Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah virus corona yang terjadi di Indonesia membuat dunia usaha mati suri, termasuk kalangan pengusaha UMKM yang bergerak di bidang sampah.
Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Sampag Indonesia (APSI) yang melakukan pendataan hingga akhir Maret 2020 bahwa sekitar 90% pengusaha sampah UKM diseluruh Indonesia sedang mengalami tekanan usaha dan 50% lebih saat ini memilih menutup kegiatan usahanya.
Baca Juga: UangTeman sebut wabah corona tak menghambat bisnis mereka
Ketua Umum APSI, Saut Marpaung mengatakan, akibat imbas wabah Corona pabrik daur ulang sampah khususnya material plastik banyak yang berhenti beroperasi. Hal ini mengakibatkan berhentinya rantai supply bahan baku plastik di hulu pada level pengumpulan.
"Di lapak-lapak daur ulang bahan baku plastik banyak menumpuk tidak bisa dijual, tidak ada perputaran uang untuk membeli sampah plastik terpilah ke pemulung dan bank sampah," tegasnya dalam keterangan resmi, Minggu (5/4).
Saut juga bilang, dampak rendahnya serapan sampah terpilah menambah jumlah sampah plastik terbuang ke tempat pembuangan akhir (TPAh dan ke lingkungan menjadi kian memperburuk kondisi kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Laba Bank Rakyat Indonesia (BBRI) tumbuh melambat Februari 2020
Untuk mencegah penularan virus Corona di sektor pengumpulan sampah, ia juga mendorong pemerintah untuk segera menyediakan alat bantu diri (APD) yang cukup bagi pengusaha sampah UMKM yang masih beroperasi.
Menurutnya, sbeelum Covid-19 ini merebak, dipertengahan tahun 2019 harga sampah plastik sudah tertekan lebih dulu karena efek rendahnya harga bahan baku plastik virgin, minimnya harga jual menurunkan minat pengusaha sampah mengumpulkan sampah plastik, pemulung dan bank sampah yang hanya fokus pada sampah plastik tertentu yang berat dan tebal seperti botol PET, jerigen botol HDPE dan PP emberan.
Sementara yang ringan seperti sedotan, styrofoam, kresek kantong plastik telah ditinggalkan, pandemi Corona telah memperparah situasi semakin sulit.
"Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah atas pengetatan impor sampah kertas, sejak awal Maret 2020 pengamatan kami harga material sampah kertas berangsur naik merangsang pengumpulan yang lebih cepat dan masif, ditengah keterpurukan material plastik, kenaikan harga kertas sedikit menolong meringankan tekanan sebagian anggota untuk bisa bertahan," ujarnya.
Baca Juga: Redam dampak corona, 48 multifinance beri keringanan pembiayaan bagi debitur
Sementara itu, terkait statement resm Presiden Joko Widodo tentang penundaan cicilan dan pengurangan bunga pinjaman perbankan di sektor UMKM termasuk kredit kendaraan produktif (di bawah 10 miliar), pihaknya juga sangat memberikan apresiasi tinggi.
"Kami dari Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) telah menulisurat resmi ke bapak Presiden RI No. 011/DK.PP/DPP/III/2020 meminta agar fasilitas keringanan juga diberikan kepada teman teman ukm wirausaha sampah." Tambahnya.
Ia berharap, kedepannya agar mata rantai pengelolaan sampah khususnya plastik bisa sustain (berkelanjutan), semua produsen menurut pendapat kami diwajibkan menggunakan kandungan bahan baku daur ulang, harus ada regulasi yang mengaturnya.
"Sebaikya jangan berlama lama, mulai tahun depan harus dimulai kandungan wajib 20% bertahap sampai wajib keangka 100%, regulasi botol air minum dari rPET (daur ulang pet) sudah berjalan kini bisa dipakai untuk kemasan food grade saatnya kewajiban merambah produk produk lainnya," ujarnya.
Baca Juga: Giliran Menteri KKP Edhy Prabowo minta industri perikanan diberi diskon pajak
Sebagai informasi bahwa sekarang ini harga biji plastik daur ulang jenis pet yg tersertifikasi GRS (global recycled standard) harganya bisa melampaui biji orinya, akibatnya hukum supply dan demand, harga naik karena permintaannya naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News