Reporter: Primasyah Kristanto | Editor: Havid Vebri
Motif batik di Indonesia sangat kaya ragam. Hampir setiap daerah memiliki corak yang khas. Tak terkecuali Lasem, Rembang, Jawa Tengah yang memiliki batik khasnya sendiri.
Salah satu sentra batik yang kesohor di kota ini adalah sentra batik tulis lasem. Sejak lama, Lasem terkenal sebagai sentra batik terutama, batik tulis laseman.
Sentra batik tulis lasem terdapat di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur dan Kranggan dengan jumlah pelaku usaha mencapai ribuan unit usaha. Mengingat kondisi geografisnya, batik lasem juga dikenal sebagai batik dari pesisiran, seperti halnya batik cirebon, tuban, dan madura.
Salah satu pengusaha batik lasem yang cukup sukses adalah Sri Winarto yang mengusung merek Sumber Rejeki. Dengan dibantu 30 karyawan tetap dan 250 karyawan lepas, ia sanggup memproduksi puluhan hingga ratusan batik tulis setiap bulannya.
Omzetnya pun mencapai ratusan juta per bulan. "Omzet saya bisa Rp 200 juta kalau sedang ada pameran," kata Sri yang merintis usaha sejak 2010. Untuk memasarkan produknya, Sri telah memiliki sebuah showroom yang memajang produk batiknya.
Batik tulis bikinannya dibanderol mulai harga Rp 100.000 sampai dengan Rp 200.000 per lembar untuk kategori menengah bawah. Batik kelompok ini disebut kain prima.
Sementara untuk kelas menengah atas disebut dengan kain primisima yang dibanderol mulai harga Rp 300.000 hingga Rp 4 juta per lembar. "Yang harga Rp 4 juta itu batik kelas premium," jelasnya.
Batik premium dihargai mahal karena proses pembuatannya memakan waktu lama. Selain di pasar dalam negeri, Sri juga memasarkan produk batiknya hingga pasar luar negeri. Saat ini, ada beberapa pembeli yang menjadi pelanggan tetap di Kanada dan Singapura.
Pengrajin batik lasem lainnya adalah Mujiono yang mengusung merek Samudera. Ia merintis usaha dari tahun 2004. Selain kain batik, ia juga juga memproduksi baju batik yang dibanderol mulai harga Rp 250.000 per lembar.
Harga kemeja batik agak murah karena kuantitas kain batiknya sedikit. "Prinsipnya, semakin banyak bahan batiknya maka baju tersebut semakin mahal," ujar Ina, salah seorang karyawan Mujiono.
Sementara untuk kain batik premiumnya dibanderol hingga Rp 5 juta per lembar. "Itu mengerjakannya bisa enam bulan," kata Ina. Menurut Ina, batik lasem merupakan batik pesisiran sehingga memiliki motif dan warna yang agak kalem.
Ada dua corak khas batik lasem, yaitu latohan dan watu pecah. Motif latohan terinspirasi dari tanaman latoh (sejenis rumput laut) yang menjadi makanan khas masyarakat lasem.
Sedangkan motif watu pecah menggambarkan kejengkelan masyarakat lasem sewaktu pembuatan Jalan Daendeles yang memakan banyak korban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News