Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Tak melulu mengenai bisnis properti, seperti perumahan dan apartemen. Kecanggihan teknologi juga mampu dimanfaatkan untuk bisnis interior rumah. Selain memperindah rumah, perkembangan teknologi tersebut diandalkan guna mempermudah supply chain kepada konsumen dalam prosesnya.
Hal itulah yang dituju oleh Dimas Harry Priawan, CEO Dekoruma.com. Dekoruma yang dirintis oleh Dimas bersama teman kuliahnya, merupakan sebuah platform digital yang menawarkan produk-produk furnitur dari gaya minimalis hingga modern.
Start up ini berdiri sejak 1 Januari 2016. Belakangan, atau tepatnya enam bulan lalu, Dekoruma juga meluncurkan layanan jasa desain untuk membantu konsumen memiliki gambaran terhadap rumah impiannya.
Tahun 2014 atau sebelum meluncurkan platform tersebut, Dimas bekerja di aCommerce sebagai project manager untuk handle klien. Dari sana ia melihat baru satu pemain yang bergerak di bidang home-living. "Setahu saya, karena latar belakang keluarga saya yang berkecimpung di bidang properti, marketnya itu besar," ceritanya.
Selain itu, ia semakin optimistis berkecimpung dalam bisnis tersebut, juga karena pengalaman pribadinya setelah menikah. Dimas bercerita, setelah menikah dan menyewa apartemen, ternyata perabotannya tidak lengkap.
Saat ingin melengkapi perabotannya, ia mengalami kesulitan mencari tempat yang menjual seluruh perabotan rumah. "Memang ada Informa ataupun Ikea, juga banyak UMKM yang bergerak di bidang furnitur tetapi itu juga terbatas, jadi saya saat itu kesulitan untuk mengisi rumah sesuai keinginan saya," kenangnya.
Berawal dari situ, Dimas belajar mengenai bisnis daring home-living. Semakin jauh belajar, ia melihat kesulitan untuk bergerak di bidang tersebut yaitu sulitnya menjual produk tanpa dirasakan dan tanpa dilihat langsung.
Oleh karena itu, tantangan pertama yang harus dilalui dalam membangun bisnisnya saat ini terkait dengan kepercayaan konsumen. Ia bercerita, bagaimana mendatangi satu per satu vendor, mulai dari UMKM sampai perusahaan besar untuk masuk pada platform marketplace-nya.
Namun, usaha ini terbayarkan. Saat ini, Dekoruma telah menggandeng 400 mitra yang akan masih diperkaya kembali.
Dimas juga tak sembarang memilih mitra Dekoruma. Ia mengakui lebih mendahulukan UMKM. Hanya saja, ia menyatakan, kendala UMKM saat ini ada pada konsistensi. Oleh karena itu, UMKM yang ingin menjadi mitranya diharapkan mampu konsisten, baik dari segi produktivitas maupun kualitas.
Memudahkan proses
Selain sebagai platform marketplace produk furnitur, Dekoruma menyediakan jasa desainer interior. Dimas menjelaskan, jasa tersebut dibuka sejak enam bulan yang lalu. Kini, sudah memiliki 150 mitra.
Pada awalnya, hadirnya layanan jasa itu juga bertujuan mempermudah konsumen untuk memiliki gambaran terkait gaya yang mau digunakan. Entah minimalis, klasik, atau modern. Peran desain interior disebutkan untuk memberikan masukan yang tepat bagi konsumen.
"Sistem desainer interior kami, konsumen datang ke kami dan kami menyesuaikan gaya konsumen dengan desainer interior. Jadi, memang penataan sesuai dengan gaya yang konsumen inginkan. Kami juga menyesuaikan dengan yang lokasinya dekat," kata Dimas.
Kemudian, juga disesuaikan dengan kondisi rumahnya, sukanya bagaimana, budgetnya berapa, dll. Setelah menemukan desain yang pas, Dekoruma akan menghubungi pemasok supaya segera mengirimkan produknya ke konsumen. "Jadi, di sini kami ingin setiap orang itu lebih efisien. Sebab, ketika membicarakan proyek interior itu kan sangat tidak efisien sekali di dunia," ungkapnya.
Dimas mencontohkan, dalam satu gerai Starbucks bisa ada lebih 60 pemasok. Mulai dari pemasok kaca, besi, keramik dan segala macamnya, sehingga secara kasar mengharuskan mendatangi sekitar 60 vendor.
Oleh sebab itu akan banyak waktu terbuang. "So, kami memberikan ke desainer, ini lo, kami sudah ada list barangnya, harganya jelas, harga pasangnya jelas, dan kami bisa make sure pengiriman dan pemasangannya on time," ujarnya.
Ia juga bilang, dengan adanya jasa tersebut, ada juga tantangannya. Yakni, soal jarak antara desainer interior dengan dengan konsumen.
