Reporter: Dharmesta, Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Hiburan dan rekreasi telah menjadi salah satu kebutuhan prioritas banyak warga dunia. Tak heran, mereka selalu menyediakan waktu luang untuk berjalan-jalan dan bertamasya, entah ke luar kota maupun ke luar negeri.
Semarak industri wisata ini menjadi peluang bisnis nan menggiurkan, termasuk bisnis agen perjalanan wisata atau travel agent. Jika tak berpengalaman merintis sejak awal, kini ada beberapa tawaran waralaba biro perjalanan.
Beberapa nama besar jasa perjalanan wisata seperti Iwata Tour & Travel, TX Travel, serta Panorama World, menawarkan waralaba agen perjalanan wisata. Semua tawaran waralaba itu sudah diulas KONTAN beberapa waktu lalu.
Bagaimana perkembangan bisnis jasa agen wisata ini? Simak ulasannya berikut ini.
• Iwata Tour & Travel
Iwata Tour & Travel berdiri tahun 1981, dan menawarkan waralaba tahun 2007. Saat diulas KONTAN Desember 2010 lalu, Iwata memiliki 32 gerai. Setelah lima bulan berselang jumlah gerai terwaralaba yang bergabung menjadi 38 gerai.
Raymond Maurice Robot, pemilik Iwata Tour & Travel, mengaku puas dengan penambahan gerai ini. Sebab, dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya bertambah delapan gerai, penambahan enam gerai ini lebih baik untuk mengawali tahun 2011. "Belum setahun berjalan sudah naik enam gerai," ungkap Raymond.
Dengan kondisi ini, Raymond optimistis tahun ini jumlah mitra akan bertambah sekitar 20, seperti yang terjadi pada tahun 2008-2009. Ia semakin optimis sebab pemerintah sekarang mendukung perkembangan waralaba.
Tingginya permintaan layanan wisata juga membuat bisnis biro perjalanan wisata meningkat. "Asalkan tidak ada kejadian yang meresahkan, perjalanan wisata akan terus naik," ujarnya.
Sejak menawarkan waralaba biro perjalanan wisata sampai sekarang, investasi agen travel Iwata masih tetap sama. Calon mitra harus menyetorkan dana Rp 120 juta. Dana itu dipakai untuk pembelian merek Rp 80 juta, sedangkan sisanya untuk pengadaan alat pendukung, seperti meja, kursi, komputer dan media promosi.
Selain biaya mengambil waralaba, calon mitra masih harus menyediakan dana Rp 15 juta untuk pendirian perseroan terbatas (PT), Rp 25 juta untuk perizinan, Rp 20 juta untuk investasi tiket maskapai dan biaya operasional bulanan Rp 9 juta.
Dari investasi sebesar itu, Iwata menjanjikan omzet rata-rata Rp 600 juta - Rp 700 juta per bulan. Hitungan nilai omzet itu berasal dari penjualan 14 tiket sehari atau 334 tiket per bulan. Alhasil, masa balik modal diperkirakan selama dua tahun.
• TX Travel
Didirikan oleh Anthonius Thedy pada tahun 1991, TX adalah singkatan dari kata Thank You atau terimakasih. Seperti halnya Iwata, mitra waralaba TX Travel juga terus bertambah. Saat KONTAN mengulasnya pada Februari 2008, jumlah terwaralaba TX Travel sebanyak 95 gerai di 25 kota. Sekitar tiga tahun berselang, total jumlah terwaralaba TX Tarvel sudah mencapai 150 gerai tersebar di 35 kota.
Martin, Asisten Franchise TX Travel menyatakan, lonjakan jumlah terwaralaba terjadi sejak perusahaannya menawarkan paket baru yaitu TX Express. Paket baru ini menawarkan kecepatan proses pengurusan waralaba. Semula, perlu antara tiga bulan hingga dua tahun agar bisa menjadi terwaralaba TX Travel. Kini, hanya perlu waktu dua minggu jika menjadi terwaralaba TX Ekspress.
