Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri
Mendengar nama kecoa mungkin yang terpikir di benak kita adalah binatang bau dan menjijikkan yang ada di tempat-tempat kotor dan lembab. Tetapi pandangan itu hanya berlaku buat kecoa lokal. Lain halnya dengan kecoa Madagaskar.
Kecoa Madagaskar dengan nama latin Gromphadorhina portentosa merupakan salah satu kecoa terbesar yang ada di jagad raya. Pada usia produktif sekitar enam sampai delapan bulan, panjangnya bisa mencapai 9 centimeter (cm). Saat usianya lebih dari setahun panjangnya bisa 13 cm.
Tidak seperti kecoa yang sering kita temui, kecoa Madagaskar unik, menarik dan eksotis sehingga memikat banyak orang untuk menjadikannya hewan peliharaan.
Selain tidak bau, keunikannya lainnya adalah tidak memiliki sayap dan dapat mengeluarkan bunyi desis saat tubuhnya ditekan. Desis nyaring yang dihasilkan merupakan senjata andalan yang digunakannya untuk mengejutkan pemangsa.
Selain buat hewan peliharaan, kecoa berwarna hitam dan cokelat ini juga bisa buat pakan beberapa hewan peliharaan seperti reptil, tarantula, ikan dan lain-lain. Kecoa memiliki kandungan protein tiga kali lebih tinggi dari jangkrik.
Lantaran peluangnya menjanjikan, usaha beternak kecoa madagaskar kini marak di berbagai daerah. Salah satu pembudidaya kecoa ini adalah Mifta Alfian Rizki di Surabaya.
Berawal dari tiga pasang kecoa pemberian temannya, ia membudidayakan kecoa tanpa sayap ini sejak 2009. Saat ini, Mifta sudah memiliki ratusan ekor kecoa Madagaskar. "Kecoa ini sangat cepat berkembang," katanya.
Menurut Mifta, kecoa Madagaskar ini sekali beranak bisa menghasilkan sekitar 20-60 ekor anakan kecoa. Mifta mengaku, awalnya kecoak ini hanya dijadikan sebagai hewan peliharaan. Tapi sejak tahun 2011 lalu, kecoak ini berkembang menjadi pakan ternak.
Mifta menjual kecoa dewasa produktif dengan harga Rp 50.000-Rp 75.000 per pasang. Sedangkan kecoa yang sudah tua dijualnya dengan harga Rp 10.000 - Rp 20.000 per pasang.
Dalam sebulan, ia bisa menjual 20 pasang kecoa. "Kebanyakan yang beli memang untuk pakan ternak dan untuk dibudidayakan kembali," ujar Mifta yang memasarkan kecoak Madagaskar lewat internet. Kebanyakan konsumennya berasal dari Surabaya, Jakarta dan Yogyakarta.
Peternak lainnya adalah David di Jakarta. Ia bisa menjual 100 pasang kecoa setiap bulannya dengan harga Rp 10.000 per pasang. "Omzet saya bisa lebih dari sejuta setiap bulan," kata David yang menjadikan usaha ini sebagai bisnis sampingannya. David mulai membudidayakan kecoa Madagaskar sejak awal tahun 2013.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News