kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.442   107,00   0,66%
  • IDX 7.936   30,42   0,38%
  • KOMPAS100 1.106   -3,16   -0,28%
  • LQ45 813   -4,14   -0,51%
  • ISSI 266   0,45   0,17%
  • IDX30 421   -2,53   -0,60%
  • IDXHIDIV20 488   -3,70   -0,75%
  • IDX80 123   -0,68   -0,55%
  • IDXV30 131   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 136   -1,35   -0,98%

Permintaan jas dan payung di musim hujan tak deras


Senin, 25 Januari 2016 / 14:21 WIB
Permintaan jas dan payung di musim hujan tak deras


Reporter: Teodosius Domina | Editor: Roy Franedya

Datangnya musim hujan menjadi berkah bagi beberapa pebisnis. Salah satunya ialah para penjual pernak-pernik yang jamak dibutuhkan masyarakat ketika musim hujan seperti jas hujan dan payung. Namun menurut pantauan KONTAN di beberapa tempat penjualan pernik musim hujan, ternyata para penjual mengaku omzet usaha mereka di akhir tahun lalu hingga tahun ini tak kunjung deras.

Andi Supandi, penjual jas hujan di Jalan Siliwangi, Pamulang, Tangerang Selatan mengatakan, penjualan jas hujan semenjak akhir 2015 hingga kini tidak ada peningkatan berarti. Kondisi tersebut berbeda dari musim hujan di tahun-tahun lalu.

Dugaan Andi, curah hujan yang tidak terlalu deras serta intensitasnya yang tidak sesering tahun-tahun sebelumnya membuat penjualan sepi. Dilain sisi, daya beli konsumen yang melemah seiring perlambatan ekonomi di 2015 menjadi faktor pendukung lesunya penjualan di kiosnya.

Hal ini juga dialami oleh Sutisna, penjual jas hujan di Jalan Viktor, Buaran, Serpong. Apalagi jas hujan yang dia jajakan ada juga yang merupakan produk impor, sehingga harga jualnya jadi lebih lebih mahal lantaran nilai tukar kurs dollar yang terus menguat. Dua tahun lalu rata-rata harga jual jas hujan impor sekitar Rp 170.000 per unit. "Sekarang harga jual jas hujan impor di atas Rp 200.000 per unit,” ujar Sutisna.

Produk jas hujan yang Sutisna ambil dari distributor sudah dipatok dengan harga tinggi. Sehingga, ia mau tidak mau harus meningkatkan harga penjualan demi mendapatkan untung. Dia mengambil untung sekitar Rp 20.000 dari tiap jas hujan.

Selain kondisi ekonomi yang melesu, pemanasan global juga membuat cuaca juga tidak bisa diprediksi. Sepanjang bulan Januari ini saja, Sutisna rata-rata cuma bisa menjual delapan unit jas hujan per hari. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, sejak bulan November sampai sekitar bulan Februari Sutisna bisa menjual 30 unit-40 unit jas hujan per hari.

Kisaran harga jas hujan tipe ponco dijual mulai dari Rp 30.000 hingga Rp 90.000 per unit. Sedangkan jas hujan  model setelan, mulai dari Rp 65.000 hingga Rp 200.000 per unit. Hanya dengan menjual rata-rata delapan unit jas hujan per hari, Sutisna hanya mampu meraih omzet sekitar Rp 800.000 per hari. Sementara Andi, rata-rata meraup omzet Rp 1 juta per hari.

Selain menjual jas hujan, Andi dan Sutisna juga menjual perlengkapan sepeda motor seperti helm, spion, dan masker. “Tapi kalau musim hujan seperti ini saya menyediakan jas hujan lebih banyak dengan harapan bisa dapat untung banyak dari situ,” tutur Andi.

Sementara, Ety, penjual payung di Pasar Palmerah juga mengalami hal serupa. Meski sudah masuk musim hujan, penjualan payung masih tidak menentu. Dalam seminggu Ety hanya bisa menjual lima payung dengan kisaran harga Rp 25.000−Rp 60.000 per unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×