kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

NH Korindo: Kinerja berpotensi naik, hold INCO


Selasa, 05 September 2017 / 05:45 WIB
NH Korindo: Kinerja berpotensi naik, hold INCO


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - Kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada kuartal II-2017 masih lemah. Namun, di tren kenaikan harga nikel, INCO diperkirakan akan cepat mengikuti dinamika kenaikan harga komoditas tersebut. Sehingga, kinerja perseroan pada kuartal keempat 2017 berpotensi terdongkrak.

Senin (4/9), harga nikel di London Metal Exchange naik 2,86% ke US$ 12.380 per metrik ton. Ini harga tertinggi sejak Juli 2015.

Analis PT NH Korindo Sekuritas Indonesia, Yuni mengatakan, ruang harga nikel untuk reli lebih lama di atas US$ 12.000 cenderung sulit tercapai. Hal ini disebabkan efek dari rencana makroekonomi China terkait proses deleveraging (pengurangan aset) yang diperkirakan secara perlahan .

Hingga akhir tahun ini, sentimen negatif yang menjadi tantangan bagi kinerja INCO adalah keberlanjutan harga nikel dunia. "Tren manufaktur China memang di pertengahan tahun ini masih cukup kuat, tetapi hingga akhir tahun tantangan keberlanjutan manufaktur di China masih penuh tanda tanya," kata Yuni, Senin (4/9).

Namun, berdasarkan tren historis, Yuni berpendapat, pergerakan average selling price (ASP) dari INCO cukup cepat untuk mengikuti dinamika kenaikan harga nikel dunia. "Diperkirakan apabila harga nikel dunia dapat mempertahankan posisi seperti saat ini, efek terhadap ASP INCO akan sangat terasa di kuartal IV 2017," paparnya.

Di sisi lain, Yuni mengatakan kinerja volume penjulan dan volume produksi INCO tidak memberikan perbaikan signifiakn sejak 2016, bahkan produksi nikel INCO turun 4,4%. "Volume penjualan INCO sangat terkait erat dengan jumlah produksi yang dihasilkan, dalam beberapa waktu terakhir INCO mengadakan pekerjaan pemeliharaan fasilitas produksi, sehingga produksi yang dihasilkan tidak terlalu tinggi," lanjutnya.

Pada akhir tahun ini, Yuni memperkirakan INCO bisa memproduksi nikel sekitar 77.000 ton. Sementara, pendapatan INCO diperkirakan bisa naik 7,9% di akhir tahun menjadi US$ 630 juta, dan proyeksi laba bersih US$ 8 juta.

Tapi, lantaran kinerja INCO sangat bergantung pada faktor eksternal terutama harga nikel dunia, Yuni menyebut, masih perlu pembuktian bahwa INCO mampu menghasilkan margin yang lebih tinggi. Untuk itu, ia masih merekomendasikan hold saham INCO dengan target harga Rp 2.560 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×