kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.280   21,00   0,13%
  • IDX 6.944   39,53   0,57%
  • KOMPAS100 1.011   9,10   0,91%
  • LQ45 769   6,42   0,84%
  • ISSI 230   2,11   0,93%
  • IDX30 395   2,10   0,54%
  • IDXHIDIV20 455   1,70   0,37%
  • IDX80 113   1,22   1,09%
  • IDXV30 115   1,19   1,05%
  • IDXQ30 128   0,74   0,59%

Motif Lokal yang Sudah Mengglobal


Minggu, 15 Juni 2025 / 11:25 WIB
Motif Lokal yang Sudah Mengglobal
ILUSTRASI. Produk fesyen Ragam Bentala


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ragam budaya dari Nusantara bisa menjadi inspirasi usaha. Inilah yang dilakoni dua kolega Anne Shafira Purnama Claytonia Aziz dan Nuraini Jamilatul Badriyah saat mendirikan Ragam Bentala, salah satu label batik fesyen.

Awalnya, Anne dan Nuraini ingin membuat produk fesyen dengan corak khas lokal. Pilihannya adalah mengangkat warna bumi atau earth tone. Akhirnya lahirlah Ragam Bentala pada Februari 2020.

Harapannya, produk fesyen yang diproduksi membuat  masyarakat lebih perhatian dan mulai mencintai produk lokal. "Secara definisi Ragam itu artinya warna, Bentala itu Bumi. Kami ingin orang-orang mulai aware dengan produk lokal," ujar Anne kepada KONTAN, belum lama ini (31/5).

Untuk itu, Anne membalut  produk fesyen batik Ragam Bentala dengan bahan lokal. Mulai dari motif, bahan baku, hingga melakukan pemasaran via media sosial. Termasuk juga penggunaan kosa kata  bahasa Indonesia.

Harapannya, produk yang dijajakan Ragam Bentala bisa menarasikan cerita soal Indonesia. Adapun produk yang dibuat Ragam Bentala yakni  rok lilit, riung kemeja, obi belt, riung tunik dan  terikat. Semuanya mengusung ragam motif tradisional mulai dari truntum, kembang, daun arang, selaras bumi, selaras langit, hingga motif rintik.

Proses pembuatannya sebut Anne, dilakukan dengan teknik batik cap. Pengerjaannya secara manual oleh beragam pengrajin menggunakan canting dan malam. Produksinya dilakukan di berbagai kota yakni Bogor, Bandung dan Solo.

Berbicara soal bahan, Anne ingin konsumen yang mengenakan produknya terasa nyaman. Untuk itu dirinya menggunakan bahan  ramah lingkungan seperti linen dan katun lokal.

Sedangkan dalam proses perancangan produk fesyennya, Anne mengklaim mereka melakukan riset sampai ke berbagai wilayah di Indonesia. Rancangan produk yang dibuat, kata Anne juga mengikuti perkembangan tren mode.

"Karena kami ingin membuat batik Indonesia yang tetap ada sisi modernnya yang bisa dipakai sehari-hari," tuturnya.

Setelah jadi, Anne menjajakan produk Ragam Bentara dengan rentan harga Rp 50.000 sampai Rp 300.000-an per item. Hasilnya, setelah lima tahun berjalan, Ragam Bentala kata Anne sudah sanggup memproduksi hingga 5.000 item per bulannya. "Untuk penjualannya, di bulan normal seperti Mei bisa terjual hingga 3.000 potong," klaim Anne.

Jangkaun pasar Ragam Bentala tidak cuma menyasar pasar lokal saja. Juga sudah bisa tembus pasar luar negeri. Misalnya saja ke Singapura, Malaysia, Brunei, dan juga Filipina.

Melihat hasil yang positif tersebut, Anne berencana untuk membuat motif khas Ragam Bentala yang khas Nusantara. Berikutnya, rilis situs resmi Ragam Bentala tahun ini  untuk memperluas pasar ke luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×