kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,95   3,20   0.36%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan kuliner khas Betawi tidak seramai suasana di PRJ (bagian 2)


Sabtu, 22 Juni 2019 / 10:30 WIB
Penjualan kuliner khas Betawi tidak seramai suasana di PRJ (bagian 2)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ajang Pekan Raya Jakarta (PRJ) alias Jakarta Fair 2019 kali ini tidak membawa hoki bagi para pebisnis, terutama pedagang kuliner khas Betawi seperti dodol betawi atau kerak telor.

Para pedagang yang kerap berjualan di pameran tersebut mengalami penurunan omzet. Ambil contoh Dodol Betawi Bang Rizal yang rata-rata cuma bisa meraup penjualan 50 kilogram dodol betawi yang setara 100 besek. "Hasil itu turun dari tahun lalu," kata Yusuf Effendi, salah satu karyawan Dodol Betawi Bang Rizal sambil mengaduk-aduk adonan dodol di kuali yang besar kepada KONTAN.

Hasil yang sepadan juga dialami Tommy Anggara, pemilik kedai kerak telor Bang Jack. Penjualan yang ada di dua stan miliknya anjlok hingga 10% ketimbang penjualan di ajang serupa tahun lalu.

Baik Yusuf maupun Tommy kompak menyebut bahwa salah satu penurunan penjualan karena jumlah pengunjung yang dinilai tidak seramai dari hajatan sama tahun lalu. Tommy menduga salah satu penyebab karena terjadi kenaikan harga tiket masuk. Di akhir pekan, tiket masuk ke PRJ mencapai Rp 40.000 per orang.

Sebetulnya masih ada persoalan lain yang juga harus ditanggung para pembuat kuliner khas tersebut. Di periode liburan Lebaran, pasti terjadi kenaikan bahan baku. Baik itu untuk kebutuhan dodol betawi, seperti beras ketan, gula merah dan lainnya, atau kerak telor seperti telor dan lainnya.

Tapi, para pedagang seolah pasrah dengan kondisi tersebut. "Habis mau gimana lagi," keluh Tommy.

Meski begitu, para pedagang kompak tidak mengerek harga jual dagangannya. Apalagi kondisi penjualan saat ini tidak begitu menguntungkan seperti tahun lalu.

Selain karena harga tiket yang diklaim lebih mahal, juga periode PRJ, sebagian besar waktunya bertepatan dengan ibadah puasa. "Jadi orang sudah punya pikiran ingin pulang kampung dan membeli baju Lebaran dan lainnya," tutur Yusuf.

Kondisi berbeda terjadi di stan pameran milik Indofood. Menurut pengakuan Raden Donny Hardiyanto, Wakil Kepala Stand Indofood Noodle, para pengunjung yang bertandang ke tiga stan ukuran mini, dan satu stan khusus mi besutan Indofood tersebut selalu ramai. Malah, ia klaim, jumlah pengunjung secara rerata lebih banyak dari tahun lalu. "Memang ada beberapa hari yang kurang banyak dari tahun, tapi secara overall masih lebih banyak tahun ini," katanya kepada KONTAN.

Sayang, Raden tidak merinci nilai penjualan yang diraih stan Indofood di ajang PRJ. Ia hanya memastikan bahwa saban tahun, perusahaan tersebut kerap kali turut serta di pameran akbar tersebut.

Salah satu tujuannya adalah mengenalkan produk anyar. Nah, kali ini ada produk Indomie rasa Chitato yang saban hari, rata-rata bisa terjual 300 paket mi. Selain dijual paketan, pihak Indofood juga menyediakan area untuk menyantap ragam produknya, termasuk juga untuk rasa yang terbaru.

Langkah yang ditempuh Indofood juga diikuti oleh semua peserta perusahaan di ajang PRJ tersebut. Meski begitu para pedagang kuliner betawi masih tetap akan berpartisipasi di PRJ tahun berikutnya.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×