Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
Selain sebagai tempat berjualan, sebagian penjual keripik di sentra keripik Tanjung Karang Barat ini juga memproduksi sendiri keripik yang mereka jual di kios. Namun, ada beberapa produk jualan seperti kopi Lampung yang merupakan titipan dari produsen UKM dengan sistem bagi hasil alias konsinyasi.
Santi, salah satu pegawai gerai Istana Keripik Shinta mengatakan, harga jual kopi luwak Lampung di kios ini seharga Rp 100.000 per 100 gram. Sementara, produk harga keripik buah nangka dibanderol Rp 20.000 per ons. Adapun harga keripik talas Rp 40.000 per kilogram (kg) dan aneka keripik pisang seharga Rp 36.000 per kg.
Di belakang gerai ini terdapat workshop untuk memproduksi keripik. Namun, ketika KONTAN menyambangi sentra itu, workshop sedang direnovasi. Santi bercerita, di gerai ini ada 10 karyawan, lima dari mereka bertugas memproduksi keripik dan sisanya bekerja di kios untuk melayani pembeli serta mengemas produk.
Keripik yang paling banyak dibeli adalah keripik pisang rasa cokelat. Di kios Alinda pun sama, keripik pisang cokelat adalah keripik yang paling laris. Di kios Alinda milik Sunarti ini, keripik pisang dibanderol sekitar Rp 40.000 per kg dan keripik pisang seharga Rp 20.000 per kg. "Margin usaha sekitar
Rp 2.000-Rp 3.000 per bungkus," kata Sunarti.
Sunarti juga memiliki workshop di belakang kiosnya. Ia menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk menggoreng keripik. Sutrisno, suami Sunarti yang bertugas menggoreng keripik mengatakan, penggunaan kayu bakar membuat biaya operasional lebih irit ketimbang menggunakan gas sebagai bahan bakar.
Sementara, Sunarti bertugas memotong bahan baku. Untuk memotong singkong, ia masih menggunakan alat manual. Alat ini terbuat dari kayu yang dilengkapi pisau tajam di tengahnya. Dengan gerakan seperti memarut kelapa, ia bisa menghasilkan bentuk singkong yang sama besar dan memiliki ketipisan yang serupa pula.
Untuk pasokan bahan baku pisang, Sunarti mendapatkannya dari daerah Pringsewu, Lampung. Sementara, bahan baku singkong ia membeli dengan sistem borongan dari petani singkong. Satu kali borongan, Sunarti bisa mendapatkan sekitar 2-5 kuintal singkong. Ini cukup untuk produksi tiga hari.
Sementara, untuk bahan baku pisang, saban hari ia membutuhkan sekitar 150 sisir pisang. Sistem produksinya bergiliran antara memproduksi pisang, ubi jalar, singkong dan tales dan begitu seterusnya. "Tergantung persediaan yang habis keripik apa," ujar Sunarti.
Cipto Adi, pemilik kios Asa mengatakan, penjualan keripik akan meningkat dua sampai tiga kali lipat dari biasanya ketika musim liburan tiba. Banyak pembeli banyak datang dari luar kota seperti Jakarta, Batam, Palembang hingga Manado. n
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News