kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mulanya hanya ingin pasta lebih merakyat


Sabtu, 30 Juni 2018 / 14:14 WIB
Mulanya hanya ingin pasta lebih merakyat
ILUSTRASI. Hernando Yudha Setiawan


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Kuliner pasta memang sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bahkan, makanan asal Italia ini punya penggemarnya sendiri di tanah air. Namun, ternyata, pasta yang selama ini dikenal sebagai produk mahal, bisa juga dijual dengan harga miring.

Hernando Yudha Setiawan adalah sosok di balik menjamurnya ratusan gerai pasta dengan brand Pasta Kangen. Saat awal mendirikan Pasta Kangen, ia mencoba menjajakan pasta di dalam gerobak. Ia ingin salah satu menu western ini lebih merakyat.  

Upayanya untuk membuat olahan pasta lebih merakyat rupanya berbuah manis. Tak hanya produk olahan pastanya disukai banyak konsumen, tetapi juga mendatangkan ratusan mitra yang bersedia menjajakan hidangan tersebut.

Pada Maret 2015, awal mula Hernando mendirikan Pasta Kangen. Ia tertarik berbisnis pasta setelah melihat peluang pasarnya masih sangat luas. "Selain kompetitornya masih sedikit, ngga banyak brand pasta di Indonesia yang populer di masyarakat," terang Venji, sapaan akrab Hernando pada KONTAN, Rabu (20/6).

Dengan konsep pasta 'gerobakan' dan sistem kemitraan, saat ini, Pasta Kangen telah berhasil menjaring 266 mitra yang tersebar di 58 kota di Indonesia. Venji menjelaskan, setelah dua tahun Pasta Kangen dengan konsep gerobak berjalan, ia ingin memperluas dan memaksimalkan potensi pasar dengan mengembangkan Pasta Kangen berkonsep kafe.

"Awalnya memang di dalam gerobak, lalu sekitar tahun 2017 kemarin, kami luncurkan Pasta Kangen dengan konsep kafe. Alhamdulilah, sampai sekarang sudah ada sekitar 112 mitra Pasta Kangen yang berkonsep kafe," ungkapnya. Total gerai Pasta Kangen saat ini mencapai 378 gerai tersebar di 58 kota, mulai dari Banda Aceh sampai Kalimantan, Nusa Tenggara bahkan Sulawesi.

Pasta Kangen menawarkan sekitar 60 menu utama, seperti aneka pasta, pizza, nasi goreng, dan ayam geprek. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau, yakni mulai Rp 8.000 - Rp 28.000 per porsi. Venji mengatakan jika harga sengaja dibuat cukup terjangkau karena menyasar pasar anak muda usia 18 tahun - 28 tahun.          

Lakoni riset untuk pahami esensi bisnis kuliner

Sebelum memutuskan terjun berbisnis, seorang pelaku usaha tentu melakukan riset terlebih dulu. Hal tersebut juga dilakukan oleh Hernando Yudha Setiawan atau yang akrab disapa Venji.

Selama 2,5 tahun dia mempelajari perilaku konsumen, potensi pasar, lokasi sampai sistem kemitraan. Venji memutuskan sektor kuliner karena punya pasar paling luas dan tahan terhadap gempuran krisis. "Setelah saya riset, kebanyakan orang menghabiskan uangnya untuk kebutuhan makan, dibanding sandang dan papan. Dari situ saya menyimpulkan sektor kuliner berpeluang besar," cetusnya.

Pria kelahiran Oktober 1984 ini pun menjelaskan beberapa hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam menjalankan bisnis kuliner. Pertama, pelaku usaha harus tahu betul siapa target marketnya supaya produk dan konsep gerainya sesuai dengan target market.

Seperti Pasta Kangen yang mengincar anak muda dan kaum millenial Indonesia, maka dia menyesuaikan citarasa pasta sesuai dengan selera pasar Indonesia. "Lidah masyarakat kita lekat dengan rempah. Jadi saus pasta kami kombinasi dengan aneka rempah, citarasa rempahnya kuat," tutur Venji.

