kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nikmat laba usaha gule kepala kakap


Selasa, 02 Juli 2013 / 14:50 WIB
ILUSTRASI. Peer to Peer Lending.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Salah satu menu yang kerap dicari pecinta masakan berbahan baku ikan, adalah gule kepala kakap. Makanya, cukup banyak warung makan atau resto yang menawarkan menu itu sebagai andalannya. Salah satunya adalah resto Gule Kepala Ikan Tjimande (Gulkit) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Usaha ini baru dirintis Sidik Rizal pada awal tahun ini. Sesuai namanya, warung ini mengusung gule ikan sebagai menu utama. Meski masih baru, Gulkit kini sudah memiliki dua gerai yang berlokasi di Banjarbaru dan Palangkaraya. Keduanya gerai milik pusat.

Kata Sidik, nama Cimande dipilih lantaran ia dulu pernah belajar silat Cimande. Selain itu, istrinya, Kania juga berasal dari Sunda. "Makanya kami sepakat pakai nama Cimande," ujarnya.

Gulkit menawarkan beragam menu, seperti Gulkit Kakap Merapi, Tomyan Kakap Merapi, dan Patin Kalimantan. Di luar menu ikan, ada ayam goreng, cumi goreng, dan udang goreng. Satu porsi dibanderol  mulai dari Rp 16.000-Rp 22.500.

Supaya lebih cepat berkembang, Sidik memberanikan diri menawarkan peluang kemitraan sejak Juni ini. Tertarik menjajal usaha ini? Siapkan investasi sejumlah Rp 350 juta, dan tempat usaha seluas minimal 12 x 10 meter.

Dengan biaya itu, mitra berhak menggunakan merek dagang Gultik, plus mendapat bahan baku awal,  resep bumbu, dan sumber daya manusia untuk koki dan asisten koki. “Akan dilatih sekitar enam bulan. Sekarang, sudah kami siapkan empat asisten koki untuk calon mitra,” ujar dia.

Nantinya, mitra wajib membeli bahan baku ikan dari pusat. Bagi mitra di luar Kalimantan, tidak perlu khawatir soal pengiriman bahan baku. Kata Sidik, bahan baku yang didapat Gultik sekarang ini justru berasal dari Semarang, Jawa Tengah. "Ikan dari Semarang memiliki postur yang besar sehingga sesuai dengan standar kami," imbuhnya.

Omzet Rp 90 Juta

Selain itu, Sidik mengutip royalti Rp 500.000 per bulan, jika omzet mitra masih di bawah Rp 90 juta. Tapi, kalau omzet sudah menyentuh Rp 90 juta per bulan, biaya royalti Rp 1,5 juta sebulan.

Menurutnya, gerai yang sudah beroperasi sekarang, mampu meraup omzet Rp 3 juta sehari atau setara Rp 90 juta sebulan. Dengan keuntungan sekitar 30%, Sidik menargetkan mitra bisa balik modal dalam 14 - 17 bulan. Namun, perhitungan itu di luar biaya sewa.

Pengamat waralaba dari Franchise Technology, Utomo Njoto bilang, target omzet Gulkit senilai Rp 90 juta cukup realistis, apalagi sudah terbukti didapat pusat setiap bulannya. Namun, ia mengingatkan, omzet itu baru berjalan sejak Maret.

"Bisa jadi omzet besar karena orang penasaran dengan tempat makan baru. Biasanya omzet bisnis restoran baru stabil setelah enam bulan berjalan," katanya.

Selain itu, Utomo menyarankan pihak pusat memperhitungkan ketersediaan pasokan ikan untuk mencukupi kebutuhan gerai milik pusat maupun mitra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×