kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.354   47,00   0,29%
  • IDX 7.121   -35,15   -0,49%
  • KOMPAS100 1.037   -5,92   -0,57%
  • LQ45 793   -6,83   -0,85%
  • ISSI 232   -0,66   -0,28%
  • IDX30 412   -2,47   -0,60%
  • IDXHIDIV20 483   -2,41   -0,50%
  • IDX80 116   -0,72   -0,61%
  • IDXV30 119   -0,16   -0,14%
  • IDXQ30 133   -0,83   -0,62%

MINI UKURANNYA, GENDUT LABA BISNISNYA


Rabu, 23 Desember 2009 / 10:10 WIB
MINI UKURANNYA, GENDUT LABA BISNISNYA


Sumber: | Editor: Uji Agung Santosa

Sejak tiga tahun terakhir, konsumsi ikan mas dan nila baik, balita, atau dewasa, sebagai lauk atau camilan naik pesat. Ikan mas dan nila balita sendiri sangat digemari lantaran rasanya yang manis dan gurih.

Untungnya di Cianjur, Jawa Barat, cukup banyak peternak yang melakukan pembenihan ikan mas dan nila. Salah satu pengusaha itu adalah Oyan Royanto.

Pemilik usaha Pembenih Ikan Minamukti ini sudah melakoni usaha pembenihan nila dan ikan mas sejak 18 tahun silam.

Semula, bibit ikan ia jual kepada petani pembesaran ikan di Cianjur dan Bandung. Tapi, sejak permintaan ikan balita konsumsi semakin pesat, kini 80% benih ikan terserap oleh pembudidaya ikan balita di Cianjur, Bandung, Karawang, dan Subang.

"Berapa pun jumlah bibitnya, selalu terserap," ujar Oyan. Padahal pembudidaya ikan dewasa dan balita tak hanya satu dua di Cianjur.

Untuk usaha ini, Oyan mempunyai 18 kolam pembenihan, ada yang 1.000 m², ada yang 4.000 m². Saat ini, ia mempunyai 100 ekor indukan betina dan 500 indukan pejantan.

Indukan itu berusia 12 tahun dengan bobot dua sampai empat kilogram per ekor. Masa produktivitasnya berlangsung sekitar setahun.

Pemijahan ia lakukan pada betina yang siap bertelur dan pejantan di dalam satu kolam. Perbandingannya, 20 induk betina dan 100 ekor pejantan. "Ciri ikan betina yang siap bertelur perutnya membesar dan agak lembek," jelas pria 42 tahun ini.

Sehari setelah pemijahan, ikan betina akan bertelur. Sekali bertelur, ikan ini bisa menghasilkan 10.000 liter larva. Dalam hitungan tiga hari, larva akan menetas. "Sekitar 80% akan menetas kalau kondisi cuaca dan airnya tidak terkena limbah seperti sabun," jelas Oyan.

Satu kolam ukuran kecil bisa menampung 100.000 anakan ikan. Pakan ikan sampai usia 15 hari atau sepanjang 1 sentimeter adalah campuran telur bebek dan pelet ikan.

Benih ikan seukuran ini dijual seharga Rp 30.000-Rp 50.000 per liter. Satu liter berisi sekitar 5.000 ekor anakan. Setiap bulan, Oyan bisa menjual sekitar 300 liter benih ikan. Permintaan benih ikan sendiri bakal naik setelah masa panen padi pada bulan Januari. Sebab, petani biasa memelihara ikan di lahan sawahnya. "Margin laba usaha ini sekitar 40%-50% dari harga jual," ungkap Oyan.

Usaha pembesaran ikan balita ikut kecipratan rezeki tingginya permintaan ikan mas dan nila balita di pasaran. Rata-rata pembudidaya hanya butuh waktu 15 hari untuk meraup keuntungan. Waktu tersebut digunakan untuk membesarkan benih ikan usia 15 hari hingga siap jual pada usia 30 hari.

Makanya, Agustina Kosasih memilih fokus pada pembesaran benih ikan balita ini. Pria yang akrab disapa Agus ini sudah memulai usaha pembesaran ikan balita sejak 14 tahun silam.

Awalnya, Agus menjual hampir semua ikan balita usia satu bulan ke pedagang pakan ikan. Sebab, ikan balita kerap menjadi pakan ikan besar, seperti louhan. Hanya sebagian kecil yang dia jual ke pihak yang akan memeliharanya hingga dewasa.

Tapi kini, kondisi pasar sudah berubah. "Saat ini ikan balita hasil budidaya hampir 80% untuk konsumsi," kata Agus.