Dirikan galeri
Alhasil, Dimas juga berencana untuk membuka galeri yang menyediakan berbagai sample barang dan bahan juga sebagai tempat bertemu konsumen dengan interior designer-nya sehingga waktunya menjadi sangat efisien.
Terdekat, Dimas akan menambahkan layanan jasa desain interior dan galeri tersebut ke daerah Bandung. Sedangkan untuk di Jakarta, rencana sampai akhir tahun nanti akan dibuatkan dua galeri di daerah Timur dan Selatan Jakarta.
Pertimbangannya, kedua daerah tersebut yang memiliki demand lebih besar. "Daerah seperti Tangerang, Bintaro, Cipete, Cinere yang memang daerah perumahan itu kami kategorikan daerah Selatan, kalau daerah Timur kan yang development baru seperti di Harapan Indah, Kelapa Gading. Jadi kami mau bikin yang dua sisi itu," jelasnya.
Sedangkan untuk yang berada di Luar Jawa, ia menjelaskan, masih baru pada penjualan produk terlebih dahulu. Juga pada 1-2 tahun mendatang Dimas juga mengincar 2-3 kota besar lain untuk layanan jasa interior desainer.
Ia mengakui, untuk targetnya sendiri diperuntukan untuk usia produktif, khususnya usia 25 tahun hingga akhir 30 tahun dengan penghasilan Rp 10 juta-Rp 15 juta. Menurutnya usia tersebut tidak hanya memikirkan rumah saja, melainkan juga estetika dari dalam rumah itu sendiri.
Tarif paket yang dibanderol dari Dekoruma mulai dari Rp 30 juta. Namun, ia menyatakan, tarif tersebut masih bersifat relatif karena disesuaikan dengan kapasitas keuangan tiap daerah. Sebab, tidak semua daerah memiliki pendapatan yang seimbang.
Dimas melanjutkan, walaupun begitu jika hanya membeli produk saja tanpa menggunakan paket jasa dapat dilakukan oleh kelas market mana saja. "Kami tergantung bujet konsumen juga, misalkan semua sudah sama elektronik Rp 30 juta, tapi ada juga yang kasih bujet Rp 500 juta," ujarnya.
Ia juga mengapresiasi dengan mulai tumbuhnya start up serupa. Hal tersebut dinilainya sebagai jalan masuk untuk membuka pikiran masyarakat bahwa berbelanja home-living melalui internet dapat dilakukan dengan aman.
Menurutnya, masih banyak yang takut untuk berbelanja produk home-living melalui internet. "Kompetisinya hanya di pendanaan saja," ujarnya.
Sejak berdiri 1 Januari 2016, Dekoruma sudah mendapatkan dua kali pendanaan. Namun Dimas tidak menjelaskan nilai persisnya. Dia hanya menyatakan, total nilai pendanaan yang masuk Dekoruma mencapai puluhan miliar.
Sedangkan untuk targetnya sendiri, dari sisi pelayanan, Dimas bilang, sedang fokus pada efisiensi. Karenanya, ia benar memfokuskan diri pada pembukaan galeri.
Menurutnya dari awal melakukan pertemuan dengan designer interior sampai selesai membutuhkan waktu tiga bulan sampai empat bulan. Karenanya sampai akhir tahun ini, Dimas berupaya untuk melakukan efisiensi sehingga waktu yang dibutuhkan cukup dua bulan sampai tiga bulan saja.
Dari sisi bisnis. Dimas menargetkan konsistensi pertumbuhan tiga kali lipat atau 300% setiap tahunnya. Sedangkan, secara total sejak membangun Dekoruma.com, Dimas mengklain, start up yang dirintisnya sudah men catatkan pertumbuhan sekitar 10 kali lipat.
Kenali peluang dan tantangannya
Pengamat telekomunikasi dan Start Up dari Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi berpendapat saat ini marketplace bersifat sudah sangat umum. Hampir semua barang ditawarkan melalui marketplace, meski tidak menutup kemungkinan ada juga yang khusus barang tertentu.
Heru menilai, pengadaan platform marketplace home-living solution relatif bagus dan prospektif. Sebab, kehadirannya bisa memberikan kemudahan bagi konsumen yang membutuhkannya. "Untuk furnitur kebanyakan masih bercampur, sehingga kalau ada yang khusus bagus karena memudahkan yang konsumen yang mencari barang-barang furnitur," ujarnya.
Ia juga mengapresiasi langkah Dekoruma.com yang menambahkan layanan jasa design interior. Menurutnya, hal tersebut akan semakin melengkapi kemudahan yang akan diterima konsumen.
Walaupun begitu, ia menekankan pada persaingan biaya. Sebab, menurutnya, saat ini tarif jasa design interior cenderung mahal. "Oleh sebab itu, marketplace ini harus menjadi solusi agar biaya tetap dapat bersaing," tuturnya.
Heru melihat start up bidang ini memiliki sejumlah tantangan yaitu memperkenalkan layanan interior desain ini. Tantangan lain menyeleksi furniture berkualitas, sistem pembayaran, dan ketepatan pengiriman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News