kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Meski sukses, Deden tidak berpuas diri dan akan terus ekspansi (3)


Rabu, 18 Januari 2012 / 12:10 WIB
Meski sukses, Deden tidak berpuas diri dan akan terus ekspansi (3)
ILUSTRASI. Kapal induk Jepang Kaga (depan), kapal perusak Inazuma (tengah), dan kapal fregat Inggris HMS Argyll ambil bagian dalam latihan bersama di Samudra Hindia, 26 September 2018.


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Tri Adi

Setelah terjerat dalam lilitan utang, Deden Supriyadi memutuskan untuk meninggalkan usaha pembuatan busana muslim, dan kembali fokus menggeluti bisnis batik. Namun, tak mudah bagi Deden untuk bangkit kembali. Sebab, jeratan utang senilai hampir Rp 400 juta sempat membuat usaha batiknya terpuruk.

Tetapi, hal itu tidak membuatnya putus asa. Pantang menyerah dan terus berusaha memang menjadi moto hidup Deden. "Cobaan berat harus saya hadapi sekuat mungkin," katanya.

Berbekal uang hasil menjual rumah yang sebagian dia pakai untuk membayar utang, Deden kembali membenahi Deden Batik. Sisa uang penjualan rumah ia gunakan buat menyewa toko untuk memasarkan karya-karya batiknya.

Selain itu, ia juga mulai mengembangkan jaringan pemasaran melalui internet.Tetapi, Deden mengaku butuh waktu lama untuk meyakinkan rekan-rekan bisnis agar mau bekerja sama kembali. "Saat punya utang, saya dijauhi dan tidak dipercaya. Sekarang Alhamdulillah," ungkapnya.

Semua upaya yang ia lakukan memang tidak sia-sia. Deden Batik kini berjaya lagi dan semakin berkembang. Karya-karyanya telah menembus pasar di berbagai kota, seperti Jakarta, Surabaya, dan Samarinda.

Toko batiknya di Tasikmalaya juga ramai dikunjungi pembeli. Berkat toko itu, pemasaran batiknya terus berjalan. "Batik yang batal dikirim keluar kota masih bisa dipasarkan di toko sendiri," ujar Deden.

Jika tidak memiliki toko, biasanya para produsen akan melempar produknya ke penjual dengan harga yang murah. "Makanya, setiap produsen perlu punya toko sendiri," ucapnya.

Selain pembeli eceran, banyak juga pedagang batik dari daerah lain yang berkunjung ke toko Deden Batik. Umumnya, mereka mendapat infromasi Deden Batik lewat internet.

Pesanan dalam skala besar juga selalu datang. Pesanan besar pertama datang dari Pemerintah Kota Samarinda, Kalimantan Timur di awal 2009. Saat itu, Pemerintah Samarinda memesan 3.000 potong baju batik tulis.

Produk batik Deden diminati karena mirip dengan batik khas Kalimantan. "Saya dapat kabar, tahun ini, Pemerintah Samarinda akan pesan lagi," kata dia.

Selain dari Samarinda, dua pedagang asal Surabaya juga kepincut batik buatan Deden. Saban bulan, Deden mengirim minimal 300 potong jenis batik cap berukuran 2,35 x 1,7 meter ke Kota Pahlawan tersebut.Kerja sama itu sudah terjalin sejak awal 2011 lalu.

Sejak dua tahun lalu, ia juga mulai menjalin kerja sama dengan pedagang batik dari Jakarta. Saat ini, sepuluh pedagang dari ibu kota menjadi langganan Deden. "Setiap bulan, kami mengirim 8.000 potong bahan batik ke Jakarta," imbuhnya.

Di Tasikmalaya, Deden telah memiliki dua toko dan satu pabrik yang menampung 50 pekerja. Setiap bulan, ia memproduksi 12.000 potong batik cap dan 40 potong batik tulis. Pada pertengahan Januari ini, Deden akan membuka pabrik baru di Banjar, Jawa Barat yang dapat mempekerjakan 20 orang.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×