Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri
Kartu ucapan dengan desain tiga dimensi (3D) atau sering di sebut pop up kini banyak dipakai buat mempercantik mahar pernikahan. Bentuknya yang unik dan warna-warni membuat kartu ini semakin mempercantik rupa mahar ketika diserahkan pada waktu akad nikah.
Alhasil, setiap musim nikah tiba, para perajin pop up kini kebanjiran order. Seperti dialami Vanessa Inka, pemilik Hellogomawo di Jakarta. Menurut Vanessa, mahar bergaya pop up kini semakin digemari karena bentuknya unik dan dapat dijadikan sebagai pajangan. Vanessa sendiri baru membesut usaha perangkaian mahar pada bulan November 2014.
Sebelumnya, pop up banyak diaplikasikan di kartu undangan."Nah, baru-baru ini saja perajin mahar mengadaptasinya," kata Vanessa kepada KONTAN. Menurut Vanessa, dengan pop up 3D, tampilan mahar tampak berbeda dan lebih meriah. Pop up ini melengkapi desain mahar yang biasanya dibuat dengan bentuk unik, seperti masjid, bunga, burung dan lainnya.
Perempuan berkulit putih ini mengaku, mempelajari mahar pop up secara otodidak. "Caranya cukup sederhana karena semua hanya hasil print komputer," ujarnya. Untuk mengerjakan satu mahar pop up dibutuhkan waktu antara empat hingga lima hari.
Dalam sebulan, perempuan yang berkerja di perusahaan swasta ini hanya menerima 25 pesanan mahar pop up. Pesanan dibatasi karena dia hanya bisa mengerjakan sepulang kantor. Vanessa membanderol jasa pembuatan mahar pop up Rp 175.000 per mahar.
Bila dihitung, dalam sebulan dia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 4,3 juta. Meski omzetnya kecil, keuntungan bersihnya mencapai 50%. Lewat media sosial, perempuan berkaca mata ini berhasil menjaring pelanggannya dari berbagai daerah, seperti Samarinda, Depok, Yogyakarta, dan lainnya.
Pemain lainnya adalah Nadia Shahab pemilik Nadolshop7 di Jakarta. Ia juga baru menjajal bisnis mahar pop up akhir tahun 2014 lalu. Menurut Nadia, mahar pop up sudah dikenal sejak tahun 2013 tapi mulai populer dan banyak diminati sekitar tahun 2014.
Meski masih baru, persaingan di bisnis ini terbilang ketat karena banyak perajin mahar yang memberikan layanan sama. Untuk dapat bertahan, Nadia mengaku harus terus meningkatkan kualitas pengerjaan dengan menciptakan aneka desain baru. "Pelanggan hanya memberikan tema mahar, sedangkan desainnya kami buat sendiri. Nanti kami diskusikan maunya seperti apa," tambahnya.
Dalam sebulan, dia hanya mendapat dua pesanan hingga tiga pesanan mahar pop up. Selain mahar, ia juga menerima pesanan kartu ucapan, undangan, dan jam dinding pop up. Nadolshop7 membanderol tarif pembuatan mahar pop up bervariasi mulai Rp 200.000 hingga Rp 500.000 per mahar. Keuntungan bersih yang didapatnya mencapai sekitar 50% dari perolehan omzet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News