Reporter: Gloria Natalia, Handoyo | Editor: Tri Adi
Nasi goreng sudah menjadi makanan favorit bagi banyak orang Indonesia. Hampir di setiap tempat, menu nasi goreng bisa ditemui, dengan berbagai variasi rasa, campuran, dan tampilan.
Persaingan yang ketat inilah yang membuat pengusaha nasi goreng yang menawarkan kemitraan menambah menu baru untuk menggaet pembeli sekaligus mitra anyar. Bahkan, ada juga yang sampai mengubah nama.
Contohnya, Nasi Goreng Joss yang kemudian mengubah nama menjadi Bakmi & Nasi Goreng Joss. "Tujuannya untuk pengembangan produk saja," ujar Oki Adiwijaya, pemilik Bakmi & Nasi Goreng Joss.
Walau telah mengubah nama, Bakmi & Nasi Goreng Jos tetap menawarkan menu utama nasi goreng. Berkat strateginya ini, mereka berhasil menambah mitra.
• Bakmi & Nasi Goreng Joss
Nasi Goreng Joss berganti nama menjadi Bakmi & Nasi Goreng Joss sejak awal tahun 2011. Perubahan nama ini juga menandai berlakunya menu bakmi menjadi menu utama selain nasi goreng.
Oki Adiwijaya mengatakan, tuntutan pengembangan produk menjadi alasan mengapa dia memilih bakmi menjadi menu utama baru. Yang pasti, berkat penambahan menu anyar itu, kini jumlah mitra Bakmi & Nasi Goreng Joss sudah 130 mitra. Jumlah mitra tersebut naik 11 mitra ketimbang Juli tahun lalu, saat KONTAN mengulasnya.
Mitra Bakmi & Nasi Goreng Joss sekarang tersebar di berbagai kota besar, seperti Medan, Yogyakarta, Solo, Malang, Surabaya, dan Denpasar.
Selain mengganti nama dan menambah menu baru, Bakmi & Nasi Goreng Joss juga mengubah nilai investasi. Kalau sebelumnya, usaha yang bermarkas di Malang, Jawa Timur ini mematok investasi sebesar Rp 45 juta, sekarang turun menjadi Rp 35 juta.
Namun, penurunan itu juga membuat garansi keuntungan bagi mitra dari Bakmi & Nasi Goreng Joss menurun. Jika dulu mereka menjanjikan untung hingga Rp 50 juta dalam 2 tahun, kini hanya Rp 40 juta dalam 3 tahun. “Artinya, jika mitra membayar Rp 35 juta untuk masa 3 tahun, maka jika 3 tahun tidak dapat untung Rp 40 juta, saya kembalikan uang selisih Rp 40 juta dikurangi total untung bersihnya,” jamin Oki.
Keuntungan itu berasal dari hasil penjualan aneka yang harganya berkisar antara Rp 7.000-Rp 10.000 per porsi. “Harga tergantung lokasi mitra,” ucap Oki. Ia menghitung, dengan harga menu sebesar itu, mitra sudah bisa mendapat untung bersih 40%.
Bila rata-rata omzet mitra Joss mencapai Rp 1 juta per hari, maka keuntungan mitra sebesar Rp 400.000. Jika asumsi itu tercapai, maka Oki menghitung dalam 5 bulan mitra bisa balik modal.
Enaknya lagi, mitra tidak bakal repot dalam membuka usaha ini. Sebab, dengan investasi Rp 35 juta, mereka sudah mendapat gerobak, pelatihan karyawan dan administrasi, dan bantuan pemilihan lokasi. "Mitra tinggal menyiapkan lokasi, peralatan masak, serta dua tiga karyawan saja," kata Oki.
Agar rasa masakan seragam, Oki akan memasok bumbu nasi goreng dan bakmi ke setiap mitra. Sayangnya, ia tidak akan membuka rahasia bumbu nasi goreng dan bakmi, sehingga mitra tidak bisa meracik bumbu sendiri.
• Nasi Goreng 69
Nasi Goreng 69 juga menambah menu utama, selain nasi goreng. Sartomo, pemilik Nasi Goreng 69, menuturkan, penambahan itu atas permintaan para pembeli. “Setelah tambah menu baru, respon cukup bagus,” katanya.
