Reporter: Marantina, Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meski hanya jadi pelengkap, namun sambal menjadi penambah kenikmatan makanan. Bahkan bagi banyak orang, makan tanpa sambal, rasanya kurang sedap. Nah, beberapa resto atau kedai makan bahkan kini menjadikan sambal sebagai menu andalan. Salah satunya, restoran Pondok Sambel Mba Nunung.
Sesuai namanya, restoran ini memang milik Tri Retno Prayudati yang lebih dikenal dengan Nunung Srimulat. Selain melawak, ternyata ia hobi memasak. Makanya, ia mendirikan restoran tersebut di Bandung sejak 2011 lalu.
Resto tersebut menjadikan sambal sebagai sajian andalan. Berbagai jenis sambal disajikan, seperti sambal bawang, sambal tomat, sambal mentah, dan sambal terasi. Sambal tersebut dibanderol Rp 5.000 per porsi. Selain itu, ada pula menu ayam kremes, ayam kecombrang, ayam bacem, lele balacan, oseng-oseng, dan soto. Harga itu berkisar Rp 12.000 - Rp 20.000 seporsi.
Sejak dua bulan lalu, Nunung menawarkan kemitraan Pondok Sambel Mba Nunung (PSMN). Sekarang, selain dua outlet milik sendiri di Bandung, Nunung sudah punya tiga mitra di Palembang, Makassar, dan Lampung.
Nunung mengemas tiga paket investasi yang dibedakan dari sisi luas gerai. Paket pertama seharga Rp 185 juta, dengan syarat luas resto 80 meter persegi (m2). Paket kedua, senilai Rp 225 juta dengan luas 100 m2. Paket terakhir dengan biaya Rp 350 juta, dengan luas 120 m2.
Executive Marketing PT Best Waralaba yang menaungi PSMN Reno Syafruddin bilang, investasi tersebut sudah termasuk kerjasama lima tahun, peralatan resto, peralatan makan, seragam, pelatihan karyawan, promosi outdoor dan indoor, serta bahan baku awal.
Target laba 30%
Retno memperkirakan, mitra bisa menorehkan omzet rata-rata Rp 100 juta per bulan. Dengan laba bersih 30%, mitra ditargetkan bisa balik modal sekitar 7 bulan hingga 18 bulan.
Selain mengadakan bimbingan operasional dan dukungan pemasaran, pihak pusat juga menyuplai bahan baku pada mitra. Menurut Reno, sekitar 40% pengeluaran mitra digunakan untuk membeli bahan baku.
Selain itu, pusat memungut biaya royalti 5% dari omzet per bulan. Reno mengklaim, semua resep di PSMN kreasi asli dari Nunung Srimulat. Dengan mengusung popularitas Nunung Srimulat dan keunikan sambal racikannya, PSMN berharap bisa menambah satu mitra baru setiap bulan.
Konsultan Waralaba dari International Franchise Business Management, Evi Diah Puspitawati menilai, usaha yang membawa nama besar seperti PSMN ini punya kelebihan, karena membuat orang penasaran pada pembukaan perdana. Namun, tetap soal rasa dan kualitas akan menjadi penentu.
"Kondisi pengunjung akan kembali normal setelah gerai beroperasi beberapa bulan. Dari situ, pengunjung akan memberi penilaian dari segi rasa dan kualitas pelayanan, bukan dari nama besar Nunung," bebernya.
Belum lagi, kata Evi, PSMN baru berdiri 2011. Pengalaman Nunung di bidang bisnis kuliner belum cukup lama. “Nama besar itu baik. Seperti KFC punya nama besar di bidang kuliner, pengalamannya banyak. Tapi, kalau Nunung, nama besar di bidang seni lawak, bukan di kuliner,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News