Reporter: Pratama Guitarra, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini
Mungkin masih belum banyak yang mengetahui jenis tanaman ini. Memiliki nama Latin Pometia pinnata atau biasa disebut matoa, tanaman khas Papua ini menjadi flora identitas Provinsi Papua Barat.
Pohon matoa mulai berproduksi setelah mencapai tinggi 5 meter (m). Buah-nya dipercaya punya banyak manfaat, seperti menjaga daya tahan tubuh dan bisa meningkatkan kelembapan kulit lantaran kaya kandungan vitamin C dan E.
Tanaman matoa memiliki ciri buah berbentuk bulat lonjong dengan diameter 1 sentimeter (cm) hingga 3 cm. Kulitnya berwarna merah kehitaman bila sudah matang. Banyak yang bilang, rasa buah matoa seperti campuran rambutan, durian, dan kelengkeng.
Salah satu pembudidaya serta penjual buah matoa yaitu Arif Rabani di Kudus, Jawa Tengah. Dia menanam matoa di lahan seluas 800 meter persegi (m²). Ia bilang, keuntungan yang didapat ketika panen buah matoa hanya pada saat tertentu, lantaran panen buah ini hanya pada bulan Oktober hingga November tiap tahun.
Arif mengatakan, terkadang, waktu panen bisa sampai lebih dari satu tahun. "Namun, setelah panen perdana, tiga bulan setelahnya bisa panen untuk kedua kalinya," katanya.
Tak hanya membudidayakan tanaman dan menjual buah, Arif juga juga menjual bibit tanaman matoa yang berukuran sekitar 50 cm hingga 1 m. Harga jual bibit sebesar Rp 15.000 per batang.
Arif bilang, pada masa panen, umumnya konsumen yang membeli buah matoa adalah pengepul yang akan mendistribusikannya ke produsen di minimarket.
Dengan memiliki lahan budidaya seluas 800 m², dia bisa menghasilkan sekitar 500 kilogram (kg) buah matoa sekali panen. Dia menjualnya seharga Rp 30.000 per kg. Jika semua hasil panen ludes, Arief meraup bisa omzet senilai Rp 15 juta sekali panen.
Sementara, Edi Sumulur, pembudidaya buah matoa di Sidoarjo, memiliki lahan seluas 2.000 meter persegi (m²). Berbeda dengan Arif, Edi menanam tanaman khas Papua ini hanya untuk dijual bibitnya. Dia menjual bibit matoa di toko bibit tanaman miliknya di Sidoarjo bernama Agro Sidoarjo.
Bibit itu juga ditawarkan lewat toko online. Satu batang bibit dibanderol Rp 25.000 hingga Rp 150.000, tergantung dari ukuran. Jika usia bibit sudah mencapai empat bulan, tinggi batang akan mencapai 30 cm. Itu yang dijual seharga Rp 25.000 per batang. "Sedangkan yang seharga Rp 150.000-an, untuk bibit yang sudah berumur 1,5 tahun dengan ketinggian 1,5 m," tutur Edi.
Setiap bulan, Edi bisa menjual lebih dari seratus bibit matoa. Pembeli umumnya berasal dari Kalimantan dan Jawa Tengah. Omzet per bulan sekitar Rp 5 juta. n
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News