Tak hanya itu, menunya  juga memiliki nama unik dan nyeleneh, seperti fusilli pacar simpanan, sphagetti bini muda, fettucini pacar bule dan sebagainya. Menu dengan nama unik dinilai Venji bisa lebih menarik rasa penasaran kaum millenial. "Generasi millenial ini suka penasaran dengan menu-menu unik," ujarnya.

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah soal sumber daya manusia (SDM) dan pemilihan lokasi usaha. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kelanjutan bisnis kuliner. Venji mengatakan, SDM memiliki pengaruh kuat pada pelayanan konsumen. Sedangkan lokasi usaha, berpengaruh mendatangkan konsumen.

"Sekarang ini banyak orang ingin punya usaha, tapi modalnya nanggung. Jadi, pilih tempat usaha yang murah dan menggaji karyawan murah.. Padahal tempat usaha dan SDM ini ujung tombak bisnis kuliner," jelas Venji. Soal kelayakan dalam menggaji karyawan juga menjadi sorotan Venji. Sebab, tak ada SDM dengan kualitas 'mahal' yang mau diupah murah. Tawaran gaji harus sesuai dengan kualitasnya. 

Berbekal dua kiat bisnis menguatkan usaha

Setiap perjalanan bisnis pasti memiliki tantangannya masing-masing. Beragam tantangan juga tak lepas dari perjalanan Hernando Yudha Setiawan atau yang akrab disapa Venji selama membesarkan Pasta Kangen. Mulai dari tantangan memasarkan produk, memilih lokasi usaha yang tepat, mengelola sumber daya manusia (SDM) sampai mengelola sistem kemitraan dengan ratusan mitra.

Dari semua tantangan tersebut, yang terberat hingga kini adalah SDM dan lokasi usaha.  Khusus untuk karyawan, kerap kali terjadi keluar masuk. "Susah mencari karyawan yang loyal karena ada pelaku yang memberi gaji kurang layak," tandasnya.

Supaya kejadian itu tidak kembali terulang di bisnis kemitraannya,  maka upah pegawai harus layak dan sesuai standar. Maka dari itu, Pasta Kangen memberi patokan standar soal gaji karyawan yang wajib diikuti mitra, untuk mengantisipasi  kejadian turn-over karyawan yang tinggi.

Selain itu, pihak Pasta Kangen juga memiliki standar soal syarat lokasi usaha yang wajib dipenuhi mitra, termasuk standar biaya sewanya. Langkah tersebut ia ambil setelah memiliki pengalaman beberapa calon mitra yang terkesan asal-asalan saat bergabung dengan Pasta Kangen.

Alhasil, ketatnya persyaratan dan standar yang dimiliki Pasta Kangen membuat pria 33 tahun ini terpaksa harus menolak banyak mitra setiap bulannya. Ia hitung, dirinya bisa menolak hingga 10 calon mitra saban bulannya.

Itu terjadi karena calon mitra lagi-lagi belum memiliki dua syarat di atas, yakni gaji karyawan yang standar dan lokasi yang strategis. "Ini dilakukan supaya calon mitra tidak rugi lantaran sudah investasi banyak," tuturnya sambil menyebut investasi untuk membangun kafe Pasta Kangen sebesar Rp 250 juta.

Meski menerapkan aturan kemitraan yang rada ketat, Venji justru masih optimistis bisa terus menambah gerai Pasta Kangen sampai  500 gerai di akhir tahun ini. Saat ini, gerai Pasta Kangen masih fokus menggarap konsep kafe.

Selain menambah gerai kafe, Venji juga tengah merencanakan membuat konsep gerai Pasta Kangen yang anyar. Dengan luas areal yang lebih luas dan bisa menampung banyak pengunjung. "Seperti Warunk Up Normal atau What’s Up, supaya investor lebih banyak," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×