kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelanggan sehat, bisnis laboratorium pun bugar


Jumat, 19 Maret 2010 / 20:00 WIB
Pelanggan sehat, bisnis laboratorium pun bugar


Reporter: Rizki Caturini |

JAKARTA. Semakin banyak orang menyadari, bahwa mencegah atau mendeteksi penyakti secara dini jauh lebih baik ketimbang mengobati penyakti yang sudah terlanjur parah. Itu sebabnya, banyak orang melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh atau general check up.

Seperti prinsip para pebisnis, "di situ ada kebutuhan, di situ ada peluang bisnis', maka kebutuhan akan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh ini pun tentu saja menjadi ladang bisnis.

Pertumbuhan bisnis general check up ini cukup subur. Pelakunya bukan lagi terbatas pada pengusaha rumah sakit yang membuka layanana general check up. Belakangan bermunculan pula klinik-klinik dan laboratorium yang menawarkan layanan serupa.

Didi Junaedi, pria yang kerap menjadi pembicara dalam seminar kewirausahaan di berbagai daerah, menangkap peluang tersebut. Tahun 2000 lalu, dia mendirikan sebuah klinik dan laboratorium (lab) sederhana di Jakarta, bernama Primadia.

Ternyata respon masyarakat lumayan baik. Kini, laboratorium milik Didi sudah berbiak menjadi sembilan cabang. Salah satunya berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Jakarta Timur.

Agar bisnis laboratoriumnya berkembang lebih cepat, Didi menawarkan peluang kemitraan bagi masyarakat sejak 2008 lalu. Hingga kini, ia sudah memiliki enam mitra. Kesemua mitra tersebut berada di luar Jakarta, seperti Merauke, Cikarang, Pangkal Pinang dan Cirebon.

Didi mengklaim Primadia adalah laboratorium klinik yang pertama dan satu-satunya yang menawarkan sistem kemitraan. Laboratoriumnya ini memiliki layanan lengkap untuk pemeriksaan laboratorium, seperti paket medical check up untuk umum, karyawan dan paket pranikah.

Kelebihan lain laboratoriumnya, Imbuh Didi, adalah kelengkapan layanan pendukung. Misalnya, pengambilan sampel dan pengiriman hasil pemeriksaan ke tempat klien.

Didi menawarkan satu paket investasi senilai Rp 382,5 juta untuk lima tahun kerjasama. "Jika ingin memperpanjang kerjasama, mitra hanya menambah investasi Rp 100 juta pada tahun keenam," katanya.

Dengan investasi sebesar ini, mitra mendapatkan peralatan lab utama, bahan pokok lab, pelatihan tenaga teknis dan manajemen, instalasi, dan konsultasi manajemen.

Mitra akan mendapatkan peralatan pemeriksaan lab utama, seperti satu set alat kimia darah, satu set alat hematology analizer, dan satu set alat urinilisa.

Untuk rekrutmen pegawai, Didi akan turun tangan sendiri menyeleksi pelamar yang harus merupakan lulusan kejuruan analis farmasi. Setelah lab milik si mitra eroperasi, Didi akan mengutip biaya royalti sebesar 8%.

Tersendat perizinan

Laiknya bisnis lain, bisnis laboratorium ini juga menghadapai berbagai kendala, salah satunya masalah perijinan. Amin Sobirin, mitra Primadia di Cirebon terganjal masalah ini. Dia sudah jadi mitra Primadia sejak Mei 2009. Namun, hingga kini laboratoriumnya belum beroperasi lantaran belum memperoleh izin dari dinas kesehatan. "Mungkin jika di Jakarta perizinannya lebih mudah daripada di Cirebon," ungkapnya.

Walaupun begitu, ia yakin akhir bulan ini laboratoriumnya yang berlokasi di daerah Drajat, Cirebon, bisa beroperasi. "Targetnya sebelum dua tahun saya sudah bisa balik modal," ujar pria yang memiliki istri seorang dokter umum ini.

Primadia

Jl. Otto Iskandardinata No.8 Jakarta Timur.

Telp: 02185911548

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×