kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang menjanjikan dari tanaman nila (1)


Jumat, 05 Februari 2016 / 18:04 WIB
Peluang menjanjikan dari tanaman nila (1)


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani | Editor: S.S. Kurniawan

Nilam merupakan tumbuhan penghasil minyak atsiri. Karena kandungan bahan fiksatif, minyak atsiri digunakan sebagai pengikat aroma wewangian. Minyak atsiri biasanya dipakai oleh industri kosmetik dan makanan.
Nah, Indonesia adalah negara penghasil nilam terbesar di dunia. Sekitar 90% kebutuhan minyak nilam dunia disuplai dari Indonesia.

Namun, masih sedikit yang mengetahui peluang ekspor terebut. Budi Handoyo, seorang pebudidaya nilam asal Tangerang Selatan, Banten termasuk yang jeli melihat peluang itu.

Bersama dengan tiga orang temannya, Budi memutuskan untuk membudidayakan nilam sejak empat tahun lalu. Dengan luas tanah 4,5 hektare di sekitar Cianjur, Jawa Barat, ia kini menyediakan bibit nilam, daun kering dan rantingnya untuk memenuhi kebutuhan pasar nilam.

“Satu hektare idealnya berisi 15.000 bibit. Nah, nilai ekonomis akan tercapai kalau punya lahan seluas 3 hektare,” ungkap Budi.

Bibit nilam diperoleh dengan cara stek batang. Satu bibit tanaman nilam dihargai Rp 1.500 per batang.

Sedangkan daun kering nilam dihargai Rp 10.000–Rp 15.000 per kilogram (kg). Daun kering inilah yang nantinya disuling hingga menghasilkan minyak nilam.

Biasanya dari daun basah akan susut 70% menjadi daun kering. Untuk batangnya, dijual dengan harga Rp 7.000–Rp 10.000 per kg.

Konsumen bibit dan daun kering nilam milik Budi datang dari berbagai daerah di Jawa Timur, Bengkulu, Jawa Tengah, dan Sulawesi. Biasanya mereka membeli nilam untuk dijual lagi atau disuling menjadi minyak.

“Kebanyakan orang-orang sekarang jadi penyulingnya saja karena harga minyak lebih mahal daripada bahan bakunya. 1 kg minyak nilam harganya Rp 700.000–Rp 800.000," jelas Budi.

Lantaran itu, permintaan bahan baku seperti daun kering dan batang nilam sangat tinggi di pasaran. Persoalannya, sekarang jumlah petani nilam sangat sedikit. "Kadang hasil produksi kami tak bisa melayani semua orderan,” ujarnya.

Dalam satu kali panen, kebun nilam milik Budi bisa menghasilkan 67,5 ton daun nilam basah. Jika dijadikan nilam kering, beratnya sekitar 20,25 ton. Praktis dalam satu bulan omzet yang didapatnya sekitar Rp 202,5 juta hingga Rp 303,75 juta.

Pembudidaya lainnya adalah Budi Kusumo di Ciherang, Cianjur, Jawa Barat. Ia membudidayakan tanaman nilam sejak tahun 2011 di atas lahan seluas 5 hektare.

Saat ini, ia mampu menghasilkan 45.000 bibit per minggu. Dari penjualan bibit saja, ia bisa meraup omzet hingga Rp 67,5 juta per minggu.            n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×