kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pencari berita lokal birma


Sabtu, 30 September 2017 / 09:30 WIB
Pencari berita lokal birma


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Myanmar sedang menjadi pusat perhatian dunia, apalagi di Indonesia. Perlakuan militer Birma, sebutan negara-negara Barat untuk Myanmar, terhadap minoritas muslim Rohingya membuat dunia marah.

Namun, beredar pula kabar bohong (hoax) berupa foto-foto yang katanya foto korban Rohingya di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. “Berita” hoaks ini membikin banyak orang kian murka, dan situasi pun makin runyam.

Ngomong-ngomong soal berita, Myanmar punya aplikasi pencari untuk berita-berita lokal negara yang pernah diperintah junta militer ini, lo. Namanya: Bindez Thadin, produk dari Bindez Pte. Ltd., perusahaan rintisan alias startup teknologi mesin pencari yang bermarkas di Yangon.

Pada 6 September lalu, 500 Startups menambah pendanaan untuk Bindez. Namun, perusahaan modal ventura yang berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat, itu tidak menyebut nilainya.

Sebelumnya, pada Januari 2016 lampau, 500 Startups telah menyuntikkan modal ke startup yang berdiri 2013 lalu ini. Tapi, modal ventura asal Silicon Valley yang pertama kali berinvestasi di Myanmar itu juga tidak mengungkapkan angkanya.

Bindez lahir dari tangan Ye Wint Ko dan Htet Will. Dulu, dia menjalankan proyek mesin pencari ini secara bootstrapping sambil bekerja di Singapura.

Sedang Htet tetap kuliah di Yangon. Di negeri Merlion, Ye Wint bertemu Rahul Batra yang jadi mentor dan kelak jadi Co-Founder & Chief Executive Officer (CEO) Bindez.

Mereka kemudian mengubah mesin pencari tersebut menjadi aplikasi agregasi berita yang bersaing dengan Facebook di Myanmar. Facebook jadi hal pertama yang terlintas dalam pikiran orang Myanmar saat berbicara tentang internet.

Maklum, jejaring sosial ini adalah sumber utama berita dan informasi di negara yang kini secara de facto dipimpin Aung San Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian tahun 1991.

Nah, dengan dukungan pendanaan dari 500 Startups, Bindez ingin mengubah pikiran masyarakat Myanmar soal Facebook. Itu sebabnya, Bindez yang mengusung slogan “Membuat Informasi Menjadi Mudah,” mengembangkan Thadin, aplikasi Android yang membantu pengguna memperoleh berita-berita terbaru dari Myanmar.

Saat ini, Thadin sudah mencapai satu juta unduhan dan dua juta tampilan halaman setiap bulan.

Rahul mengatakan, 500 Startups memberikan pendanaan kepada Bindez dalam tiga putaran bersama sebuah konsorsium investor malaikat (angel investor) yang dipimpin VIMIC Limited. “Ini adalah pengalaman luar biasa, setelah melalui proses jaringan, pitching, evaluasi, analisis, dan negosiasi selama setahun, untuk meningkatkan modal kami. Pendanaan ini akan membantu kami membangun tim, promosi produk, dan nilai kami dalam 12 sampai 18 bulan mendatang,” ujar pria yang pernah bekerja di Google selama 5,5 tahun ini.

Layanan berbayar

Awal tahun ini, Bindez yang merupakan akronim dari Burmese Index meluncurkan produk baru bertajuk Bindez Insights. Alat monitoring media sosial itu merupakan layanan berbayar.

Startup ini mengklaim, Insights satu-satunya alat ‘pendengar’ media sosial yang spesifik untuk pasar Myanmar, yang bisa mendukung bahasa dan budaya lokal dengan bantuan mesin pencari.

Rahul dan timnya terus berupaya menambah jangkauan Bindez, dan keterlibatan pengguna di platform Thadin dan Insights. Inilah fokus Bindez sekarang, monetisasi akan datang nanti. “Kami akan memanfaatkan teknologi, produk, dan tren untuk model pendapatan segera,” katanya.

Akses internet di Myanmar dulu memang sangat terbatas. Namun belakangan akses internet mulai meningkat setelah rezim militer runtuh.

Dulu, satu-satunya operator telekomunikasi di negara yang merdeka 4 Januari 1948 ini  adalah MPT (Myanma Posts and Telecommunications), operator milik pemerintah yang menarik biaya US$ 250 untuk sebuah kartu SIM. Tapi, sejak negara bekas jajahan Inggris itu mulai terbuka, koneksi seluler dan internet maju pesat.

Dua perusahaan telekomunikasi asing masuk ke Myanmar. Yakni, Telenor dari Norwegia dan Ooredoo dari Qatar yang menyediakan layanan dengan tarif lebih murah.

Khailee Ng, Managing Partner 500 Startups, percaya, Bindez bisa menghadapi raksasa jaringan sosial semacam Facebook di Myanmar. “Kami melihat Bindez menawarkan cara alternatif yang dikembangkan secara lokal dan untuk informasi real-time juga relevan,” ucap Khailee.

Bindez pun semakin siap melawan keperkasaan Facebook di negaranya sendiri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×