kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perjalanan bisnis Johanes Paulus mengembangkan usaha payung (bagian 1)


Sabtu, 18 Mei 2019 / 11:25 WIB
Perjalanan bisnis Johanes Paulus mengembangkan usaha payung (bagian 1)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fokus pada pengembangan satu produk membuat usaha yang digeluti Johanes Paulus terus berkembang. Meskipun tantangan di bisnis ini tak pernah surut, Johanes mampu melalui dan membesarkan bisnis produksi dan penjual ragam produk payung Istana Payung.

Istana Payung yang beroperasi sejak tahun 2002 terus melaju hingga kini. Bahkan sejak tahun 2014, ia bisa menjajakan payung hingga pasar luar negeri, seperti negara tetangga Singapura, ada juga Maladewa. "Sekarang saya tengah proses negosiasi untuk bisa menembus pasar Australia," katanya kepada KONTAN.

Yohanes menceritakan, keberhasilan menjual ragam produk payung sampai luar negeri, karena memanfaatkan jalur penjualan online. Saat ini Istana Payung membuka penjualan lewat situs sendiri, mapun jalur penjualan digital lainnya.

Sebelum terjun ke bisnis payung, Johanes awalnya berbisnis ragam produk aksesori di kawasan Pasar Pagi Lama, Jakarta Barat. Ia membantu usaha orang tua yang menjajakan sejumlah produk aksesori di toko bernama Angel Collection di lokasi yang sama. Ia menjual mulai dari gantungan kunci, payung, hingga handuk dan lainnya. "Pokoknya macam-macam suvenir," kata dia.

Ia merasa, bisnis aksesori itu ternyata tergantung musim. Terkadang ada satu aksesori yang lagi laku, tapi yang lain tidak sama sekali.

Selain itu persaingan di antarpedagang di sana, kala itu sangat ketat. "Tegur sapa saja tidak pernah," katanya.

Melihat kondisi itu, ia mulai memutar otak untuk menjajakan dan fokus pada satu produk. Dan pilihan jatuh ke payung yang saat itu belum banyak pemain. Selain itu, ia juga pernah berjualan payung sebelum membantu orang tuanya.

Ia mulai mencari pembuat payung di beberapa tempat. Seperti di Bekasi dan juga Depok. Selain itu Johanes juga mengambil dan menjual payung impor. Tujuannya, supaya bisa menjual ragam produk payung yang lengkap.

Akhirnya, ia memantapkan diri berbisnis payung. Tak mau ada persaingan, Johanes mulai rajin berkeliling di sekitar Pasar Lama untuk bersilaturahmi dengan para pedagang lainnya. Sambil sesekali memperhatikan cara memajang produk dagangan di toko.

Ia dan pedagang lainnya tidak merasa bersaing satu sama lain, bahkan saling membantu satu dengan yang lain. Seperti menolong produk yang dijajakan dari pedagang lainnya. Termasuk juga produk payung Istana Payung dijual di tempat pedagang yang lain.

Tapi, Johanes mengakui ada kelemahan lain dari hanya menjual payung. Saat musim kemarau, penjualan payung langsung anjlok. "Penurunannya mencapai 50% sampai 60%," keluhnya.

Ia langsung mencari akal menyiasati kondisi itu. Hingga akhirnya ia membuat payung promosi dan diberi label Jopi Umbrella. Dengan kiat ini, Johanes berhasil menekan penurunan omzet tinggal 30% saja.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×