kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang bugar dari bisnis relaksasi & spa


Jumat, 14 Juni 2013 / 11:59 WIB
Peluang bugar dari bisnis relaksasi & spa
ILUSTRASI. kapal tunda dan tongkang pengangkut b a t u b a r a milik PT Trans Power Marine (TPMA)


Reporter: Marantina, Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Spa memang merupakan salah satu cara ampuh menyegarkan kondisi badan setelah menjalani aktivitas yang padat. Menggunakan jasa tempat spa pun sudah menjadi gaya hidup, terutama masyarakat perkotaan. Makanya, prospek bisnis spa kian menjanjikan. Alhasil, semakin banyak pebisnis yang menggeluti usaha ini.

Salah satu pemain yang sudah cukup lama terjun ke bisnis spa adalah Trisya Suherman. Ia mendirikan Bambu Spa di Jakarta Barat pada 2008. Ciri khasnya, menggunakan bambu asli untuk perawatan relaksasi tubuh. Bambu yang bisa menyimpan panas mampu menimbulkan kehangatan yang dibutuhkan agar tubuh menjadi rileks.

Bambu Spa juga menyediakan layanan perawatan rambut dan wajah. Semua layanan ini dikhususkan untuk konsumen wanita. Jasa andalannya ialah perawatan tubuh untuk mengurangi lemak (slimming treatment), perawatan payudara dan bokong (bust and bottom treatment), serta perawatan alat vital pada wanita (vagina spa).

"Laki-laki juga bisa perawatan di sini asalkan bersama pasangannya, untuk paket perawatan pre-wedding," papar Trisya.

Tarif aneka perawatan di Bambu Spa dipatok berkisar Rp 60.000-Rp 250.000. Sementara, tarif perawatan pre wedding Rp 1,75 juta untuk tiga kali pertemuan.

Target laba 40%

Sejak tahun lalu, Trisya membuka peluang kemitraan. Sekarang, sudah ada empat gerai Bambu Spa yang tersebar di Jakarta dan Tangerang. Tiga gerai milik pusat, dan satu milik mitra, Menurutnya, satu gerai baru milik mitra akan dibuka di Kebayoran Lama pada Agustus mendatang.

Tertarik menjajal usaha ini? Calon mitra harus menyiapkan investasi Rp 600 juta. Biaya tersebut sudah termasuk franchise fee Rp 80 juta, sistem manajemen, supervisi, desain tempat, bahan baku, dan training karyawan selama lima tahun.

Di luar itu, mitra harus menyiapkan tempat sendiri untuk gerai Bambu Spa. Pihak pusat akan membantu mencarikan lokasi.
Manajemen pusat memungut biaya royalti 7% dari omzet bulanan. Mitra juga wajib membayar biaya promosi branding sebesar 2% dari omzet per bulan.

Berdasarkan gerai yang sudah beroperasi, Trisya memproyeksikan, mitra bisa mengantongi omzet sekitar Rp 80 juta tiap bulan. Laba bersih ditargetkan 40%. Jika target itu tercapai, mitra diprediksi sudah balik modal dalam waktu 22 bulan.

Ketua Asosiasi Waralaba dan Lisensi Indonesia Levita Supit menuturkan, sebelum terjun ke bisnis spa, perlu diperhatikan spesialisasi produk spa. "Spa banyak variasinya dan banyak kompetitor lama seperti Mustika Ratu dan Martha Tilaar," ujarnya.

Supaya bisa bertahan, ia menyarankan, pemilik usaha terus memperkuat branding produk unggulan dari Bambu Spa, agar melekat di benak masyarakat.

Sejatinya, Levita bilang, pasar di bisnis spa masih terbuka lebar, meski sudah banyak kompetitor. Maklum, masyarakat Indonesia termasuk yang suka pijat.

Ia mengingatkan, dalam jangka waktu kerjasama lima tahun, setidaknya mitra sudah harus balik modal dalam 2,5 tahun.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×