Dulu, selain memiliki dana, calon mitra juga harus memiliki tempat dan kemauan untuk terjun langsung dalam bisnis ini. "Sering calon memiliki dana tapi tidak mau terjun langsung," katanya. Dengan paket baru ini, calon hanya harus memiliki dana dan tempat memadai.
Paket TX Express ditawarkan dengan biaya Rp 200 juta. Dana itu dipakai Rp 50 juta untuk biaya waralaba selama setahun dan sisanya untuk pembelian perlengkapan dan lain-lain. Jika setahun sudah berjalan, masa perpanjangan waralaba gratis.
Mitra berkewajiban membayar biaya royalti Rp 1 juta per bulan. "Strategi kami sekarang memang mengejar kuantitas," ujar Martin. TX mentargetkan tahun ini memiliki 200 gerai terwaralaba.
Dengan jumlah mitra yang mencapai 150, Martin berharap diskon yang didapat juga lebih besar. "Kami dapat memblok banyak kursi pesawat dan kamar hotel," ujarnya. Jika penawaran paket tujuan wisata sama seperti yang ditawarkan agen lain, otomatis daya tawar TX mendapatkan diskon turut meningkat.
Walaupun sudah memiliki TX Express, paket TX Travel masih ditawarkan. Nilai investasi untuk memiliki TX Travel adalah Rp 400 juta, sama seperti Februari 2008 lalu. Perinciannya, biaya pembelian merek Rp 80 juta, dan sisanya untuk sewa tempat, renovasi, pengadaan perlengkapan, modal kerja dan deposit senilai Rp 50 juta-Rp 110 juta. Seperti halnya TX Express, paket TX Travel sudah tidak lagi memungut biaya royalti 20% dari pendapatan mitra.
TX Travel menetapkan biaya royalti Rp 1 juta per bulan dan berlaku flat pada tahun pertama bagi terwaralaba TX Travel. Tahun kedua naik menjadi Rp 2 juta per bulan, dan tahun-tahun berikutnya naik Rp 1 juta per tahun. Menurut Martin, biaya royalti ini tak memberatkan terwaralaba. Sebab, mereka tak perlu membayar royalti besar bila omzet baik.
• Panorama World
Panorama World mulai menawarkan waralaba tahun 2007. Saat diliput KONTAN tahun 2008, Panorama baru memiliki satu mitra yang ada di Gajah Mada, Jakarta Pusat. Tiga tahun berjalan, jumlah mitra Panorama mencapai 17 di Jabodetabek, Bandung, Manado, Makassar, Palembang, Cilegon dan Lampung.
Nilai investasi untuk memiliki usaha ini juga masih sama, yaitu antara Rp 500 juta - Rp 600 juta dengan luas gerai minimal 30 m². Investasi itu dipakai untuk franchise fee Rp 250 juta selama lima tahun. Dari investasi itu, Panorama menjanjikan omzet rata-rata tiap mitra antara Rp 500 juta - Rp 700 juta per bulan, sehingga balik modal tercapai dalam waktu tiga tahun.
Elizabeth Suganda, Franchisor Supporting Development Manager Panorama World mengatakan, perkembangan jumlah mitra Panorama sampai saat ini sesuai harapan. Di saat persaingan jasa travel agent semakin meningkat, Panorama memiliki brand yang bagus. "Tentunya ini berkait dengan profesionalisme dalam pengelolaan sistem waralaba," ujarnya.
Ia menambahkan, membaiknya kondisi ekonomi di tahun 2011 juga menjadi salah satu faktor utama perkembangan industri pariwisata di Indonesia. Hal ini telah meningkatkan animo masyarakat untuk berwisata dan bepergian baik keperluan bisnis maupun hiburan.
Tentu saja ada hambatan di bisnis pariwisata. "Kondisi politik di dalam dan luar negeri, serta bencana alam yang kerap terjadi menjadi penghambat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News