Reporter: Silvana Maya Pratiwi | Editor: Hendra Gunawan
LAMPUNG. Berdiri sejak tahun 2000, sentra pembuatan sangkar burung di Desa Banjar Negeri, Kecamatan Natar, Lampung Selatan kini tidak seramai dulu lagi. Para perajin mengaku, sejak setahun terakhir penjualan terus menurun.
Lantaran pembeli kian sepi, beberapa perajin kini mulai alih profesi. Salah satu perajin sangkar burung, Budianto mengatakan, saat ini banyak perajin sangkar burung menggantungkan hidupnya dari profesi lain. "Ini sudah terjadi sejak satu tahun ini karena penghasilan turun drastis," katanya kepada KONTAN.
Menurut Budianto, saat ini stok sangkar burung di toko masih banyak. Sementara setiap hari ia selalu memproduksi sangkar burung. Terpaksa ia menunggu stok di toko habis baru bisa mengirim lagi.
Kendati penjualan menurun, Budianto mengaku belum ingin meninggalkan profesi ini. Baginya, profesi ini masih menjanjikan asal ditekuni dengan baik. Ia pun masih sangat memperhatikan kualitas sangkar burung bikinannya, mulai dari kayu yang digunakan, jenis mahkota hingga proses pengecatan.
Budianto mengaku, hanya menggunakan kayu jenis mahoni dan waru yang didapat dari daerah sekitar. “Selain kayu-kayu itu saya tidak gunakan,” ujarnya.
Setiap 1 meter kubik kayu bisa menghasilkan 40 set sangkar burung atau 120 sangkar burung. Satu set berisi tiga jenis kandang, mulai ukuran kecil, sedang, dan besar. Total biaya pembelian bahan baku ini mencapai Rp 5 juta per bulan. “Kalau kayunya bagus, biasanya kami tidak menggunakan jasa orang lain. Keuntungan bisa sampai Rp 2 juta,” kata dia.
Menurutnya, proses pembuatan sangkar burung ini semua menggunakan alat bantu mesin. Awalnya, kayu dibentuk dan dipotong sesuai ukuran yang diinginkan. Sebelum disatukan, rangka yang akan dipasangi jeruji bambu dilubangi dulu dengan bor listrik.
Setelah rangka jadi, dilakukan proses pembuatan jeruji bambu yang berguna sebagai pelengkap rangka bakal sangkar burung. Setelah itu dilakukan pemasangan jeruji dan pengecatan yang merupakan tahap finishing.
Untuk mahkota atau gantungan sangkar juga dibuat dalam beberapa motif, seperti motif bunga, padi, ukiran, bulan hingga bintang. Pembuatan motif ini menggunakan mesin bobok kayu. Bentuk jeruji lidi juga dibuat bervariasi agar bisa menarik pelanggan.
Perajin lainnya, Pembri juga mengeluhkan sepinya pembeli. Padahal setiap hari mereka selalu memproduksi sangkar burung ini. “Sekarang sangkar burung banyak pulangnya ketimbang habisnya,” kata dia.
Sama halnya dengan Budianto, ia tetap menjaga kualitas sangkar burung bikinannya. Semuanya sangat diperhatikan, mulai bahan baku kayu, motif mahkota hingga proses pengecatan atau finishing. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News