Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pendirian kampung batik tulis Betawi di Jalan Terogong III, Cilandak, Jakarta Selatan baru dirintis sejak tahun lalu. Di usianya yang seumur jagung, masih banyak masalah yang dihadapi para perajin batik di kampung ini.
Siti Laela, salah satu perajin batik betawi di Terogong bilang, saat ini mereka masih terkendala pemasaran. “Pemasaran masih bersifat mulut ke mulut. Jadi masih sangat tradisional,” ujarnya.
Namun demikian, sudah ada beberapa perajin di kampung ini yang menitipkan hasil karyanya ke galeri UMKM di Mal Cilandak Town Square. Penitipan di mal ini menggunakan sistem konsinyasi alias bagi hasil. Pihak UMKM Galeria akan mendapat 37% dari harga jual ke konsumen.
Menurut Laela, sudah ada upaya dari beberapa pihak untuk membantu mempopulerkan batik Betawi ini. Seperti dilakukan mantan finalis Abang-None Jakarta tahun 1989, yaitu Kassandra Putranto. Ia kerap kali menggunakan batik Terogong ke berbagai acara. Kassandra sendiri kini dikenal sebagai psikolog klinis dan forensik yang cukup populer di Jakarta.
“Ibu Kassandra juga punya jargon tinggal di Betawi kudu pake batik Betawi. Jargon itu yang saya gunakan sampai sekarang atas izin Ibu Kassandra,” ujar Laela. Dukungan Kassandra ini lumayan membantu mempopulerkan batik Betawi.
Sayangnya, selama era Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), Kampung Batik Betawi Terogong belum mendapat bantuan intensif apapun. Kata Laela, Jokowi sempat bertemu dengan para perajin Kampung Batik Betawi Terogong saat mereka mengikuti sejumlah kegiatan bazar di Jakarta. Kala itu Jokowi merespon baik kehadiran batik Betawi dari para perajin di Terogong.
Sebenarnya, kata Laela, pihaknya tidak mengharapkan bantuan apapun. "Yang kami harapkan agar ada kebijakan baru dari Pemprov Jakarta sebagai bentuk pelestarian batik betawi," ujarnya.
Kebijakan itu bisa berupa kewajiban bagi para pegawai Pemprov untuk memakai batik Betawi. Lebih bagus lagi kalau yang diwajibkan adalah batik tulis atau batik cap, bukan batik printing. "Karena batik tulis atau batik cap berarti murni membantu para perajin batik Betawi skala kecil,” tambah ibu dari tiga anak ini.
Aap Hafizoh, perajin lainnya di Kampung Batik Betawi Terogong bilang, sebetulnya batik Betawi cukup diminati warga Jakarta. Apalagi, motif ondel-ondel sangat dicari orang karena identik dengan Jakarta.
Aap bilang, motif ondel-ondel bisa mendominasi 75% dari seluruh total penjualan. Namun, ia tetap menilai perlu bartuan dari berbagai pihak agar batik Betawi bisa kembali populer.
Menurut Aap, batik betawi sempat berjaya di era 1960 hingga 1970. Saat itu, relatif gampang mendapatkan batik betawi di beberapa titik di Jakarta.
Laela menambahkan, pada era itu batik Betawi gampang ditemukan di sejumlah lokasi. "Dulu di kawasan Palmerah, Tanah Abang, Senayan dan Karet Tengsin masih bisa kita temui batik khas Betawi,” ujarnya. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News