Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Rizki Caturini
Menu mi biasanya dijadikan makanan alternatif jika sedang bosan mengonsumsi nasi karena cukup mengenyangkan. Beberapa daerah di nusantara, seperti Yogyakarta dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah, memiliki menu olahan mi yang populer disebut mi Jawa.
Peminatnya banyak, dari anak muda hingga orang tua. Itu sebabnya, potensinya masih besar.
Salah satu pengusaha kuliner yang menawarkan menu ini adalah Moelyono dengan mengusung merek usaha Waroeng Bakmi Djawa Mbokde Moelyo.
Awalnya Moelyono mendirikan usaha kuliner ini di Solo tahun 2010, kemudian pindah ke Cakung, Jakarta Timur. Dia lantas menawarkan kemitraan pada tahun 2012.
Kini, sudah ada enam gerai yang berdiri, lima gerai milik mitra di Solo, Lombok, dan Kalimantan Barat, sedangkan sisanya milik pusat di Pulogebang.
Ada tiga paket investasi yang ditawarkan senilai Rp 50 juta, Rp 70 juta, dan Rp 100 juta. Paket pertama, mitra akan mendapatkan gerobak, peralatan dan perlengkapan usaha dan bahan baku awal sekitar 50 porsi.
Pada paket kedua dan ketiga, perbedaan fasilitas yang didapat hanya pada kelengkapan peralatan usaha serta bahan baku awal. Sebab, luas tempat usaha akan lebih besar dari paket pertama. Minimal luas ruangan yang dibutuhkan sekitar 120 m².
Biaya kerjasama tergantung kurun waktu kerjasama antara dua tahun hingga 10 tahun. Misalnya, untuk kerjasama dua tahun, dikenakan biaya Rp 5 juta dan kerjasama lima tahun sebesar 8 juta. Pusat juga mengutip biaya pendampingan sekitar 5%−25% dari keuntungan selama masa pendampingan.
Sidik Rizal, Manajer Pemasaran Bakmie Djawa Mbokde Moelyo mengklaim, kelebihan produk mereka diolah di atas anglo (bara arang) dan memiliki cita rasa khas yang nikmat.
Promosi harus gencar
Harga jual menu berkisar Rp 12.000−Rp 20.000 per porsi. Selain mi Jawa, menu lainnya ada ayam penyet, gudeg ayam, tahu guling dan soto Bantul. Sidik mengatakan, omzet yang bisa didapat mitra sekitar Rp 67,5 juta per bulan.
Setelah dikurangi biaya pembelian bahan baku, sewa tempat, gaji pegawai, dan biaya operasional lainnya, mitra akan mendapat laba bersih sekitar 60%. Dari situ, mitra diperkirakan bisa balik modal sekitar 14 bulan. “Ini bisa tercapai jika target pengunjung sekitar 150 orang per hari,” ucap Sidik.
Menurut konsultan Waralaba Entrepreneur College, Khoerussalim Ikhsan mengatakan, pangsa pasar olahan mi di dalam negeri cukup besar. Yang membedakan hanya rasa dan keunikan produk.
Agar pasarnya kian luas, pusat dan mitra usaha harus gencar mengedukasi brand produk ke masyarakat. Sebab, belum semua tertarik dengan makanan tradisional yang memiliki kekhasan bumbu. Jadi harus dipersiapkan budget untuk promo dan edukasi, sehingga ekspektasinya bisa seimbang dengan biaya yang dipersiapkan.
Waroeng Bakmi Djawa Mbokde Moelyo
Jln. Raya Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur
Telp: (021) 93461965
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News