Tak cuma menambah menu bakmi, Sartomo juga menyediakan menu ikan laut alias seafood. Karena itu, ia berencana mengganti nama usahanya karena tak lagi cuma menjual nasi goreng.
Untuk mengembangkan usaha, Sartomo saat ini sedang memantapkan konsep usaha baru. Dengan begitu, bisa memperbaiki tawaran usaha nasi gorengnya. "Saya mau padukan konsep resto dengan taman. Di sana ada makanan China, sea food, dan barbeque, selain nasi goreng,” beber Sartomo.
Lantaran memiliki konsep restoran, nilai investasi juga lebih besar antara Rp 250 juta sampai Rp 300 juta. Namun, dia juga tetap menawarkan investasi yang lebih murah, yaitu paket food court senilai Rp 115 juta, dan restoran
Rp 180 juta. Sedangkan paket booth akan dihapus.
Walau masih dalam tahap pematangan, Sartomo mengaku sudah ada calon mitra dari Jakarta, Bandung, dan Pamekasan yang tertarik dengan konsep barunya ini. Itu sebabnya, ia menargetkan bisa meluncurkan konsep barunya akhir tahun ini.
Selain itu, Sartomo juga tengah menyiapkan Nasi Goreng Super Resto. Super Resto adalah cabang usaha Nasi Goreng 69 yang akan buka dalam tempo satu dua bulan lagi di Kelapa Gading Boulevard, Jakarta Utara
Saat ini, Nasi Goreng 69 yang bermarkas di Sidoarjo, Jawa Timur masih memiliki 23 gerai, 4 di antaranya dimiliki mitra. Jumlah itu tak berubah seperti saat KONTAN menulisnya awal 2011.
"Jelang 2012 akan masuk ke Jakarta dan daerah lain di luar Pulau Jawa. Sekarang sudah ada permintaan dari Bali dan Pekanbaru,” paparnya. Ia menargetkan 4 mitra baru sampai akhir tahun nanti.
• Nasi Goreng Borobudur
Walau menawarkan nasi goreng yang berbeda dengan usaha sejenis, Nasi Goreng Borobudur yang berdiri Juli 2010 lalu sampai sekarang belum memiliki mitra. "Sebenarnya sudah ada 3 mitra yang ingin bergabung. Namun, karena permasalahan manajemen, mereka mengurungkannya," kata Haris, pemilik Nasi Goreng Borobudur.
Karena masih belum punya mitra, Haris tak banyak mengubah tawaran paket investasi usahanya. Ia tetap mematok investasi sebesar Rp 35 juta. Dengan investasi sebesar itu, mitra akan mendapatkan gerobak, furnitur, perlengkapan usaha, alat promosi, serta pelatihan karyawan.
Setelah bergabung, mitra tidak akan terbebani biaya royalti dan biaya waralaba sepeserpun. Selain itu, mitra juga bakal mendapatkan stok bahan baku senilai Rp 2 juta untuk satu minggu.
Dengan asumsi penjualan sebanyak 50 porsi per hari, jumlah karyawan yang dianjurkan adalah 2 sampai 4 orang. Selain menawarkan rasa yang lezat, sebenarnya Nasi Goreng Borobudur juga menawarkan bentuk nasi goreng berupa stupa candi terbesar di Indonesia itu.
Kalau berhasil menjual 50 porsi nasi goreng sehari, maka mitra akan mengantongi penghasilan sebesar Rp 15 juta per bulan. Dengan begitu, balik modal bakal tercapai setelah bulan kedelapan.
Untuk menjaga kualitas rasa, Haris menyarankan mitra untuk membeli bumbu dari pusat. Adapun, untuk bahan baku pendukung, seperti sayur dan daging, mitra bisa membelinya sendiri.
Haris juga menyarankan agar mitra memilih lokasi penjualan berupa rumah toko atawa ruko. Namun begitu, mitra sebaiknya tetap membangun sebuah tenda makan di depan ruko. "Itu untuk lebih menarik pelanggan datang ke gerai," jelas Haris.
Untuk bisa terus berkembang dan menguntungkan, loyalitas pelanggan menjadi kuncinya. Dan, untuk menjaga loyalitas itu, mitra wajib memperhatikan harga jual, kebersihan gerai, dan pelayanan.
Karena itu, Haris memberikan jaminan, kalau dalam waktu 10 menit pesanan pelanggan tidak juga datang, maka seluruh menu yang dipesannya bakal gratis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News