kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.550   -14,00   -0,08%
  • IDX 6.845   17,22   0,25%
  • KOMPAS100 989   0,80   0,08%
  • LQ45 766   2,60   0,34%
  • ISSI 219   0,42   0,19%
  • IDX30 397   1,64   0,41%
  • IDXHIDIV20 467   0,80   0,17%
  • IDX80 112   0,37   0,33%
  • IDXV30 115   0,32   0,28%
  • IDXQ30 129   0,41   0,31%

Pasar Silir dari lokalisasi jadi sentra kambing (2


Rabu, 26 Agustus 2015 / 14:04 WIB
Pasar Silir dari lokalisasi jadi sentra kambing (2


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Masyarakat yang menetap di sekitar Pasar Silir, Semanggi, Solo, merasa lebih bersyukur area permukimannya beralih menjadi sentra penjualan kambing. Sebab, pada 1960-an, kawasan ini merupakan pusat lokalisasi. Kini, Pasar Silir berubah menjadi ladang usaha bagi masyarakat setempat yang berjualan kambing.

Sentra penjualan kambing di Pasar Silir, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, letaknya berdekatan dengan pusat penjualan unggas. Tapi, berbeda dengan kondisi sentra penjualan kambing, di pasar unggar suasananya kurang tertata rapi.

Layaknya sebuah pasar tradisional, sentra unggas yang menjual ayam dan bebek hidup di pasar Silir kurang nyaman suasananya. Becek, kotor, dan bau menyengat yang ditimbulkan dari kotoran unggas, menjadi pemandangan sehari-hari para pembeli dan pedagang.

Toh, sentra unggas tetap ramai dikunjungi pembeli. Kini, kedua pasar hewan ini menjadi mata rantai kegiatan ekonomi masyarakat Solo.   

Lokasi sentra penjualan kambing di Pasar Silir menjadi satu kawasan dengan permukiman penduduk. Maklum, sebelum menjadi pusat penjualan hewan dan kebutuhan masyarakat sehari-hari, Pasar Silir memiliki sejarah kelam.

Pada tahun 1960an, Kampung Silir merupakan lokasi khusus lokalisasi. Sebelumnya, Kampung Silir yang merupakan areal kandang kuda milik Keraton Surakarta. Ketika itu, Kampung Silir letaknya masih cukup jauh dari keramaian kota. Dengan begitu, dampak adanya aktivitas prostitusi  tersebut, diharapkan bisa diminimalisir bagi masyarakat luas.

Namun, Ketika Wali Kota Surakarta dijabat Imam Sutopo, pada 1998 kegiatan prostitusi di Kampung Silir resmi ditutup. Selanjutnya, berbagai kebijakan diterapkan pemerintah kota Surakarta untuk meningkatkan keterampilan para penduduk setempat agar bisa mencari penghasilan yang lebih layak.

Gandi Suryo, salah satu pedagang kambing di Pasar Silir mengaku, ia merasa lebih bersyukur kawasan permukimannya direlokasi jadi sentra penjualan hewan.

Kendati lingkungan tempat tinggalnya terkesan menjijikan, saat ini Pasar Silir telah menjadi ladang usaha masyarakat yang mendatangkan berkah rezeki. Di mata Gandi, kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan menjadi pusat industri lokalisasi.

Gandi berkisah, sebelum penjualan kambing terpusat di Pasar Silir, lapak para pedagang tersebar di beberapa tempat. Salah satunya di Pasar Kliwon, Solo. Tapi, karena banyak pedagang yang menempati hunian liar di pasar tersebut, akhirnya mereka memilih untuk berjualan di Pasar Silir.

Saat pertama direlokasi ke Silir pada sekitar tahun 2008, Gandi baru saja berjualan kambing di pasar tersebut. Dia bilang, ketika itu Pasar Silir masih sepi pedagang. Setahun berselang, Pasar Silir mulai dipadati pedagang.

Dhani Harianto, pedagang yang sudah berjualan kambing sejak tahun 1995 menambahkan, kawasan Silir yang dulunya terlihat luas, kini terasa padat. Apalagi, kata dia, disaat musim Idul Adha, banyak pedagang membawa kambingnya untuk dijual kepada tengkulak atau pembeli langsung.

Menurut Dhani, saat ini para pedagang kambing merasa nyaman berjualan di Pasar Silir. Di sini tidak ada pungutan liar alias pungli yang dikenakan kepada pedagang. Contohnya Dhani, ia hanya dibebankan biaya kebersihan Rp 6.500 per hari. Tentu, biaya itu di luar sewa lapak dan listrik per bulan.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×