kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,90   4,55   0.49%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski omzet sempat turun, PKL dukung revitalisasi Malioboro


Sabtu, 07 Juli 2018 / 16:05 WIB
Meski omzet sempat turun, PKL dukung revitalisasi Malioboro


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Sebagai salah satu destinasi wisata favorit, Yogya mulai berbenah. Maklum, tiap musim libur, para wisatawan selalu memadati kota pelajar tersebut. Bahkan, bisa dibilang macetnya ibukota Jakarta berpindah ke Jogja.

Salah satu pembenahan terlihat di kawasan Malioboro. Sebagai kawasan yang selalu dipadati para wisatawan dan kendaraan bermotor saat musim liburan, sudah waktunya Malioboro menyelesaikan persoalan kemacetan.

Padatnya pejalan kaki bertemu dengan kendaraan bermotor selalu menimbulkan kemacetan panjang. Bahkan, kondisi ini seringkali menimbulkan ketidaknyamanan baik bagi wisatawan maupun warga Yogya.  

Namun, sekarang, jika Anda bertandang ke Malioboro, akan nampak perubahan, terutama pada bagian pejalan kaki. Trotoar dibuat lebih lebar, lalu beberapa kursi taman diletakkan di beberapa titik sepanjang trotoar. "Kalau kursi - kursi ini sudah ada sejak habis lebaran tahun lalu," kata Kuswiyanto, salah satu pedagang pakaian di kawasan Malioboro, saat ditemui KONTAN pada Minggu (1/7) lalu.

Berdasarkan informasi Yanto, sapaan akrab Kuswiyanto, penataan atau revitalisasi kawasan Malioboro berlangsung sejak tahun 2015. Akan tetapi, khusus penataan trotoar di sepanjang jalur dagang PKL Malioboro atau revitalisasi sisi barat Malioboro baru berlangsung sekitar Maret 2017. Sampai saat ini proses pengerjaan masih berlanjut.

"Selama libur Lebaran sampai akhir bulan ini, pengerjaan diliburkan sementara. Katanya sih mau dilanjut awal Juli. Mungkin mulai Senin (2/7) besok," tutur Yanto.

Ia mengatakan, selama proyek revitalisasi berlangsung, para PKL yang berjualan pakaian mengalami penurunan omzet sampai 20%. Terlebih saat awal proyek tersebut berjalan, ia mengaku sejumlah PKL sempat kewalahan menghadapi proyek tersebut.

"Awal-awal, omzet memang sempat turun. Lalu kami negosiasi sama pihak yang garap proyek ini, bagaimana biar sama-sama enak. Alhamdulilah, sekarang sudah pelan-pelan balik normal," ungkapnya.

Pernyataan Yanto tersebut dibenarkan oleh Slamet Santoso, Ketua Umum PKL Malioboro. Saat awal proyek revitalisasi jalur pejalan kaki berlangsung, sejumlah PKL memang mengeluhkan adanya penurunan omzet. "Bener kalau beberapa pedagang ada yang omzetnya turun. Sekarang sudah lumayan membaik," ujarnya.

Karena kondisi tersebut, pihak PKL mengajukan beberapa poin negosiasi kepada pemerintah terkait proyek revitalisasi Malioboro. Negosiasi tersebut dilakukan agar sama-sama menguntungkan kedua belah pihak.
"Biar sama-sama enaklah. Sebenarnya kami, para PKL mendukung revitalisasi ini. Sebab, revitalisasi juga upaya pemerintah menata kawasan Malioboro. Agar pengunjung juga lebih nyaman di sini," jelas Slamet.                          

Sistem on-off beri kesempatan pedagang raup omzet tinggi

Proyek revitalisasi kawasan Malioboro sisi barat tentu menimbulkan sejumlah dampak bagi para pedagang kaki lima (PKL). Ketua Umum PKL Malioboro, Slamet Santoso menjelaskan, jika ada beberapa poin negosiasi yang diajukan pada pihak pemerintah. Salah satu poinnya adalah pemberlakuan sisten on-off.

"Maksudnya sistem on-off ini, proyek dan jadwal jualan kami dilakukan secara bergantian. Misal, selama tiga hari ke depan, wilayah di sekitar lapak saya dibongkar, ya saya libur jualan untuk sementara. Nanti kalau sudah rampung baru jualan lagi," jelas Slamet.

Ia mengatakan sistem tersebut dilakukan agar proyek bisa tetap berjalan dan para PKL yang berjualan tidak terganggu selama proyek berlangsung. "Maka dari itu, saya butuh jadwal pengerjaan proyek, biar saya bisa mengatur jadwal berjualan teman-teman PKL," ujar Slamet.

Tak dipungkiri jika pemberlakuan sistem on-off tersebut yang menyebabkan turunnya omzet para pedagang. Hal tersebut dilontarkan oleh Kuswiyanto atau yang akrab disapa Yanto, salah satu pedagang pakaian di Malioboro. Ia bilang, untuk sementara waktu para PKL harus mengalah demi proyek revitalisasi sisi barat Malioboro.

"Ya itu, salah satu penyebab omzet turun. Jualannya kami dijadwal. Tapi ya mau bagaimana lagi, daripada jualan di tengah-tengah proyek, ngga nyaman juga. Banyak debu, belum lagi resiko kalau ada kecelakaan proyek. Pembeli juga pasti tidak nyaman," ungkap Yanto.

Ditanya soal jumlah pengunjung yang datang ke Malioboro selama proyek revitalisasi berlangsung, Yanto bilang, tidak ada pengurangan pengunjung. Kawasan Malioboro tetap ramai seperti biasa, apalagi jika memasuki akhir pekan atau liburan.

Untuk mengatasi penurunan omzet, Slamet mengatakan jika pihak PKL juga menyampaikan poin negosiasi selanjutnya, yakni selama Idul Fitri, pengerjaan proyek diliburkan. Harapannya, selama libur Idul Fitri, para PKL bisa meraup keuntungan karena banyak pengunjung yang berbelanja.

"Kami minta waktu berjualan H-7 hingga H+15. Dan Alhamdulilah dikabulkan sampai sekarang proyeknya masih libur, mungkin dilanjut lagi minggu depan," tutur Slamet. Ia juga berharap agar revitalisasi berjalan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan alias tidak molor. Sehingga, tidak membuat para PKL di sepanjang Malioboro makin rugi.

Yanto lanjut menambahkan, proyek revitalisasi tersebut rencananya bakal selesai sebelum Tahun Baru 2019. "Katanya proyek ini bakal beres sebelum Tahun Baru. Jadi pas Tahun Baru sudah lebih rapi dan mudah-mudahan pengerjaannya ngga molor," tukasnya. Ia juga menginfokan jika beredar rumor para PKL bakal dialokasikan dalam satu gedung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×