Waktu awal dulu saat buka stand di bazar komunitas, saya jelaskan satu-satu produk Peek Me pada tiap pengunjung yang datang. Bagaimana cara pakainya, khasiatnya apa, sekalian edukasi juga," kenang Arlin pada KONTAN beberapa waktu lalu.

Ia mengakui, bila pengetahuan soal aromatheraphy maupun essential oil di Indonesia sangat minim. Mau tidak mau, perempuan kelahiran Bandung ini harus sabar dan telaten memperkenalkan khasiat produknya pada masyarakat.    

Sejumlah bahan sulit didapat di Indonesia

Tren produk skincare dan healthcare berbahan alami memang tengah naik daun. Jangkauan pasar yang terus meningkat ini ternyata belum didukung oleh persediaan bahan baku alami. Pelaku bisnis skincare dan healthcare natural harus memutar otak untuk menjaga pasokan bahan baku tersebut.

Arlin Chondro, founder Peek Me Naturals mengatakan, beberapa jenis bahan baku, terutama essential oil (EO) sulit ditemukan di dalam negeri. Karena kebutuhan agar roda bisnis tetap berjalan, ia pun harus mengimpor beberapa jenis EO dari beberapa negara di Eropa dan Asia.

"Ada beberapa jenis EO seperti lavender oil, rosewood oil dan avocado oil mustahil didapat di Indonesia. Mau tidak mau harus impor, sulit didapatkan karena tumbuhannya saja tidak ada di sini. Tapi kalau EO lain seperti jahe, serai, dan jeruk lebih mudah didapat di sini," jelasnya.

Bahkan, beberapa kali Arlin pernah mengalami  kesulitan mendapatkan bahan baku, terutama untuk jenis EO yang harus impor. Terpaksa ia harus menunggu sampai pasokannya kembali ada. Menurut ibu dua anak ini, Indonesia sebenarnya negara potensial untuk menghasilkan bahan baku EO. Namun karena keterbatasan teknologi dan teknik ekstraksi, belum banyak sumber bahan herbal yang bisa dibuat EO.

"Indonesia sebenarnya surga untuk bahan baku herbal, banyak tanaman herbal mudah tumbuh di sini. Buah dan sayuran juga mudah tumbuh di sini. Misal seperti buah alpukat banyak tumbuh di sini, tapi sayangnya belum ada yang bisa mengekstrak essential oil-nya,” tutur Arlin.

Kendala soal bahan baku juga pernah dialami oleh Shelly Mahardhika, founder Body and Co asal Bali. Ia mengakui, jika di Indonesia lumayan sulit menemukan beberapa jenis minyak, bukan hanya essential oil saja. Tapi juga jenis minyak seperti minyak bunga cannola, virgin coconut oil, sun flower oil, dan sebagainya sulit ditemukan di Indonesia.

Meski demikian, ia punya strategi untuk mengatasi tantangan tersebut. Shelly lebih memilih bahan baku herbal yang mudah ditemui di Indonesia. Sebut saja sereh, jahe, kelor (moringa), dan urang aring yang mudah didapatkan di sini.

"Ada beberapa bahan baku yang memang harus impor, tapi tidak banyak. Aku lebih banyak pakai bahan baku yang memang sumbernya mudah didapat di Indonesia. Gimana caranya bisa memaksimalkan potensi sumber tanaman herbal yang ada di sini," ujarnya.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×