kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Peluang jumbo berkebun pepaya bangkok (1)


Kamis, 30 Juli 2015 / 10:05 WIB
Peluang jumbo berkebun pepaya bangkok (1)


Reporter: Rani Nossar, Silvana Maya Pratiwi | Editor: Tri Adi

Meskipun bukan buah asli Indonesia, namun pamor pepaya bangkok di tanah air cukup besar. Ukuran yang besar, harga yang tinggi, serta kualitas buah yang baik membuat pepaya bangkok dilirik petani untuk dikembangkan. Dari hasil budidaya ini, omzet puluhan juta bisa dikumpulkan petani.

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki banyak varietas buah pepaya yang telah akrab di lidah pecinta buah Tanah Air. Salah satu jenis pepaya yang menjadi favorit masyarakat Indonesia adalah pepaya bangkok.

Sesuai dengan namanya, pepaya ini berasal dari Thailand. Pepaya ini  mulai diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1970-an dan berkembang pesat hingga menjadi salah satu primadona buah Nusantara.

Pepaya bangkok memiliki berbagai kelebihan. Pertama, terletak pada ukurannya yang jumbo alias paling besar dibandingkan dengan jenis pepaya lainnya. Bahkan, berat satu buah ini bisa mencapai 3,5 kilogram (kg).

Kedua, rasa dan ketahanan buah yang baik. Daging buah pepaya jenis ini berwarna jingga kemerahan, rasanya manis segar dengan tekstur keras sehingga tahan dalam pengangkutan. Tidak heran banyak petani buah yang beralih membudidayakan pepaya ini karena potensi bisnisnya yang besar.

Ketiga, harga jual pepaya bangkok masih tinggi dan laris, tak heran jika buah ini bisa dijumpai dengan mudah di pasar tradisional hingga supermarket.

Andrius Dharma, petani pepaya bangkok asal Sukabumi, Jawa Barat, mengaku sudah 10 tahun mengembangkan pepaya ini di lahan seluas 1 hektare (ha). Menurutnya, menanam pepaya bangkok membuatnya tenang dari perasaan was-was jika buah tersebut tidak laku di pasar.

Dia mengaku tak gentar bersaing dengan popularitas pepaya kalifornia. Alasannya,  pepaya bangkok masih digemari masyarakat meski harganya lebih mahal.

Jika pepaya kalifornia dijual dengan harga Rp 4.500 per buah, pepaya bangkok bisa dijual dengan harga Rp 5.500 per buah.

Meski secara harga lebih mahal, pepaya bangkok memiliki ukuran lebih besar. Beratnya sekitar 3,5 kg per buah, sementara berat pepaya kalifornia maksimal hanya 2 kg per buah.

Sekali panen, Dharma bisa memetik hasil sekitar 2 ton pepaya siap kirim ke para pelanggan yang kebanyakan adalah hotel di kawasan Bandung dan pasar swalayan di wilayah Jawa Barat. Sebulan, rata-rata omzet yang diraup Dharma dari usaha ini bisa mencapai Rp 50 juta. "Jadi pepaya bangkok lebih unggul secara hasil dan harga," ujar Dharma.

Basuki Sutjijanto, petani pepaya bangkok asal Magelang yang telah mengembangkan buah ini seluas 5.000 meter persegi sejak tiga tahun lalu. Dia mengaku memperoleh bibit pepaya ini dari wilayah Bandung dan sekitarnya.

Basuki sendiri bisa menghasilkan 10 ton setiap panen dengan harga jual minimal Rp 800. Dia menjual hasil panen pepaya bangkok ini ke sejumlah pasar lokal dengan omzet minimal Rp 8 juta sekali panen.           

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×