Menurut Agus, dengan membudidayakan ikan usia balita atau 30 hari, dia bisa terhindar dari risiko kematian saat pengiriman. Pemeliharaannya juga tidak rumit. "Total biaya perawatan hanya Rp 10 juta sampai Rp 20 juta sekali panen," ujar Agus.

Untuk membudidayakannya, ia menggandeng petani pemilik sawah dengan luas lahan mencapai 5 hektare. Sebab Agus tidak punya lahan sawah sendiri.

Setiap habis panen padi, Agus menyalurkan benih ikan kepada petani untuk dikelola. Sistem ini bernama sistem mina padi.

Dengan cara ini, Agus tak perlu repot memberi pakan, sebab sumber pakan alami untuk benih-benih ikan itu sudah tersedia di sawah. Hanya sesekali si ikan diberi pakan sisa penggilingan beras.

Agar anak-anak ikan itu tumbuh sehat, air di sawah harus selalu melimpah dan dalam kondisi bagus, tidak tercemar limbah apapun, seperti sabun. "Jika kondisi air bagus, 95% benih akan hidup," ujar Agus.

Pada usia 30 hari, ikan balita siap dipanen. Dalam sebulan, Agus bisa memanen 5 ton ikan balita.

Periode panennya bertahap. Dia memanen setiap 2 kuintal. Lalu ikan-ikan imut itu ditampung di kolam sementara untuk dijual. Harganya Rp 20.000-Rp 25.000 per kilogram.

Dari harga tersebut, Agus mengantongi keuntungan Rp 3.000 per kilogram ikan. Pembeli tetapnya datang dari Cianjur, Sukabumi, dan Karawang. "Permintaan naik saat bulan puasa," ujarnya.

Tak hanya ikan nila dan mas dewasa yang sangat digemari masyarakat. Kini ikan nila dan mas balita pun lazim disantap. Tak heran, bisnis ikan balita kini sangat sedap untuk digarap.

Salah satu pebisnis ikan balita yang sukses adalah Ayi Solihin. Pria asal Cianjur, Jawa Barat ini bisa meraup pendapatan Rp 25 juta sampai Rp 35 juta sebulannya.

Pemilik UD Suhada ini mengaku sudah melakoni pekerjaannya sejak lima tahun silam. Awalnya, ia menjual ikan balita untuk pakan ikan louhan. Tapi, jatuhnya harga louhan membuat Ayi menjual ikan balita untuk konsumsi manusia.

Dalam sehari, Ayi bisa menjual satu ton ikan balita hidup dan ikan balita segar yang sudah dibersihkan isi perutnya ke sekitar Cianjur dan Jabodetabek. Biasanya, perusahaan katering atau restoran meminati ikan balita yang masih hidup.

Untuk menjualnya, ia memakai kemasan balon beroksigen. Satu kemasan balon plastik beroksigen bisa menampung ikan balita hidup seberat 3 kg-10 kg. Adapun setiap kilogram ikan balita hidup berisi 200-300 ekor. Harga jualnya Rp 25.000-Rp 35.000 per kg.

Sementara, supermarket dan hipermarket lebih suka ikan balita yang sudah bersih dan sudah dikemas dalam sterefoam seberat 250 gram. Harganya berkisar Rp 40.000-Rp 45.000 per kg.

Pengemasan dan pembersihan ikan balita ini tidak mudah. Untuk mengerjakannya pun, Ayi harus dibantu 50 pekerjanya.

Dari 10 kilogram ikan hidup, bisa dihasilkan 8 kilogram ikan mati segar. "Proses membersihkan satu kg ikan memakan waktu lebih dari satu jam kalau pekerja belum terlatih," ungkapnya.

Tak heran jika biaya operasional perusahannya ini cukup besar. Walaupun begitu, Ayi tetap bisa mengantongi margin keuntungan sampai 30%.

Ayi sendiri mendapat pasokan ikan balita usia 30-40 hari dari peternak pembesaran ikan balita di sekitar Cianjur. Saat bulan puasa tiba, Ayi sering kewalahan karena permintaan ikan balita bisa naik sampai 100%.

Walaupun cukup menggiurkan, persaingan di bisnis ini juga sudah cukup tinggi. Karena itu, Ayi juga berupaya menjaga pelanggan dengan menjaga kualitas layanan maupun kualitas produknya. Ia juga tak segan memberikan diskon.

Ayi juga rajin mempromosikan produknya lewat internet dan berinovasi membuat ikan balita goreng. "Dalam waktu dekat, saya akan buka kios di Puncak," ujarnya bersemangat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×