kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pebisnis dari Salatiga ini ubah sampah jadi rupiah


Senin, 14 September 2020 / 07:56 WIB
Pebisnis dari Salatiga ini ubah sampah jadi rupiah
ILUSTRASI. Pebisnis dari Salatiga ini ubah sampah jadi rupiah


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Mengolah sampah atau barang-barang yang tidak berguna menjadi produk kerajinan sering menjadi tugas di sekolah. Ternyata jika ditekuni, kerajinan bahan baku sampah bisa menghasilkan rupiah.

Seperti yang dilakukan Hartanto dari Salatiga Jawa Tengah. Berawal dari upaya untuk membuang rasa kejenuhan, Hartanto mengolah sampah menjadi kerajinan tangan. Ternyata, produk hasil kerajinan bahan baku sampah itu banyak peminatnya.

Hartanto menceritakan asal-muasal dia mencoba bisnis usaha yang diberi nama artTrash Recycle. Bisnisnya ini dimulai ketika ia sedang menjaga toko yang menjajakan oleh-oleh khas Salatiga.

Di sela-sela menunggu pembelinya, ia mencoba membuat miniatur kerajinan bahan baku sampah . Setelah berhasil merakit beberapa miniatur, dia pun memajang hasil karyanya di toko tempat dia berjualan.

Baca juga: Terkena Covid-19 gelombang kedua, ini yang dilakukan Israel

"Saya pajang semua karya yang saya punya dan olah ketika ada waktu luang. Dari pada bingung mau ngapain, saya cari kegiatan dan ketemulah ide ini dan ternyata ketika ada yang membeli oleh-oleh, mereka juga tertarik untuk memborong miniatur saya semuanya," ujarnya Sabtu (12/9/2020).

Dari situ, Gendoel panggilan akrabnya, memulai menekuni usaha rintisan artTrashnya sambil menjaga bisnis oleh-olehnya. Bagi dia, bisnis artTrash ini seperti hobi yang dijual mahal.

Sudah 10 tahun lamanya Gendoel menjalankan kerajinan bahan baku sampah. Miniatur yang dibuat pun beraneka ragam, mulai dari miniatur custom motor, miniatur rumah hingga miniatur gerobak.

Harga yang dibanderol dari kerajinan bahan baku sampah pun masih bersahabat untuk kantong. Untuk jenis miniatur gerobak, dibanderol mulai dari harga Rp 200.000 hingga Rp 300.000 dan untuk jenis miniatur custom motor dibanderol dengan harga mulai dari Rp 500.000. "Tergantung tingkat kesusahannya sih sebenarnya. Semakin susah merakitnya bisa semakin mahal lagi," ucapnya.

Dalam sebulan, Gendoel bisa mendapat pesanan hingga 20 miniatur. Sementara untuk omzet kerajinan bahan baku sampah ini, dia bisa mendapat keuntungan kurang lebih Rp 7 juta selama sebulan.

Hingga saat ini Gendoel hanya dibantu oleh 2 karyawannya dalam menjalankan kerajinan bahan baku sampah. Makanya, tak jarang dia merasa kesusahan ketika para pelanggannya ramai memesan. "Ada yang mengecat, ada yang mengatur pritilan lain, banyak lah. Jadi ketika banyak yang memesan suka kesusahan tapi namanya rezeki yah dan puji Tuhan pelanggan pada ngerti kalau proses pembuatannya lama," ujar Gendoel.

Bahan-bahan yang digunakan Gendoel pun hampir 80% berasal dari sampah, seperti kayu bekas, aluminum yang didapatkan dari kaleng minuman bekas, kabel bekas dan banyak lainnya. Hanya cat dan lem saja yang harus terpaksa dibelinya.

Baca juga: PSBB Jakarta kembali diperketat, saham sektor ini bisa untung

Untuk miniatur custom motor, kata dia, hanya menggunakan bahan baku aluminum dan kabel bekas saja. Sementara untuk miniatur gerobak, dibuat melalui bahan baku kayu bekas dan beberapa aluminum dari kaleng minuman. "Setelah dirakit baru dicat. Butuh waktu 5 harian prosesnya," katanya.

Gendoel sudah berhasil menjual produk kerajinan bahan baku sampah tersebut hingga ke beberapa kota besar seperti Bali, Jogja, Cilegon hingga Bengkulu. Di tengah pandemi ini Gendoel mengatakan usaha olahan sampahnya tidak sama sekali terimbas.

Sementara, bisnis oleh-olehnya merosot, lantaran sepinya pembeli. "Usaha oleh-oleh saya omzetnya turun 50 persen, untungnya bisa tertolong dengan adanya usaha artTrash ini. Dengan adanya pandemi bisa jadi solusi lain usaha sampah ini," ungkapnya.

Hingga saat ini pun Gendoel sedang fokus menjalankan usahanya dengan mencoba memperkenalkan produk miniatur hasil kerajinan bahan baku sampah melalui media sosial, seperti Instagram hingga Facebook.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pebisnis yang Berhasil Menyulap Sampah menjadi Ladang Cuan",

Penulis : Elsa Catriana
Editor : Bambang P. Jatmiko

Selanjutnya: Melihat kelebihan Wuling Victory, kompetitor Toyota Innova harga Avanza

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×