kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.594.000   17.000   1,08%
  • USD/IDR 16.370   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.155   47,14   0,66%
  • KOMPAS100 1.057   5,10   0,48%
  • LQ45 832   4,41   0,53%
  • ISSI 214   1,71   0,81%
  • IDX30 429   2,76   0,65%
  • IDXHIDIV20 512   2,62   0,51%
  • IDX80 121   0,63   0,53%
  • IDXV30 124   0,17   0,14%
  • IDXQ30 141   0,95   0,68%

Pengusaha clothing line sukses di usia muda (1)


Minggu, 17 April 2016 / 15:27 WIB
Pengusaha clothing line sukses di usia muda (1)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Rizki Caturini

Ketatnya persaingan di dunia bisnis tentu dirasakan oleh setiap pelaku bisnis. Termasuk bisnis distro atau outlet kaus anak muda yang sempat menjadi tren beberapa tahun silam. Meski saat ini gema bisnis distro kian meredup, namun tidak bagi usaha distro besutan Bertolomeus Saksono Jati atau yang akrab disapa Berto.

Memulai debut di dunia bisnis sejak duduk di bangku SMP, Berto yang mulai fokus menggarap distro sejak 2003 ini bisnisnya tetap konsisten dan malah berkembang lewat beberapa merek seperti Bloop, Endorse, dan Urbie yang berada di bawah naungan PT Endorsindo Makmur Selaras.

Bloop menjadi cikal bakal usaha retail pakaian yang dijalankan pria kelahiran 29 September 1980 ini. Ide mendirikan Bloop di tahun 2003 datang dari seorang teman yang kemudian menjadi rekan usahanya. Namun di tengah jalan, temannya memutuskan tidak melanjutkan kerjasama. Akhirnya Berto menggandeng kakak dan adiknya sebagai partner bisnis hingga saat ini.

Setelah Bloop yang menyasar pasar remaja dan anak muda kian berkembang, Berto bersama dua saudaranya ini membuat satu merek lagi untuk menjangkau pasar dewasa dengan mendirikan clothing line bernama Endorse di tahun 2005. Kedua merek usaha ini memiliki toko offline di kawasan Tebet, Jakarta. Di tahun 2013 clothing line Urbie berdiri di daerah Jatiwaringin, Jakarta Timur dengan ciri khasi desain pakaian kaum urban.

Berbagai produk fesyen dia buat mulai dari kaus, kemeja, jaket hingga aksesori seperti tas, topi dan lainnya. Untuk kaus dan kemeja, rata-rata dibanderol Rp 95.000 ke atas, sedangkan aksesori seperti topi, ikat pinggang, tas dan lainnya dibanderol mulai Rp 10.000.

Memahami ketatnya persaingan di bisnis clothing line, Berto selalu menjaga kualitas produk dan layanan maksimal untuk pelanggannya. Selain itu lingkungan kerja yang kondusif untuk karyawannya pun selalu dia jaga. Dari bisnis yang dia jalankan ini, Berto memiliki kurang lebih 200 karyawan.

Pada momen-momen tertentu, seperti jelang Lebaran, distronya bisa didatangi hingga 11.000 pengunjung per hari. Selain dari outlet, Berto juga menerapkan sistem pemasaran lewat supplier sekaligus membuka peluang usaha bagi masyarakat. Strategi ini terbilang berhasil, selain penjualan bisa digenjot, supplier yang bekerja padanya juga bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan. Ada supplier yang mendapatkan omzet 30 juta sebulan, ada yang Rp 50 juta per bulan, bahkan ada yang omzetnya mencapai Rp 100 juta sebulan.  

Sehingga jangan heran bila dalam sebulan outlet distro milik Berto dapat menghasilkan miliaran rupiah. “Jumlah pastinya saya tidak bisa sebut, yang jelas kalau miliran kami bisa tembus,” ujarnya.

Rasa haus yang besar terhadap bisnis membuat Berto menambah proyek individu yang tetap bergerak di clothing line dengan nama Babo. Dia bekerjasama dengan desainer untuk membuat desain kaus dan menggandeng investor untuk pendanaan. Keuntungan dari Babo saja bisa membiayai Berto jalan-jalan keliling Eropa.        n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×