Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini
Selain terkenal dengan produksi telur asin, Kabupaten Brebes ternyata juga terkenal dengan hasil alamnya, yaitu bawang merah. Kota yang berada di sepanjang jalur Pantura ini menjadi lokasi pengepulan bawang merah dari berbagai lokasi seperti Majalengka, Leri dan lainnya.
Waryo, salah satu penebas bawang merah mengatakan, mereka sengaja mencari bawang merah dari berbagi tempat untuk mendapatkan harga yang paling murah. Selain itu, di sana juga terdapat berbagai jenis bawang, mulai bawang lokal, bawang sirad, darkonah, dan lainnya.
Lapak-lapak pengepul bawang merah di Desa Luwungragi, Kecamatan Bulakamba, Brebes ini, merupakan tempat berbagai aktivitas pra penjualan, mulai penjemuran bawang pasca panen, kemudian pengupasan dan pemilihan, pembersihan, dan terakhir proses pengepakan.
Saat KONTAN mengunjungi sentra tersebut, terlihat banyak kendaraan hilir-mudik mengangkut para pekerja wanita dari kampungnya menuju lapak atau kembali ke rumahnya. Maklum, menjadi pengupas bawang merah telah menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat sekitar, terutama ibu-ibu.
Sistem pengepakan ada dua model. Pertama, para penebas akan mengemas dalam satu karung yang berkapasitas sekitar 40 kilogram (kg) dan kedua akan dikemas dalam karung berukuran 25 kg. Setelah pengepakan selesai, bawang siap untuk dikirim ke tempat tujuan. Aktivitas di sentra lapak bawang merah ini dimulai pukul 08.00 pagi sampai jam 19.00 malam.
Saat musim kemarau, proses pembersihan bawang merah bisa selesai dalam waktu satu hari. Tetapi, saat musim hujan, prosesnya jauh lebih lama sekitar dua hari sampai tiga hari, karena proses pengeringan menjadi lebih lama. “Pada musim hujan biaya operasional jadi meningkat,” kata Waryo kepada KONTAN.
Meski bawang-bawang tersebut disiapkan untuk para tengkulak, tidak jarang para wisatawan lokal mampir kesana hanya untuk melihat-lihat. Bila beruntung, mereka bisa membeli bawang dalam jumlah kecil dengan harga yang murah.
Zainal, penebas lainnya di sentra ini, mengatakan, menjelang bulan Ramadan seperti sekarang, para penebas bawang harus siap-siap omzet bakal menurun. Sebab, kebanyakan konsumen tidak terlalu aktif membeli bawang di bulan sebelum awal puasa.
Para penebas bawang merah di sini bisa kehilangan omzet sampai 50% dari biasanya. Jika Waryo bisa mengantongi omzet Rp 50 juta per bulan, di bulan puasa hanya tinggal Rp 25 juta. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Menjelang Lebaran, biasanya permintaan akan kembali stabil.
Untuk itu, para penebas di sana tetap mengumpulkan bawang merah untuk persiapan memenuhi permintaan menjelang Lebaran . n
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News