CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.517.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Penghasil kerajinan serat sejak 1970-an (1)


Kamis, 12 Desember 2013 / 15:25 WIB
ILUSTRASI. Pengunjung mal melintas didepan kantor kas J Trust Bank Cakung AEON Mall Jakarta Garden City, pada peresmian pengoperasiannya, Selasa (3/10). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/03/10/2017


Reporter: Marantina | Editor: Dupla Kartini

KULON PROGO. Anda penyuka produk kerajinan dari bahan serat alam, dan sedang berkunjung ke Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta? Sempatkan mampir ke Desa Salamrejo di Kecamatan Sentolo. Di sana terdapat ratusan warga yang menjadi perajin serat alam. Dari tangan mereka lahir aneka kerajinan cantik, seperti dompet, tas, topi, hingga furnitur.

Hasil kerajinan warga itu dipajang di puluhan kios yang berjejer di sepanjang jalan desa tersebut.

Meski cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta, tapi lokasi sentra cukup mudah dijumpai. Dari pusat kota di Wates, Anda hanya perlu menyusuri Jalan Wates menuju arah Kabupaten Kulon Progo. Lalu, sekitar tiga kilometer dari perbatasan Yogyakarta dan Kulon Progo, Anda akan disambut sebuah plang bertuliskan:  Sentra Produksi Kerajinan Serat Kulon Progo. Inilah lokasi para perajin bermukim, melakukan kegiatan produksi, sekaligus menjual hasil karya mereka.

Ketika KONTAN menyambangi sentra ini pada akhir November lalu, aktivitas di beberapa kios masih terlihat sepi. Salah seorang perajin,  Joko Santoso (45) menuturkan, memang jarang tamu yang langsung membeli kerajinan di kios. "Rata-rata pembeli sudah order via telepon atau surat elektronik,” tuturnya.

Bersama istrinya, Joko mulai berbisnis kerajinan dari bahan serat alami sejak 1990-an. Kemudian, untuk menarik lebih banyak pembeli, ia mendirikan kios yang memajang aneka kerajinan tersebut pada 2010. “Sebenarnya, dari tahun 1970-an, Sentolo sudah terkenal sebagai sentra kerajinan dari bahan serat alami,” klaim Joko.

Adapun, aneka serat yang dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan adalah serat eceng gondok, agel (pohon gebang), rotan, daun pandan, hingga pelepah pisang.

Joko menjual produk kerajinan berupa tas, topi, sarung bantal, dompet, kursi, bahkan kalung dari serat agel. Ia mematok harga Rp 10.000 - Rp 750.000 per item produk. Dari bisnis ini, Joko bisa meraup omzet Rp 25 juta - Rp 30 juta per bulan.

Perajin serat lainnya, Dian Ayu (39) menyebut, keahlian memproduksi kerajinan serat alam di Sentolo sudah berlangsung turun temurun. Ia mengaku, sudah mahir membuat kerajinan berbahan serat alam sejak SMP. Lantas, setelah lulus SMA, ia memutuskan berbisnis kerajinan serat, karena potensinya cukup menggiurkan.

Tak jauh beda dengan perajin lain, Dian menjual produk kerajinan dari berbagai jenis serat, seperti agel, eceng gondok, mendong, dan daun pandan. Produknya beragam, mulai dari tas, dompet, sarung bantal, kursi, tikar, keset,  dan topi.

Berbagai produk itu dibanderol harga mulai Rp 15.000 hingga Rp 1 juta per item. Ibu dari dua orang anak ini bilang, jika sedang banyak order, ia pernah mendapat omzet hingga Rp 50 juta sebulan. "Tapi, kalau dirata-ratakan, omzet saya sekitar Rp 20 juta per bulan," ungkapnya.

Ia mengaku, bisa mengantongi keuntungan bersih sekitar 20% - 30%. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU

[X]
×