Reporter: Revi Yohana | Editor: Havid Vebri
Makanan olahan ayam masih menjadi menu yang sangat diminati masyarakat Indonesia. Ada banyak ragam kuliner olahan ayam ini. Salah satunya adalah ayam penyet. Suratno merupaan salah seorang pebisnis kuliner yang menjadikan ayam penyet sebagai menu utama. Ia terjun ke bisnis ini dengan mengusung brand Rumah Makan Joko Solo di Medan, Sumatera Utara.
Mendirikan usaha tahun 1999, mulai tahun 2008 ia resmi menawarkan kemitraan. Hingga kini Joko Solo telah memiliki sembilan cabang Rumah Makan Joko Solo. Semua cabang berlokasi di Medan dan di Aceh.
Ayam penyet menjadi menu utama rumah makan ini yang disajikan lengkap dengan nasi uduk. Menu lainnya adalah ayam crispy dan sup. Untuk miumannya disediakan aneka jus.
Dalam kerjasama kemitraan ini, Joko Solo menawarkan biaya investasi sebesar Rp 600 juta. "Biaya ini di luar sewa tempat," ujar Suratno. Investor disarankan mencari tempat dengan luas minimal 600 hingga 1.000 meter persegi .
Dengan membayar Rp 600 juta, investor akan menjadi mitra atas kepemilikan salah satu gerai Joko Solo. Namun, seluruh manajemen usaha akan menjadi tanggung jawab pihak pusat. Yakni, mulai dekorasi tempat, penyediaan bahan baku, pelatihan karyawan, hingga promosi dilakukan pusat. Mitra tidak perlu terlibat di dalam melakukan pengelolaan harian, dan tinggal menerima keuntungan dari bagi hasil.
Dalam kerjasama ini, mitra akan memperoleh bagi hasil sebesar 10% dari omzet. Suratno memperkirakan, omzet Rumah Makan Joko Solo sekitar Rp 400 juta setiap bulannya. Maka, mitra memperoleh laba bersih sekitar Rp 40 juta, dengan estimasi kembali modal selama 15 bulan.
Masa kerjasama berlaku selama lima tahun. Jika mitra masih berminat, maka harus melakukan perpanjangan kerjasama lagi. Suratno mengklaim, menu rumah makannya berbeda dari kompetitor. Selain itu, seluruh menu disajikan segar dengan bahan baku pilihan. "Brand kami juga sudah teruji selama 13 tahun membuka usaha," tutur Suratno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News